Sosialisasi Peningkatan Kepatuhan Terhadap Pemenuhan Standar Pelayanan Publik di Lingkungan Kabupaten Kapuas

Gambar
  Kegiatan Sosialisasi Peningkatan Kepatuhan Terhadap Pemenuhan Standar Pelayanan Publik di Lingkungan Kabupaten Kapuas dilaksanakan pada hari Selasa, 30 April 2024 di aula Badan Perencanaan, Penelitian dan Pembangunan Daerah Kabupaten Kapuas.  Dalam sambutan dari Asisten III, Bapak Ahmad M. Saribi, beliau mengharapkan adanya arahan dari Sekretaris Daerah terkait masalah pembangunan Zona Integritas di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Dinas Penanaman Modal, Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas. Bapak Sekretaris Daerah Kabupaten Kapuas, Drs, Septedy, menyampaikan bahwa hasil dari Ombudsman untuk tahun 2023 adalah 82,72. Tapi penilaian KPK, kita berada pada 68,99 padahal target nasional adalah di atas 70. Kita tidak boleh puas dengan kepatuhan di Ombudsman, kita harus meningkatkan satuan pengawasan internal. Beliau bertanya, kalau darah lain bisa, mengapa kita tidak bisa. Mengapa? Masalahnya dimana? Pekerjaan ini adalah pekerjaan kita semua,

Mari bersama-sama STOP TB !



Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
Sumber penularan penyakit ini adalah pasien TB yang ditemukan kuman BTA di dalam pemeriksaan dahaknya. Dalam istilah kedokteran, khususnya pemeriksaan laboratorium, kuman TB disebut BTA (Basil Tahan Asam). Jadi jika pasien ditemukan BTA positif dalam dahaknya, artinya ditemukan kuman TB, dan pasien tersebut jika tidak diobati menjadi sumber penularan.


Pada waktu penderita TB BTA positif batuk atau bersin, tersebarlah kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak. Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Itulah sebabnya dianjurkan bila batuk harus ditutup dengan tissue atau tangan.

Umumnya penularan terjadi dalam ruangan di mana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dahak ini dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan gelap dan lembab. Oleh karena itu, lingkungan rumah yang sehat yakni yang cukup sinar matahari dan ventilasi, akan mengurangi kemungkinan kuman TB berkembang.

Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, maka makin menular pasien tersebut. Orang sehat hanya perlu bernafas untuk tertular kuman TB ini.

Menurut WHO TB Global Report 2011, estimasi angka insidens TB di Indonesia tahun 2010 adalah 100-299 kasus per 100.000 penduduk. Menurut Riskesdas 2007, penyebab kematian terbanyak akibat infeksi adalah karena TB. . Sebagai Negara juara ke 4 dalam hal tingginya angka kejadian TB di seluruh dunia, kita penduduk Indonesia kemungkinan besar sudah banyak yang terinfeksi kuman TB.

Kuman TB  bersarang dalam paru-paru kita, dan tidur untuk waktu yang lama. Jika daya tahan tubuh kita lemah dan kurang gizi, maka kuman itu akan berkembang dan lama kelamaan tubuh kita jadi sakit TB. Namun jika daya tahan kita kuat, kuman ini tidak muncul, sehingga kita tidak sakit TB. Namun daya tahan tidak cukup, perlu didukung juga oleh lingkungan yang sehat. Orang dengan infeksi HIV/AIDS di mana sistem kekebalan tubuhnya menurun dengan pasti, maka penyakit TB juga akan muncul mengiringi.

Gejala utama terkena penyakit TB adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yakni dahak bercampur darah, batuk darah, sessak napas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, dan demam meriang lebih dari satu bulan. Gejala tersebut di atas dapat pula dijumpai pada penyakit paru lainnya selain TB. Namun mengingat angka kejadian TB di Indonesia masih cukup tinggi, maka setiap pasien yang datang dengan keluhan batuk berdahak lebih dari 2-3 minggu dan gejala lain seperti tersebut di atas, maka langsung diperiksa dahaknya.

Pemeriksaan dahak sangat penting dalam menegakkan diagnosis TB, menentukan potensi penularan, maupun mengevaluasi keberhasilan pengobatan.   Pasien yang datang ke puskesmas atau rumah sakit akan diminta untuk memeriksakan dahaknya 3 waktu yaitu sewaktu (S), pagi (P), dan sewaktu (S). S yang pertama adalah saat pertama kali pasien datang ke puskesmas. P adalah dahak yang dikumpulkan di rumah pagi hari kedua,s egera setelah bangun tidur. S yang ketiga adalah saat hari kedua pasien datang kembali ke puskesmas untuk menyerahkan pot dahak pagi.

Setelah didiagnosa TB, maka pasien akan diberi penyuluhan dan pengobatan TB. Obat TB yang disediakan di puskesmas dan rumah sakit (yang sudah menjalankan DOTS) diberikan gratis. Obat harus diminum rutin dan teratur sesuai petunjuk selama 6 bulan. Jumlah obat sekali minum banyak, karena kuman TB sudah tidak mempan lagi dibunuh hanya dengan 1-2 macam obat. Pengobatannya minimal 6 bulan, inipun karena sifat kuman TB tidak bisa dibunuh sekaligus hanya dalam 1-2 bulan saja.

Sangat disayangkan jika ada pasien yang karena merasa enak / sembuh setelah minum obat 1-2 bulan, maka dia tidak melanjutkan lagi pengobatannya. Mundur tanpa berita, tidak datang lagi ke puskesmas untuk melanjutkan obatnya. Boleh jadi saat itu dia merasa sudah sembuh, padahal yang sesungguhnya kuman TB dalam tubuhnya belum mati semuanya.

Jika pasien seperti ini ogah-ogahan melanjutkan pengobatannya, kadang mau kadang tidak, berhenti sesukanya, maka dikhawatirkan kumanTB-nya suatu saat akan kebal terhadap obat TB yang ada. Kalau sudah begini, terjadilan MDR (multi drug resistant), yakni si kuman tidak mempan lagi digempur dengan berbagai macam obat TB yang ada. Kalau sudah begini, mau diobati pakai apa lagi???

Pasien dinyatakan sembuh apabila telah menyelesaikan pengobatan minimal 6 bulan dengan baik (tidak mangkir sesukanya), dan saat diperiksa dahaknya kuman TB tidak ditemukan lagi. Pasien umumnya berangsur-angsur merasa nasfu makan bertambah, berat badan naik, dan tidak batuk-batuk lagi. Pasien tidak dapat memutuskan sendiri bahwa dirinya sudah sembuh, lalu menghentikan pengobatan sesukanya.  
Karena itu, mari kita waspada terhadap penyakit Tb ini. Di sekitar kita masih banyak penderita TB yang belum ditemukan dan diobati, dan ini menjadi sumber penularan . Negara kita sudah juara TB ke-4 sedunia, sebuah “prestasi” menyedihkan. Maka, siapapun yang batuk berdahak 2-3 minggu lebih disertai dengan gejala-gejala seperti di atas, maka periksalah ke puskesmas. Kalau setelah diperiksa dinyatakan TB, jangan khawatir, karena ada obatnya di puskesmas, gratis lagi. Penyakit TB dapat disembuhkan asalkan minum obat teratur sesuai petunjuk selama paling sedikit 6 bulan.


Karena itu, jangan malu untuk berobat, karena penyakit ini bisa mengenai siapa saja, tua-muda, kaya-miskin. Jadi, tunggu apa lagi? Mari bersama-sama Stop TB !

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kamus Dayak Ngaju - Indonesia

Pengantar singkat Bahasa Dayak Ngaju (4)

Laki-laki adalah "qawwam" bagi perempuan