Hak Allah atas hamba:
ibadah dan menjauhi syirik
Ketika mendengar
kata syirik seringkali terbayang dalam pikiran kita, mendatangi dukun, datang
ke kuburan, datang ke Gunung Kawi. Itu adalah beberapa contoh, itu sudah lewat.
Kita akan mendalami lebih jauh makna syirik yang barangkali dalam kehidupan
kita sudah melakukan perbuatan syirik.
Syirik menurut
bahasa: sekutu, menyertai, firman Allah:
„dan jadikanlah
dia sekutu dalam urusanku.“ (Q.S. Thaha, 20: 32)
Ini adalah
permintaan Musa untuk menjadikan Harun sebagai sekutu / teman dalam urusannya.
Syirik menurut
istilah: seseorang menjadikan bagi Allah sekutu / tandingan dalam rububiyah,
uluhiyah, atau nama-nama dan sifat-sifat-Nya.
Dari Abdullah ia
berkata: Saya telah bertanya kepada Rasulullah SAW: „Dosa apakah yang lebih
besar di sisi Allah? Beliau menjawab: „Engkau menjadikan sekutu / tandingan
bagi Allah padahal Dialah yang menciptakanmu“ (HR. Bukhari dan Muslim)
Pembagian tauhid:
rububiyah, uluhiyah, asma dan sifat
Sifat rububiyah
·
Menciptakan
·
Mengatur alam
·
Menghidupkan
·
Mematikan
·
Memberi manfaat
·
Memberi mudharat
·
Menetapkan hukum
·
Memberi rizki
·
Menentukan nasib
·
Memberi petunjuk
·
Menolak bahaya
·
Menyembuhkan penyakit
·
Mengetahui hal-hal ghaib
Hanya Allah yang
mampu melakukan hal-hal ini. Tidak ada makhluk yang mampu melakukannya. Kalau
ada seseorang yang memiliki keyakinan bahwa ada selain Allah yang mampu
menciptakan, maka dia sudah syirik. Demikian seterusnya.
Tauhid uluhiyah
·
Ibadah
·
Meminta pertolongan
·
Meminta perlindungan
·
Berdo’a
·
Bernazar
·
Bersumpah
·
Menyembelih binatang
·
Cinta
·
Takut
·
Berharap
·
Tawakal
Bila ada manusia yang
mempersembahkan perbuatan ini kepada selain Allah maka dia sudah membuat
tandingan bagi Allah.
Syirik dibagi menjadi
syirik kecil dan syirik besar. Karena bisa jadi kita melakukan sesuatu yang dikategorikan sebagai syirik
besar.
Perbedaan syirik
kecil dan syirik besar
No
|
Syirik Besar
|
Syirik Kecil
|
1
|
Menyebabnkan pelakunya
keluar dari Islam
|
Tidak menyebabkan
pelakukanya keluar dari Islam
|
2
|
Membatalkan seluruh amal
perbuatan pelakunya
|
Tidak membatalkan seluruh
amal perbuatan pelakunya
|
3
|
Menyebabkan pelakunya
kekal di dalam neraka
|
Tidak menyebabkan
pelakunya kekal di dalam neraka
|
4
|
Menyebabkan darah dan
harta pelakunya menjadi halal
|
Tidak menyebabkan darah
dan harta pelakunya menjadi halal
|
5
|
Di akhirat pelakunya tidak
akan diampuni oleh Allah
|
Di akhirat pelakunya masih
mungkin diampuni oleh Allah
|
Fenomena Syirik
„dan sebagian
besar dari mereka tidak beriman kepada Allah melainkan dalam keadaan
mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain).“ (Q.S. Yusuf, 12: 106)
Banyak orang yang
beriman kepada Allah, tapi mereka masih melakukan perbuatan-perbuatan syirik. Apa
sebabnya? Bisa jadi karena tidak tahu atau terbawa oleh hawa nafsu. Apalagi
tantangan di akhir zaman ini tidak kecil.
„dan diantara
manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka
mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.”
(Q.S. Al Baqarah, 2: 165)
Cinta masuk dalam bab
tauhid uluhiyah. Mereka masih mencintai yang lain sebagaimana mereka mencintai
Allah.
Imam Ibnu Qayyim: inti
ibadah adalah cinta kepada Allah bahkan mengesakan-Nya dengan mencintai-Nya.
Maka hendaklah cinta itu seluruhnya karena Allah, seorang hamba tidak membagi
cintanya kepada selain Allah. Akan tetapi dia memberikan cintanya hanya karena
Allah dan dalam rangka taat kepada Allah.
Cinta:
·
Ibadah à Allah (diagungkan, disucikan, dipuji, diingat)
·
Alami à makhluk
Cinta kepada Allah,
artinya senantiasa Allah diagungkan, disucikan, dipuji, dan diingat. Tetapi
cinta kepada selain Allah sifatnya tidak mutlak.
Jadi cinta yang
seluruhnya kepada Allah adalah cinta yang bersifat mutlak. Kepada kepada selain
Allah tidak mutlak, bisa kita cinta, bisa kita tidak cintai, bergantung pada
perbuatannya. Kalau dia baik dicintai, kalau tidak baik, tidak boleh dicintai.
Ketika kita mencintai selain Allah adalah dalam rangka karena Allah dan dalam
rangka meraih ketaatan kepada Allah.
Dr. Ibrahim Al
Buraykan: Ibadah mempunyai dua rukun: Pertama, kesempurnaan cinta yang
merupakan tujuan akhirnya. Itu merupakan hak Allah semata, karena hanya Allah
yang dicintai ….
Katakanlah: “Jika
bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta
kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan
tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan
Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang fasik. (Q.S. At Taubah, 9: 24)
Cinta yang kita
berikan kepada selain Allah bukan cinta yang sempurna, hanya karena Allah.
Aba dari abun. Dalam
beberapa ayat diterjemahkan sebagai nenek moyang.
Gerakan Nativisasi
·
Nativisasi adalah upaya mengembalikan masyarakat Indonesia kepada budaya
lokalnya
·
Budaya lokal yang dimaksud adalah budaya pra Islam
·
Dengan meningkatkan sentimen kedaerahan, Islam diperlakukan sebagai
pendatang
·
Kaum kuffar melakukan nativisisasi dalam rangka melemahkan bangsa
Indonesia
Q.S. At Taubah, 9: 24
1.
Orang tua
2.
Anak
3.
Saudara
4.
Pasangan
5.
Kerabat
6.
Harta
7.
Usaha / pekerjaan
8.
Rumah
Kalau mereka mencintai
yang delapan ini lebih dari Allah maka mereka sudah menyekutukan Allah.
Dan jika keduanya
memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu
tentang itu maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di
dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian
hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan. Q.S. Luqman, 31: 5
Tidak sempurna iman
seseorang diantara kalian sehingga aku lebih dicintainya daripada anaknya,
orang tuanya, dan manusia seluruhnya (H.R. Bukhari dan Muslim)
Dijadikan indah pada
pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita,
anak-anak, harta, yang bayak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia,
dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga) (Q.S. Ali Imran, 3: 14)
Mereka menjadikan
orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah dan (juga
mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam. Pada mereka hanya disuruh
menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia.
Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan (Q.S. At-Taubah, 9: 31)
Ketika ayat ini turun
dan dibacakan dihadapan para sahabat, Adi bin Hatim – mantan Nasrani kemudian
masuk Islam, bertanya kepada Rasulullah, mereka dulu tidak pernah menuhankan
pendeta-pendeta mereka. Jawaban Rasulullah, bukankah ketika mereka menghalalkan
yang haram, mengharamkan yang halal, mereka mengikutinya. Itulah bentuk
penyembahan pengikut kepada pendeta.
Kultus individu bisa
terjadi karena cinta yang berlebihan. Ketika kita memberikan cinta seperti ini
kepada selain Allah maka kita sudah membuat tandingan.
Dengan kembali
bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan
janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah. Yaitu
orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa
golongan, tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan
mereka (Q.S. Ar-Rum, 30: 31)
Kultus golongan
(ormas, orpol).
Kultus negara: “wright
or wrong is my country” (benar atau salah adalah negaraku)
Yusuf Qaradawi:
berhala gaya baru (neo paganisme) adalah nasionalisme atau paham kebangsaan.
Nasionalisme: kalau
jenis cinta kepada Allah kita berikan kepada negara kita, maka kita sudah jatuh
kepada syirik.
Apakah nasionalisme
tidak boleh? Tidak juga.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar terhadap tulisan kami!