Kisah dr. Soemarno Sosroatmodjo di Kuala Kapuas
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Di Kuala Kapuas mata saya semakin terbuka akan berbagai masalah sosial. Mula-mula saya hendak mendaftarkan diri diri sebagai anggota Parindra di Banjarmasin, tapi ternyata di Kuala Kapuas pun sudah berdiri cabangnya. Jadilah saya anggota Parindra.
Kemampuan saya dibidang kedokteran pun terangsang dan terdorong maju, karena harus menanggulangi berbagai penyakit dengan peralatan yang seadanya. Dr. Vischer sebagai kepala rumah sakit menganggap saya lebih cekatan dari dokter wanita berkebangsaan Jerman yang pernah mewakilinya.
Isteri saya pun mulai terjun ke dalam masyarakat. Ia memulai mengadakan kursus-kursus kepada para wanita Dayak, baik mengenai masalah-masalah kesehatan maupun pemberantasan buta huruf.
Tidak mengherankan jika rumah saya - seperti juga rumah para dokter yang bertugas di kota-kota kecil - selalu didatangi oleh pemuka masyarakat khususnya dan rakyat umumnya, untuk berbagai keperluan. Bukan saja mengenai soal kesehatan, tapi juga masalah-masalah sosial, dan last but not least soal gerakan kebangkitan nasional. Semboyan "Indonesia Berparlemen" sering kami perbincangkan bersama. Sangatlah menguntungkan bahwa dokter-dokter lulusan NIAS kebanyakan ditempatkan di kota-kota terpencil, sehingga pengetahuan dan keterlibatannya dalam gerakan kebangsaan tersebar pula dan tertanam di berbagai sudut dan pelosok tanah air. Para dokter lulusan NIAS itu tidak begitu sukar bergerak di dalam masyarakat rakyat kecil, karena kebanyak mereka berasal dari keluarga pegawai menengah - bukan keluarga kaya - yang sempat menempuh pendidikan di NIAS atas bantuan beasiswa. Latar belakang keluarga yang lebih dekat dengan masyarakat kecil memudahkan mereka bergerak di tempat-tempat yang terpencil juga. Semasa belajar mereka pun sudah tergembleng dalam kancah kemasyarakatan, karena kebanyakan mereka menjadi anggota perhimpunan-perhimpunan pemuda seperti Indonesia Muda, Ansor Nahdhatul Ulama dan kepanduan, yang pada umumnya mempunyai tujuan memajukan bangsa dan mencita-citakan kemerdekaan. Dalam perhimpunan-perhimpunan pemuda itu mereka terlatih menjadi pejuang kemerdekaan yang ber-Tuhan dan memimpin masyarakat.
Di Kuala Kapuas anak ketiga saya, laki-laki, lahir.
Dikutip dari buku " Dari Rimba Raya Ke Jakarta Raya (halaman 232-234)" karangan dr. H. Soemarno Sosroatmodjo
Postingan populer dari blog ini
Kamus Dayak Ngaju - Indonesia
Berikut ini adalah terjemahan dari halaman di Astronesian Basic Vocabulary Database . Nampaknya masih perlu ada koreksi untuk bahasa Dayak-nya sendiri, begitu juga dengan terjemahannya. Untuk penerjemahan menggunakan Google Translate . Koreksi bahasa dibantu oleh Dra. Hernawaty, M.Kes. Untuk koreksi dari halaman ini dapat diberikan pada komentar. Upaya penerjemahan Kamus Bahasa Dayak - Jerman sedang berlangsung, dapat dipantau pada: Kamus Dayak Ngaju - Indonesia .
Pengantar singkat Bahasa Dayak Ngaju (4)
Kata benda dengan awalan Jalah toh bujur. - Huma te korik. - Lewu toh hai tuntang bahalap. - Ie oloh korik. (tingkat rendah). - Danum jetoh papa. - Oloh te bujur. - Kabon korik te bahalap. - Huma toh dia hai. - Andau toh andau hai. Kalimat sederhana yang dibentuk dari kata sehari-hari Ingat: Kalimat biasanya dimulai dengan subyek , diikuti dengan predikat dan obyek . Diawal kalimat anda juga meletakkan kata yang harus ditekankan. Kemurnia suku juga penting. Tensesnya dibentuk oleh "aton", nya; "jari", sudah; "kareh," masa depan, akan, dan "akan," akan, harus, semuanya mendahului kata kerja. Seringkali tense hanya hasil dari konteks. omba, pergi bersama-sama awi , lakukan, lakukanlah dumah , datang buli , kembali ke nahuang, handak, maku, ingin imbit , itu akan dibawa gau , mencari harati , memahami Aku omba keton. Aku ikut denganmu. Omba aku , pergi dengan saya Awi te ! Lakukan itu Imbit danum ! Bawa air Bu...

Komentar
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar terhadap tulisan kami!