Ketika Masalah Kecil Menguasai Hidup Kita

Di tengah kemajuan pesat kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), kita semakin sulit membedakan mana yang benar-benar manusia dan mana yang hanya agen virtual. Inilah yang coba diatasi oleh Sam Altman, CEO OpenAI, melalui proyek bernama Worldcoin dengan perangkat unik bernama Orb.
Orb berbentuk bola putih seukuran bola voli dengan kamera di tengahnya. Saat seseorang menatap ke dalam Orb, perangkat ini memindai iris mata untuk menciptakan “kode iris” unik yang membuktikan bahwa seseorang adalah manusia sejati. Sebagai imbalannya, orang tersebut akan menerima token kripto senilai sekitar $42 (setara Rp680.000) dalam dompet digital mereka—tanda bahwa mereka kini adalah “manusia terverifikasi”.
Orb dikembangkan oleh perusahaan Tools for Humanity yang didirikan Altman pada 2019. Proyek ini bertujuan menciptakan lapisan verifikasi kemanusiaan di dunia maya, sebagai respons terhadap maraknya bot dan konten AI yang menyesatkan. Targetnya: memverifikasi 50 juta orang secara global hingga akhir 2025.
Alasan di balik proyek ini cukup serius. Dunia digital kini dibanjiri konten buatan AI. Bot media sosial, AI jurnalis, hingga agen virtual yang mampu berinteraksi layaknya manusia tengah menjamur. Dalam skenario ini, platform daring kesulitan membedakan mana interaksi dari manusia dan mana dari mesin. Orb menjadi solusi—memberi tanda pengenal digital berbasis biometrik: World ID.
Namun, proyek ini tidak tanpa tantangan. Banyak yang masih skeptis. Hingga kini, baru 12 juta orang yang diverifikasi. Di beberapa negara seperti Jerman, proyek ini bahkan dikritik karena dianggap belum sepenuhnya menjamin perlindungan data pribadi.
Banyak pihak mempertanyakan: apakah aman memberikan data biometrik demi beberapa koin kripto? Tools for Humanity mengklaim bahwa sistem mereka privat dan open-source, sehingga dapat diperiksa siapa saja. Namun tetap saja, ada rasa khawatir di masyarakat.
Di Korea Selatan, misalnya, sejumlah lansia ikut “diverifikasi” dengan Orb. Seorang nenek berusia 75 tahun menolak setelah melihat temannya dipindai. “Iris itu unik, dan kita tidak tahu akan digunakan untuk apa,” katanya.
Sementara itu, Altman optimis bahwa proyek ini akan menjadi infrastruktur digital utama masa depan. Bahkan, ia mengusulkan bahwa World ID dapat digunakan untuk menyalurkan program bantuan seperti pendapatan dasar universal (UBI), terutama ketika AI menggantikan banyak jenis pekerjaan manusia.
Namun ada juga kritik bahwa World ID justru bisa memperkuat dominasi perusahaan besar atas ruang digital, apalagi jika nanti dibutuhkan untuk mengakses media sosial, layanan publik, hingga pekerjaan. Ada kekhawatiran: apakah kita akan dipaksa ikut atau kehilangan akses ke dunia digital?
Terlepas dari pro dan kontra, kehadiran Orb mencerminkan masa depan internet yang berbeda. Jika AI terus berkembang dan mengambil peran di banyak sektor, maka pembuktian “kemanusiaan” bisa menjadi syarat penting untuk tetap relevan di dunia digital.
Yang menjadi pertanyaan: apakah ini akan membuat internet lebih aman, atau justru membawa kita ke era di mana identitas digital lebih penting dari manusia itu sendiri?
Sumber:
TIME Magazine: “The Orb Will See You Now” – https://time.com/7288387/sam-altman-orb-tools-for-humanity/
Komentar
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar terhadap tulisan kami!