Navigating Integrity Zone Development: A Hospital's Journey

Gambar
 This storyboard chronicles the efforts of a medical services head tasked with understanding and implementing an integrity zone at RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Hospital. Over one evening, they delve into the self-assessment form required for the integrity zone's development, consulting ChatGPT for clarification on complex issues and drafting essential documents. By morning, they are ready to lead a staff assembly, outlining the steps necessary to foster a culture of integrity within the hospital. On April 17, 2024, the director of RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo assigned the head of medical services to attend a socialization meeting for the integrity zone development. Searching for foundational documents for the integrity zone at night, finding the self-assessment form. Exploring the self-assessment questions, using ChatGPT to understand the complicated parts. Asking ChatGPT for advice on: Team Decree (SK Tim Kerja), Work Plan (Rencana Kerja), Change Agents (Agen Perubahan),

Bahaya Cinta Dunia



Oleh: Ustadz Suriani Jiddy, Lc

Ada dua cinta yang tidak pernah bertemu, cinta dunia dan cinta akhirat; cinta kepada Allah dan cinta kepada setan; cinta kepada Islam dan cinta kepada jahiliyah.

Diriwayatkan dari Nabi Isa a.s. beliau mengatakan: Cinta dunia merupakan pangkal dari segala kejahatan.

Daya rusak ambisi terhadap dunia

Dari Ka’ab bin Malik r.a., Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah dua ekor serigala yang lapar dilepas di tengah sekawanan kambing lebih merusak daripada merusaknya seseorang terhadap agamanya karena ambisinya untuk mendapatkan harta dan kedudukan.”

Ada cerita Israiliyat (selama tidak menyangkut masalah aqidah, ibadah, boleh percaya atau tidak percaya. Bila bertentangan dengan aqidah tidak boleh meyakininya): Suatu hari Nabi Isa a.s. ingin melakukan perjalanan. Salah seorang mengatakan bahwa dia ingin menyertai perjalanannya. Di perjalanan Nabi Isa a.s. memberikan uang kepada orang tadi untuk membeli tiga potong roti. Orang tersebut berpikir, kami berdua, untuk siapa roti yang ketiga. Tanpa berpikir panjang roti ketiga dimakannya. Dia serahkan dua roti ini ke Nabi Isa. Nabi Isa a.s. menanyakan roti ketiga. Orang tersebut menyatakan tidak tahu. Di jalan Nabi Isa membeli kambing. Setelah kambing dibayar, Nabi Isa berdo’a kepada Allah. Setelah berdo’a kambing tersebut tersembelih, terpanggang dan tersaji dengan sendiri. Orang yang menyertainya kaget. Nabi Isa mengatakan, demi Allah yang telah memberikan mukjizat kepada anda, siapa yang memakan roti ketiga. Dia menjawab tidak tahu. Keduanya terus berjalan, sampailah di sebuah sungai. Nabi Isa memukulkan tongkatnya ke sungai, lalu sungai tersebut terbelah, kemudian mereka menyeberang. Setelah menyeberang, orang tersebut kaget, ini luar biasa. Nabi Isa kembali bertanya, demi Allah yang telah memberi saya mukjizat, siapa yang memakan roti ketiga. Orang itu menjawab tidak tahu. Nabi Isa berjalan ke satu tempat kemudian membuat tumpukan pasir. Beliau berdo’a kepada Allah. Ketiga tumpukan pasir tersebut berubah menjadi emas. Laki-laki tersebut kaget, apa lagi ini. Nabi Isa mengatakan, ini ada tiga tumpukan emas, satu untuk aku, satu untuk engkau dan satu untuk orang yang memakan roti tadi. Nabi Isa mengatakan, kalau demikian kita berpisah. Nabi Isa melanjutkan perjalanan. Orang tadi mengkhayalkan apa yang akan dilakukannya dengan emas tersebut. Tak lama kemudian datanglah perampok yang membunuh orang tadi. Para perampok beristirahat, mereka meminta satu orang untuk mencari makanan. Di tengah perjalanan dia berpikir keras bagaimana dia menguasai emas yang sangat banyak itu. Dia akan meracuni makanan tersebut. Dua orang yang sedang menunggu akan memukul mati teman yang membeli makanan tersebut. Setelah memukul temannya, mereka makan makanan yang beracun. Akhirnya ketiganya mati. Ini adalah sebab turunnya ayat yang mengatakan: Cinta dunia merupakan pangkal dari segala kejahatan.

Imam Ibnu Qayim dalam bukunya menyebutkan beberapa alasan mengapa cinta dunia menjadi pangkal segala kejahatan:
1.       Mencintai dunia berarti mengagungkannya, padahal dunia itu hina disisi Allah. Dan termasuk dosa besar adalah mengagungkan apa yang dianggap hina di sisi Allah. Ada beberapa hadits yang menjelaskan bahwa dunia itu hina.

Imam Muslim meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah, beliau bercerita bahwa suatu ketika Rasulullah SAW melewati pasar melalui sebagian jalan dari arah pemukiman, sementara para sahabat menyertai beliau. Lalu beliau melewati bangkai seekor kambing yang  telinganya cacat. Beliau pun mengambil kambing itu seraya memegang telinganya. Kemudian beliau berkata, „Siapakan diantara kalian yang mau membelinya dengan harga satu dihram?“. Mereka menjawab, „Kami sama sekali tidak berminat untuk memilikiknya. Aa yang bisa kami perbuat dengannya?“. Beliau kembali bertanya, „Ata mungkin kalian suka kalau ini gratis untuk kalian?“ ….. dunia lebih hina dari kambing ini.

Dunia di sisi Allah

Seandainya dunia ini di sisi Allah senilai harganya dengan sayap nyamuk niscaya Allah tidak akan memberi minum barang seteguk sekalipun kepada orang kafir (H.R. Timidzi dan dia berkata: hadits hasan sahih)
Nabi Muhammad SAW tidak memiliki dunia. Kita tidak pernah membaca sejarah penemuan harta Muhammad SAW. Bagaimana Umar sedih melihat Rasulullah tidur di tikar yang membekas di punggung beliau.

2.       Sesungguhnya Allah melaknat dunia dan segala isinya, kecuali orang yang berbuat ketaatan kepada-Nya. Maka barangsiapa mencintai dunia, berarti ia telah mencampakkan dirinya pada laknat dan kemurkaan Allah

Dunia terlaknat

Dunia ini terlaknat (tercela) dan terlaknat segala yang ada di dalamnya, kecuali orang yang berzikir kepada Allah yang melakukan ketaatan kepada-Nya, seorang alim atau penuntut ilmu syar’I (H.R. Tirmidzi, Ibnu Majah. Dinyatakan Hasan oleh Syaikh Al Albani)

3.       Manusia yang mencintai dunia telah menjadikan dunia itu sebagai tujuan hidupnya. Dan dia telah menjadikan amal yang seharusnya ditujukan karena Allah sebagai sarana untuk mendapatkan dunia. Maka orang ini telah memutarbalikkan tujuan.

Q.S. Hud, 11: 15-16
Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka. Balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.

Dalam kitab Tauhid bab 37 – melakukan amal saleh untuk kepentingan dunia adalah syirik. Contoh shalat untuk mendapat kekayaan. Naik haji niatnya supaya usahanya sukses. Kandungan bab ini:
1.       Motivasi seseorang dalam amal ibadanya, yang semestinya untuk akhirat malah untuk kepentingan duniawi (termasuk syirik dan menjadikan pekerjaan itu sia-sia tidak diterima oleh Allah).

Menuntut ilmu karena dunia

Barangsiapa yang mempelajari ilmu yang seharusnya ditujukan untuk mengharap wajah Allah Azza wa Jalla, dia tidak mempelajari ilmu itu melainkan untuk memperoleh harta dunia, maka dia tidak akan mendapatkan harumnya surga pada hari kiamat. (H.R. Imam Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah)

4.       Orang yang mencintai dunia telah membuat penghalang antara dirinya dengan apa-apa yang bermanfaat untuk dirinya di akhirat, dengan disibukkan oleh apa yang ia cintai tersebut.

Tidak ada lagi waktu untuk ibadah. Tidak ada waktu untuk menghadiri majelis ilmu. Tidak ada lagi waktu untuk silaturahmi. Allah mengatakan:

Kalian telah dilalaikan oleh at-takatsur (perlombaan mengejar dunia, siapa yang lebih banyak hartanya).

Kata Nabi: harta (dunia) yang dia usahakan, sehingga dia lupa segala-galanya, tidak akan membuatnya merasa puas. Jika hartanya sama dengan dua lembah emas, maka dia masih akan meminta lagi. Dan mulutnya tidak akan pernah penuh kecuali dengan tanah.

Menurut ulama, nafsunya tidak akan selesai kecuali dia masuk ke dalam tanah (mati).

Itulah sebabnya lanjutan ayat diatas adalah: sampai mereka masuk ke dalam kubur.

5.       Orang yang mencintai dunia akan diperbudak oleh dunia itu.

Bukan dia yang mengendalikan dunia, dunia yang akan mengendalikannya. Sampai-sampai dunia yang sebenarnya untuk dinikmati, tidak dinikmatinya.

Tahun 1960-an, Buya Hamka menceritakan ada orang kaya, punya mobil. Orang yang punya mobil ini tidak pernah pakai mobil, jalan kaki. Yang pakai mobil adalah anaknya. Dia bilang bahwa dia adalah ana orang miskin, anak saya adalah anak orang kaya.

Do’a Nabi Dawud: Ya Allah aku meminta empat perkara dan aku berlindung dari empat perkara. Empat pertama:
1.       Lisan yang senantiasa berzikir
2.       Hati yang senantiasa khusyu‘
3.       Badan yang senantiasa sabar menghadapi musibah
4.       Istri yang dapat menolongku untuk menyelesaikan masalah-masalah dunia dan akhirat

Yang tidak diminta:
1.       Anak yang nanti akan menjadi tuan bagiku (anak yang mengendalikan orang tua, anak durhaka)
2.       Harta yang susah payah kucari tapi dinikmati oleh orang lain (harta yang dicuri atau dikorupsi)
3.       Tetangga yang jahat (ada kaidah mencari kontrakan – lihat dulu tetangga sebelum mencari rumah). Kata Nabi tetangga yang jahat: kalau dia lihat kita melakukan kebaikan dia ingkari, kalau kita berbuat yang tidak baik, dia sebar luaskan.

4.       Istri yang dapat menjadikanku beruban sebelum datang masaku beruban (istri yang menjadi masalah)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kamus Dayak Ngaju - Indonesia

Pengantar singkat Bahasa Dayak Ngaju (4)

Laki-laki adalah "qawwam" bagi perempuan