Mudorotnya kebodohan terhadap kefarduan dan hukum-hukum agama
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Oleh : Guru Abdul Hamid, S.Ag
Oleh karena itu seseorang itu sepantasnya mengetahui
kebodohannya itu. Kalau dia tidak mengetahui, maka dia akan jatuh pada apa yang
dimurkai Allah SWT. Allah akan murka kepadanya, baik dia kehendaki atau tidak.
Sesungguhnya orang yang jahil itu dia sudah menyiapkan diri dengan kebodohannya
untuk dimarahi oleh Allah SWT. Dia akan jatuh ke dalam kebinasaan karena
ketidaktahuannya.
Bagaimana sampai tidak terjadi yang demikian itu. Karena
kebodohannya itu dia punya keyakinan, sebagian yang wajib itu dianggapnya
haram. Atau sebaliknya, bukan haram, tapi tidak wajib katanya. Ataupun ada
sebagiannya yang diharamkan oleh Allah SWT, dia berpendapat itu wajib, padahal
itu dilarang oleh Allah, atau ini adalah taat.
Wajib dianggap haram – atau tidak wajib: contoh dalam hukum
shalat, dikatakan tidak wajib.
Ini adalah puncak bahaya dan akhir kemudhorotan bagi
orang-orang yang jahil. Barangkali mereka jatuh dengan sebab kebodohan jatuh ke
perkara-perkara yang menyerupai orang kafir atau kafir sama sekali.
Allah SWT wajibkan kepada mereka belajar ilmu (menuntut
ilmu). Jalan untuk menuntut ilmu itu dimudahkan oleh Allah SWT. Allah
mewajibkan kepada ulama untuk mengajari mereka. Kenapa sampai mereka itu lalai?
Mereka terlalu sibuk dengan urusan duniawi dan mengikuti nafsu mereka, mereka
tampah jauh dengan Allah. Ini semua adalah pada ilmu yang wajib, yang tidak
pantas. Mereka tertipu dengan dunia. Mereka mencari dunia siang dan malam. Dan
terus berusaha.
Dia tidak punya keinginan untuk memiliki pengetahuan tentang
ilmu yang wajib. Kalau sudah urusan dunia dia semangat. Untuk urusan ilmu dia
sulit. Mengapa demikian? Karena hatinya mati. Dan dia meringankan urusan
agamanya. Dia tidak ada keinginan membawa bekal untuk akhirat. Keperluan yang
zahir yang hadir dihadapannya. Keperluannya terhadap ilmu jauh. Karena tidak
tampak. Dia tidak tahu manfaatnya, kecuali sesudah mati. Dia lupa mati atau
sesudah mati. Karena banyak kebodohannya, tidak ada paham dan ilmu baginya.
“Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”
“Mereka terhadap hal yang demikian, lalai”
Imam Hasan Al-Bashri – ada seseorang yang dia menghargai
sesuatu perhiasan diatas jari-jarinya, paham benar urusan itu. Tapi ketika engkau
menanyakan kepadanya syarat bersuci, tentang shalat, dia tidak paham.
Kesimpulannya adalah: tidak mengerti itu adalah puncaknya
kejahatan dan segala bala. Semuanya di dunia dan di akhirat. Seandainya
berkumpul kepada orang-orang jahil itu musuh-musuhnya untuk dia mudhorot, dia
tidak bisa karena saking bodohnya.
Dalam kebodohan itu, sebelum kematian itu, dia sudah mati.
Sedangkan tubuh-tubuh mereka, sudah jadi kuburan sebelum dikubur. Bodoh itu
sangat tercela secara mutlak, yang dimaksud ini adalah mereka tidak tahu
pengetahuan tentang apa yang diwajibkan oleh Allah agar mereka paham. Maka dari
itu, hati-hati saudaraku, keluar dari gelapnya kebodohan kepada cahaya ilmu
pengetahuan. Tidak wajib meluaskan ilmu. Akan tetapi yang wajib itu sekedar
yang engkau ketahui.
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Postingan populer dari blog ini
Kamus Dayak Ngaju - Indonesia
Berikut ini adalah terjemahan dari halaman di Astronesian Basic Vocabulary Database . Nampaknya masih perlu ada koreksi untuk bahasa Dayak-nya sendiri, begitu juga dengan terjemahannya. Untuk penerjemahan menggunakan Google Translate . Koreksi bahasa dibantu oleh Dra. Hernawaty, M.Kes. Untuk koreksi dari halaman ini dapat diberikan pada komentar. Upaya penerjemahan Kamus Bahasa Dayak - Jerman sedang berlangsung, dapat dipantau pada: Kamus Dayak Ngaju - Indonesia .
Pengantar singkat Bahasa Dayak Ngaju (4)
Kata benda dengan awalan Jalah toh bujur. - Huma te korik. - Lewu toh hai tuntang bahalap. - Ie oloh korik. (tingkat rendah). - Danum jetoh papa. - Oloh te bujur. - Kabon korik te bahalap. - Huma toh dia hai. - Andau toh andau hai. Kalimat sederhana yang dibentuk dari kata sehari-hari Ingat: Kalimat biasanya dimulai dengan subyek , diikuti dengan predikat dan obyek . Diawal kalimat anda juga meletakkan kata yang harus ditekankan. Kemurnia suku juga penting. Tensesnya dibentuk oleh "aton", nya; "jari", sudah; "kareh," masa depan, akan, dan "akan," akan, harus, semuanya mendahului kata kerja. Seringkali tense hanya hasil dari konteks. omba, pergi bersama-sama awi , lakukan, lakukanlah dumah , datang buli , kembali ke nahuang, handak, maku, ingin imbit , itu akan dibawa gau , mencari harati , memahami Aku omba keton. Aku ikut denganmu. Omba aku , pergi dengan saya Awi te ! Lakukan itu Imbit danum ! Bawa air Bu...
Komentar
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar terhadap tulisan kami!