Tuberkulosis
(TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi
dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
Sumber
penularan penyakit ini adalah pasien TB yang ditemukan kuman BTA di dalam
pemeriksaan dahaknya. Dalam istilah kedokteran, khususnya pemeriksaan
laboratorium, kuman TB disebut BTA (Basil Tahan Asam). Jadi jika pasien
ditemukan BTA positif dalam dahaknya, artinya ditemukan kuman TB, dan pasien
tersebut jika tidak diobati menjadi sumber penularan.
Pada waktu
penderita TB BTA positif batuk atau bersin, tersebarlah kuman ke udara dalam
bentuk percikan dahak. Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan
dahak. Itulah sebabnya dianjurkan bila batuk harus ditutup dengan tissue atau
tangan.
Umumnya
penularan terjadi dalam ruangan di mana percikan dahak berada dalam waktu yang
lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari
langsung dapat membunuh kuman. Percikan dahak ini dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan gelap
dan lembab. Oleh karena itu, lingkungan rumah yang sehat yakni yang cukup sinar
matahari dan ventilasi, akan mengurangi kemungkinan kuman TB berkembang.
Daya penularan
seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya.
Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, maka makin menular
pasien tersebut. Orang sehat hanya perlu bernafas untuk tertular kuman TB ini.
Menurut WHO
TB Global Report 2011, estimasi angka insidens TB di Indonesia tahun 2010
adalah 100-299 kasus per 100.000 penduduk. Menurut Riskesdas 2007, penyebab
kematian terbanyak akibat infeksi adalah karena TB. . Sebagai Negara juara ke 4
dalam hal tingginya angka kejadian TB di seluruh dunia, kita penduduk Indonesia
kemungkinan besar sudah banyak yang terinfeksi kuman TB.
Kuman TB bersarang dalam paru-paru kita, dan tidur
untuk waktu yang lama. Jika daya tahan tubuh kita lemah dan kurang gizi, maka
kuman itu akan berkembang dan lama kelamaan tubuh kita jadi sakit TB. Namun jika
daya tahan kita kuat, kuman ini tidak muncul, sehingga kita tidak sakit TB.
Namun daya tahan tidak cukup, perlu didukung juga oleh lingkungan yang sehat. Orang
dengan infeksi HIV/AIDS di mana sistem kekebalan tubuhnya menurun dengan pasti,
maka penyakit TB juga akan muncul mengiringi.
Gejala utama terkena
penyakit TB adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat
diikuti dengan gejala tambahan yakni dahak bercampur darah, batuk darah, sessak
napas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, berkeringat malam
hari tanpa kegiatan fisik, dan demam meriang lebih dari satu bulan. Gejala tersebut di atas dapat pula
dijumpai pada penyakit paru lainnya selain TB. Namun mengingat angka kejadian
TB di Indonesia masih cukup tinggi, maka setiap pasien yang datang dengan
keluhan batuk berdahak lebih dari 2-3 minggu dan gejala lain seperti tersebut
di atas, maka langsung diperiksa dahaknya.
Pemeriksaan
dahak sangat penting dalam menegakkan diagnosis TB, menentukan potensi
penularan, maupun mengevaluasi keberhasilan pengobatan. Pasien
yang datang ke puskesmas atau rumah sakit akan diminta untuk memeriksakan dahaknya
3 waktu yaitu sewaktu (S), pagi (P), dan sewaktu (S). S yang pertama adalah
saat pertama kali pasien datang ke puskesmas. P adalah dahak yang dikumpulkan
di rumah pagi hari kedua,s egera setelah bangun tidur. S yang ketiga adalah
saat hari kedua pasien datang kembali ke puskesmas untuk menyerahkan pot dahak
pagi.
Setelah
didiagnosa TB, maka pasien akan diberi penyuluhan dan pengobatan TB. Obat TB
yang disediakan di puskesmas dan rumah sakit (yang sudah menjalankan DOTS) diberikan
gratis. Obat harus diminum rutin dan teratur sesuai petunjuk selama 6 bulan.
Jumlah obat sekali minum banyak, karena kuman TB sudah tidak mempan lagi
dibunuh hanya dengan 1-2 macam obat. Pengobatannya minimal 6 bulan, inipun
karena sifat kuman TB tidak bisa dibunuh sekaligus hanya dalam 1-2 bulan saja.
Sangat
disayangkan jika ada pasien yang karena merasa enak / sembuh setelah minum obat
1-2 bulan, maka dia tidak melanjutkan lagi pengobatannya. Mundur tanpa berita,
tidak datang lagi ke puskesmas untuk melanjutkan obatnya. Boleh jadi saat itu
dia merasa sudah sembuh, padahal yang sesungguhnya kuman TB dalam tubuhnya
belum mati semuanya.
Jika pasien
seperti ini ogah-ogahan melanjutkan pengobatannya, kadang mau kadang tidak,
berhenti sesukanya, maka dikhawatirkan kumanTB-nya suatu saat akan kebal
terhadap obat TB yang ada. Kalau sudah begini, terjadilan MDR (multi drug
resistant), yakni si kuman tidak mempan lagi digempur dengan berbagai macam
obat TB yang ada. Kalau sudah begini, mau diobati pakai apa lagi???
Pasien
dinyatakan sembuh apabila telah menyelesaikan pengobatan minimal 6 bulan dengan
baik (tidak mangkir sesukanya), dan saat diperiksa dahaknya kuman TB tidak
ditemukan lagi. Pasien
umumnya berangsur-angsur merasa nasfu makan bertambah, berat badan naik, dan
tidak batuk-batuk lagi. Pasien tidak dapat memutuskan sendiri bahwa dirinya
sudah sembuh, lalu menghentikan pengobatan sesukanya.
Karena itu,
mari kita waspada terhadap penyakit Tb ini. Di sekitar kita masih banyak
penderita TB yang belum ditemukan dan diobati, dan ini menjadi sumber penularan
. Negara kita sudah juara TB ke-4 sedunia, sebuah “prestasi” menyedihkan. Maka,
siapapun yang batuk berdahak 2-3 minggu lebih disertai dengan gejala-gejala
seperti di atas, maka periksalah ke puskesmas. Kalau setelah diperiksa
dinyatakan TB, jangan khawatir, karena ada obatnya di puskesmas, gratis lagi.
Penyakit TB dapat disembuhkan asalkan minum obat teratur sesuai petunjuk selama
paling sedikit 6 bulan.
Karena itu, jangan malu untuk berobat, karena
penyakit ini bisa mengenai siapa saja, tua-muda, kaya-miskin. Jadi, tunggu apa
lagi? Mari bersama-sama Stop TB !
Komentar
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar terhadap tulisan kami!