Allah Akan Terus Memilih dan Mengajarkanmu: Refleksi Kisah Nabi Yusuf AS

Gambar
Ceramah inspiratif Ustadz Nouman Ali Khan mengangkat kisah Nabi Yusuf AS sebagai pelajaran hidup yang relevan dan membumi. Dalam ceramah tersebut, beliau mengajak kita memahami bahwa setiap ujian hidup adalah sarana untuk tumbuh, bukan untuk terpuruk dalam identitas sebagai korban. Kisah Dimulai dari Mimpi Ketika Yusuf kecil menceritakan mimpinya kepada sang ayah, Nabi Ya’qub AS, sang ayah tidak hanya memahami makna mimpi itu sebagai tanda kenabian, tetapi juga memberikan nasihat penting: "Jangan ceritakan kepada saudara-saudaramu." Mengapa? Karena ayahnya tahu, Yusuf akan menghadapi ujian besar, termasuk kecemburuan dan niat jahat dari saudara-saudaranya. Ujian yang Terus Datang Yusuf AS menghadapi serangkaian peristiwa traumatis: dikhianati, dibuang ke sumur, dijual sebagai budak, difitnah, dan dipenjara. Namun yang luar biasa, Yusuf tidak pernah menyebut dirinya sebagai korban. Ia justru melihat semua itu sebagai proses pembelajaran. Inilah makna dari pesan sang ayah:...

Rustam - Penjual Pentol dan Es Kolkol


Bapak dari 7 orang anak ini tinggal di Handil Rambai Tiga. Beliau adalah mantan karyawan PT. Kaboli Lumber yang sekarang sudah tutup. Dalam rangka membiayai anak dan menghidup keluarga, selain menjadi penjual pentol serta es kolkol, beliau juga bertani. Beliau memiliki padi sebanyak 40 borong. Kalau tidak ada hama, biasanya bisa menghasilkan 300 blek padi, tapi kalau ada yang rusak, cuma sekitar 200 blek saja. 100 blek disimpan untuk makan sehari-hari sedangkan sisanya dijual bila ada keperluan lain dari anak-anak baik untuk sekolah maupun kehidupan sehari-hari.


Ketrampilan membuat es kolkol ini beliau peroleh sejak masih berada di Barabai, Hulu Sungai Tengah. Beliau hanya menggunakan sedikit pemanis dan menggunakan lebih banyak gula. Hal itulah yang membuat es beliau setiap hari habis. Beliau berjualan mulai pagi hari di depan SDN 3 Selat Hulu ini sampai jam 10.00 WIB, setelah itu beliau akan pergi ke Mandomai. Beliau akan berjualan di sana sampai jam 16.00 WIB. Insya Allah dagangan beliau sudah habis pada jam sekian.

Dari tujuh anak beliau tersebut, satu orang sudah menikah, satu orang sudah bekerja sebagai supir di Banjarmasin, masih ada tiga orang lagi yang masih sekolah. Dengan bertani dan berjualan inilah beliau bisa menghidupi keluarga dan menyekolahkan anak-anak.

Dalam sehari beliau membuat sebanyak 250 potong es kolkol dengan harga Rp 500, beliau membuat pentol, tahu dan telur puyuh dengan harga masing-masing Rp 500. Meskipun keuntungan yang didapatnya sangat sedikit, tapi bila ada anak-anak yang tidak memiliki uang untuk membeli es atau pentol yang beliau jual, beliau akan memberikannya secara gratis kepada mereka yang tidak memiliki uang tersebut. Dalam sehari paling tidak beliau menyumbangkan Rp 5.000 dari dagangannya untuk memberikan es atau pentol kepada anak-anak secara gratis. Sebuah ketulusan yang patut ditiru.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kamus Dayak Ngaju - Indonesia

Pengantar singkat Bahasa Dayak Ngaju (4)

Laki-laki adalah "qawwam" bagi perempuan