Oleh:
H. Amanto Surya Langka, Lc*
Bulan ini adalah bulan Rajab, dimana terjadi peristiwa Isra’ dan Mi’raj. Dalam peringatan ini kita berharap acara ini bisa dimaksimalkan dalam rangka mengambil hikmah bagi umat Islam. Hikmah yang paling besar adalah penguatan dari sisi ibadah yaitu shalat itu sendiri yang posisinya sangat dominan dalam agama kita.
Sejauh mana efektivitas acara peringatan ini bergantung pada sejauh mana kegiatan ini dapat meningkatkan semangat kita dalam melaksanakan shalat. Inti dari Isra’ dan Mi’raj adalah kita terinspirasi untuk rajin beribadah.
Kira-kira berapa biaya kita habis untuk acara ini. Kalau masjid ini besar, berarti biayanya besar. Di Palangka saja lebih dari 100 titik pelaksanaan Isra’ Mi’raj, baik di masjid, langgar, maupun instansi. Taruhlah kita menghabiskan dana Rp 5 juta. Dikali 100 titik maka biaya yang dihabiskan sekitar 500 juta. Apakah dana yang kita keluarkan, semangat kita dalam melaksanakan acara sampai jam 10 malam, apakah ada peningkatan yang signifikan dalam menambah jumlah jama’ah yang hadir dalam shalat.
Kesuksesan ceramah dan keberhasilan panitia untuk menghadirkan peserta dalam peringatan ini adalah berapa banyak yang hadir dalam shalat subuh besok pagi. Kalau kita tidak memiliki tujuan tersebut, maka kita hanya melaksanakan rutinitas belaka.
Masing-masing mesjid dalam memperingati Isra' dan Mi'raj biasanya memiliki tema-tema yang hebat, tapi apakah itu bisa diwujudkan. Bila tidak, maka peringatan tersebut hanya merupakan rutinitas. Inilah kondisi kita, dimana kita beragama hanya sekedar rutinitas atau menjatuhkan beban, harus Maulid atau harus Isra’ Mi’raj. Biaya yang dikeluarkan tidak sedikit.
Bila dikaitkan dengan rencana Pemko Palangka Raya untuk membangun Masjid Kecubung. Kalau sepuluh kabupaten mau menyumbangkan dana Isra’ Mi’raj mereka maka akan terkumpul dana sebanyak 5 milyar. Kalau kita mengurangi kemeriahan acara tanpa mengurangi maknanya dan menyumbangkan dananya ke tempat-tempat yang membutuhkan, maka kita sebenarnya sudah melakukan peringatan tersebut.
Ceramah tidak akan bisa mengubah pendengar, masalah apakah dilaksanakan atau tidak, maka itu tergantung kepada pendengar, apakah mereka mau mengubah diri mereka sendiri (13: 11). Kita memberi nuansa yang berbeda dalam setiap peringatan yang dilakukan.
*
Ketua Persatuan Umat Islam (PUI) Kalimantan Tengah.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar terhadap tulisan kami!