Memahami Pandangan Islam terhadap LGBT: Antara Kasih Sayang dan Keteguhan Prinsip

Dalam beberapa tahun terakhir, pembicaraan seputar LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) semakin mengemuka, tidak hanya di media dan lembaga internasional, tetapi juga sampai ke ruang-ruang pribadi kita. Tak terkecuali di lingkungan masyarakat Muslim, termasuk di Kapuas, isu ini mulai mengundang diskusi serius, bahkan kebingungan.

Bagaimana seharusnya umat Islam menyikapi isu LGBT? Apakah kita harus marah, menolak mentah-mentah, atau justru membiarkan begitu saja? Artikel ini mencoba merangkum pandangan Islam secara seimbang: tegas dalam prinsip, namun lembut dalam pendekatan.


1. Islam Melarang Perilaku, Bukan Membenci Manusia

Islam sangat menjunjung tinggi akhlak kasih sayang. Namun dalam hal perilaku seksual, agama kita memiliki batas yang jelas. Islam melarang hubungan sesama jenis, sebagaimana juga melarang hubungan di luar nikah antara laki-laki dan perempuan. Ini bukan soal benci, tapi soal menjaga tatanan kehidupan yang sehat, termasuk keluarga, keturunan, dan martabat manusia.

Namun demikian, orang yang memiliki dorongan sesama jenis tidak serta merta berdosa, selama ia tidak melakukan perbuatan yang dilarang. Bahkan, orang yang terus berjuang melawan nafsunya agar tetap taat kepada Allah disebut sebagai mujahid sejati dalam jalan kebenaran.


2. Tidak Semua Perasaan Harus Diikuti

Dalam Islam, perasaan bukanlah dosa, tapi tindakan yang melanggar syariat yang dinilai sebagai pelanggaran. Maka, jika seseorang memiliki perasaan tertentu—termasuk ketertarikan sesama jenis—namun memilih untuk tidak menuruti hawa nafsunya, ia justru dimuliakan di sisi Allah.

Sebagaimana seseorang yang marah tapi tidak melampiaskan kemarahannya dengan kekerasan, atau seseorang yang ingin berbuat curang tapi memilih jujur—itulah akhlak seorang mukmin.


3. Solusi Islam: Keseimbangan, Dukungan, dan Komitmen

Buku "Islam and the LGBT Question" menyebutkan bahwa umat Islam harus menolak ideologi LGBT yang memaksa semua orang menerimanya sebagai identitas suci dan tak boleh dikritik. Namun, di saat yang sama, umat Islam harus mendampingi mereka yang sedang berjuang menahan diri, bukan mencaci atau mencemooh mereka.

Pendekatan Islam adalah penyembuhan, bukan penghakiman. Setiap orang punya ujian masing-masing, dan jalan keluar selalu ada selama kita bersandar pada Allah, mencari bimbingan-Nya, dan mendapat dukungan dari komunitas yang peduli.


4. Menolak Neo-Kolonialisme Moral

Buku tersebut juga mengingatkan bahwa penyebaran agenda LGBT secara global sering kali disusupi oleh kepentingan luar yang ingin mengubah nilai-nilai masyarakat Muslim. Bahkan, negara-negara Muslim ditekan agar ikut serta dalam gerakan ini atas nama “hak asasi manusia.” Kita perlu sadar dan membangun narasi kita sendiri, berdasarkan nilai Islam dan budaya luhur bangsa.


5. Peran Keluarga dan Masyarakat

Pendidikan anak-anak dan remaja menjadi kunci. Keluarga harus menjadi tempat yang aman, hangat, dan mendidik, bukan penuh tekanan dan kekerasan. Anak-anak yang bingung dengan identitasnya perlu dipahami, bukan dijauhi. Mereka perlu bimbingan, bukan labelisasi.


Penutup: Tegar dalam Prinsip, Lembut dalam Pendekatan

Islam tidak akan pernah melegalkan hubungan sesama jenis. Tapi Islam juga tidak mengajarkan kekerasan dan kebencian terhadap sesama manusia. Jalan tengah Islam adalah menyampaikan kebenaran dengan penuh kasih sayang, dan mendampingi siapa saja yang berjuang untuk tetap di jalan yang lurus, tak peduli seberat apa godaannya.

Mari bersama menjaga masyarakat kita agar tetap sehat secara fisik, emosional, dan spiritual. Bukan dengan saling menghakimi, tapi dengan saling menguatkan.


Sumber:
"Islam and the LGBT Question: Reframing the Narrative", Yaqeen Institute for Islamic Research, 2025.
Tautan asli: https://yaqeeninstitute.org

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kamus Dayak Ngaju - Indonesia

Pengantar singkat Bahasa Dayak Ngaju (4)

Kode Pos di Kabupaten Kapuas