Konsolidasi Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSAD) 2024

Gambar
  Pada hari Kamis, 25 April 2024 bertempat di Hotel Santika dilaksanakan Konsolidasi ARSADA - RSD Se-Indonesia dengan tema Strategi Pelayanan Farmasi dan Regulasi Pajak di Rumah Sakit Daerah. Dr. dr. Slamet Riyadi menyampaikan sambutan dari ARSADA tentang berbagai asumsi yang harus diantisipasi sebagai berikut: 1. Pemerintahan Baru. Potensi dampaknya kepada rumah sakit daerah. Kepala daerah baru (periode baru) DPRD Baru (periode baru) Posisi / kedudukan direktur rumsah sakit daerah Hubungan Pemda dengan rumah sakit daerah Kebijakan Pemda tentang uang, sarana prasarana dan sumber daya manusia Konsistensi pelaksanaan BLU/BLUD 2. Kefarmasian. Kepmenkes HK.01.07/Menkes/503/2024. Nilai klaim harga obat program rujuk balik; obat penyakit kronis di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat lanjut, obat kemoterapi, dan obat alteplase. Potensi dampak kepada rumah sakit daerah: Output: Mutu Layanan Kefarmasian meningkat Konsolidasi katalog elektronik sektoral kementerian kesehatan Penataan formulari

Bedah Artikel: Imunisasi Siasat Yahudi Lumpuhkan Generasi



Pada hari Minggu, 25 Desember 2011 bertempat di Jalan Mawar No. 10, Kuala Kapuas, Ikatan Da'i Indonesia Kabupaten Kapuas menyelenggarakan kegiatan Bedah Artikel dari Tabloid Bekam yang berjudul Imunisasi Siasat Yahudi Lumpuhkan Generasi. Materi ini disampaikan oleh dr. Jum'atil Fajar.

Topik pertama yang dibahas adalah apakah bakteri atau virus yang dilemahkan tersebut berbahaya bagi tubuh? Pemateri memutarkan video diatas yang menggambarkan pertama kalinya vaksin ditemukan oleh Edward Jenner, seorang dokter yang bekerja di pedesaan. Beliau melihat bahwa orang-orang yang pernah menderita penyakit Cowpox tidak menderita Smallpox (Cacar). Beliau lalu melakukan percobaan dengan menyuntikkan seorang anak yang sehat dengan serum yang mengandung Cowpox, kemudian setelah penyakitnya timbul dan sembuh, lalu disuntikkan serum yang mengandung Smallpox, ternyata anak tersebut kebal terhadap Smallpox. Hal ini menjadi awal dari dikembangkannya vaksin untuk melawan Cacar.


Topik kedua adalah tentang kutipan dari artikel ini tentang buku "Saatnya Dunia Berubah - Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung" yang dikarang oleh DR. Dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K), mantan menteri kesehatan RI. Buku ini sebenarnya tidak menentang vaksin tapi lebih mempersoalkan andil dari WHO yang menjual strain virus yang dikirimkan oleh negara-negara berkembang kepada perusahaan pembuat vaksin..

Topik ketiga adalah tentang keharaman vaksin. Tentang hal ini pemateri menyampaikan Fatwa MUI No. 16 tahun 2005, tentang kedaruratan penggunaan vaksin polio. Fatwa ini dikeluarkan dengan mempertimbangkan bahwa manfaat pemberian vaksin lebih besar daripada mudharat dimana bahan pembuatnya masih mengandung unsur yang haram. Oleh karena itu, marilah kita dorong Biofarma untuk memproduksi vaksin yang halal.

Topik keempat tentang efektivitas vaksin dalam menurunkan angka kesakitan. Mengutip gambar dari Center for Disease Control dibawah ini:
Tampak sekali bahwa sejak tahun 1963, dimana vaksin Campak mulai diberikan kepada masyarakat, maka jumlah kasus Campak menurun secara drastis. Ini menunjukkan bahwa vaksin sangat efektif dalam menurunkan angka kesakitan.

Topik berikutnya adalah tentang mengapa orang yang divaksin lebih banyak sakit dibandingkan dengan mereka yang tidak divaksinasi bila terjadi wabah? CDC memberikan ilustrasi dalam sebuah SMA yang memiliki 1.000 orang siswa. 5 orang siswa tidak divaksinasi, sedang sisanya mendapatkan imunisasi lengkap. Ketika seluruh siswa terpapar penyakit Campak, kelima orang yang tidak diimunisasi langsung sakit. Dari 995 orang yang diimunisasi, 7 orang sakit. Bila dilihat persentase dari yang sakit, tampak bahwa mereka yang divaksinasi, jumlahnya lebih banyak menderita sakit dibandingkan yang tidak divaksinasi. Tapi bila kita bandingkan orang yang menderita sakit, dibandingkan dengan apakah dia diimunisasi atau tidak, maka tampak bahwa pada orang yang tidak diimunisasi, 100% (5/5) sakit, sedangkan mereka yang diimunisasi hanya 0,7% (7/995) sakit. Jadi disini tampak bahwa vaksin bermanfaat dalam mencegah siswa terinfeksi penyakit.

Topik selanjutnya adalah resiko terkena penyakit dengan resiko akibat diimunisasi. Bila kita merujuk gambar dibawah ini yang datanya diambil dari Center for Disease Control Amerika :
tampak jelas bahwa resiko terkena penyakit jauh lebih besar dibandingkan dengan resiko divaksinasi.

Mengenai pemberian vaksin yang diberikan secara sekaligus, sebuah laporan dari Institute of Medicine mengatakan bahwa, "Data ilmiah yang tersedia menunjukkan bahwa vaksinasi secara simultan dengan berbagai vaksin tidak memiliki efek samping terhadap sistem imun anak yang normal."

Lalu apa bahayanya bila cakupan imunisasi menurun. Situs History of Vaccines menjelaskan bahwa pada akhir tahun 1990-an, angka vaksinasi MMR mulai menurun lebih dari 90% sampai 80% atau lebih rendah lagi di England, Inggris. Sebagai akibatnya, jumlah kasus campak mulai meningkat: pada tahun 1998 jumlah kasus campak yang dilaporkan di Wales dan England cuma 56 kasus, pada tahun 2008 jumlah kasus yang dikonfirmasi sebanyak 1.348 kasus. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kamus Dayak Ngaju - Indonesia

Pengantar singkat Bahasa Dayak Ngaju (4)

Laki-laki adalah "qawwam" bagi perempuan