 |
Guru H. Parhani (paling kiri) sedang memberikan kuliah subuh |
Oleh: Guru H. Parhani
Kita bersyukur dipertemukan dengan bulan Ramadhan. Mari kita
tanam ibadah di bulan ini. Di Bulan Ramadhan, amal saleh akan mendapatkan nilai
yang berlipat ganda dibandingkan bulan-bulan yang lain. Rasulullah SAW
bersabda, “Jika sekiranya umatku benar-benar mengimani dengan keistimewaan yang
ada pada bulan Ramadhan itu, niscaya mereka menginginkan satu tahun itu sebagai
Ramadhan.
Tahun ini, Alhamdulillah kita lihat masjid, langgar, mushola
ma’mur dengan umatnya, termasuk Masjid Agung Al Mukarram Amanah. Ini pertanda
meningkatnya syi’ar Ramadhan pada tahun ini. Promotor / potret keimanan itu
dapat dilihat dari tempat-tempat ibadah. Di dunia ini ada dua cermin, cermin
ekonomi dan cermin keimanan. Cermin ekonomi adalah pasar. Kalau banyak yang
berdagang dan yang membeli di pasar maka perekonomian masyarakat baik. Bila
pasar sepi, pertanda masyarakat tidak ma’mur.
Bila masjid, langgar, mushola ma’mur dengan jama’ahnya maka keimanan
masyarakat ini baik. Masyarakat kadang hanya berpikir untuk membangun, tapi
begitu masjidnya sudah bagus, sedikit yang datang ke masjid. Kita dituntut
untuk membangun dan mema’murkan masjid yang sudah kita bangun. Supaya masjid ma’mur,
orang yang memikirkan kepentingan masjid adalah orang-orang yang mendapatkan
kemuliaan dari Allah.
“Sebaik-baik tempat di dunia ini adalah masjid-masjidnya”.
Dalam Al-Qur’an Allah berfirman, “Sesungguhnya yang mema’murkan
masjid adalah orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir.”
“Ada tujuh golongan yang mendapat naungan, salah satunya
adalah seorang laki-laki yang hatinya selalu terpaut kepada masjid.”
Orang yang mema’murkan masjid selain beriman kepada Allah
dan hari akhir, dia akan mendapatkan naungan dari Allah SWT di hari akhir.
Tempat beribadah yang paling mulia di dunia ada tiga yaitu
masjidil Haram (100.000 kali pahalanya), Masjid Nabawi (10.000 kali pahalanya),
Masjidil Aqsho (1.000 kali pahalanya) yang kondisinya saat ini sangat
memprihatinkan, semoga Allah lindungi.
Salah satu keistimewaan masjid, kalau kita berniat untuk i’tikaf
mendapat nilai ibadah di sisi Allah SWT. Orang yang berhadats besar diharamkan
masjid, meskipun masjid-nya tidak mewah. Karena masjid mendapat kemuliaan
dipandangan Allah SWT. Orang yang mula-mula masuk masjid istimewa, “Bila kamu
masuk masjid, maka shalatlah dahulu dua raka’at”.
Mari kita ma’murkan masjid dengan menghidupkan shalat-shalat berjama’ah, jangan Cuma Subuh,
Maghrib dan Isya. Bila masjid ma’mur maka masyarakat akan mendapatkan
keberkahan dari Allah. Shalat jama’ah bukan hanya berpahala dua puluh tujuh
kali lipat tapi shalat ini akan mengikat hati orang-orang beriman. “Shalat
berjama’ah akan mengikat hati-hati kalian.” Islam akan mendapat kewibawaan /
pengaruh bila masyarakat shalat berjama’ah. Para sahabat sangat terangsang
dengan shalat berjama’ah. Lantaran ada yang sibuk mengurus kebun kurma,
terlambat datang, dia menyesal. Akhirnya karena terlambat datang, kebun
kurmanya disedekahkan.
Imam Ahmad bin Hanbal menganggap shalat berjama’ah ini
fardhu ‘ain bagi laki-laki. Ini saking tingginya keutamaan shalat berjama’ah.
ada lagi ulama yang berpendapat bahwa shalat berjama’ah adalah syarat sah
shalat. Bagi mazhab Syafi’i shalat wajib sendirian, hukumnya makruh. Shalat
berjama’ah hukumnya fardhu kifayah dalam mazhab Syafi’i.
Di kantor dan sekolah ada mushola atau masjid. Disetiap waktu
shalat mereka berjama’ah. Rasulullah sejak diwajibkannya shalat sampai
meninggal, tidak pernah shalat sendirian. Pekerjaan ringan yang pahalanya
sangat besar adalah shalat berjama’ah. Nilai yang didapat imam, itulah yang
didapat oleh ma’mum.
Dalam shalat jama’ah ada beberapa hal yang perlu kita
perhatikan yaitu pesan imam sebelum shalat. Imam meluruskan dan meratakan shaf.
Dalam tinjauan fikh, bila shaf pertama masih ada yang kosong lalu diisi shaf
kedua maka pahala 27 kali tersebut gugur.
Setiap jama’ah di dunia ini akan muncul cahaya.
Cahaya-cahaya ini akan bergabung dengan cahaya di Masjid Haram. Cahaya ini akan
dilihat oleh malaikat dan dido’akan. Sama seperti senter, bila baterai-nya
tidak menyatu maka senter tidak menyala. Bila shalat tidak rapat shafnya maka
cahaya shalat tidak akan muncul.
Bila shaf kurang rata, umat kurang kompak. Meratakan shalat
dengan tumit. Jarak shaf dengan shaf jangan jauh. Jarak imam dengan jama’ah
jangan jauh. Perhatikan shaf, bila sudah penuh shaf pertama, baru isi shaf
kedua dan seterusnya.
Ajak anak-anak remaja kita untuk shalat berjama’ah agar
mereka terbiasa mema’murkan tempat ibadah. Satu kebanggaan bagi masyarakat kita
memiliki langgar, mushola atau masjid. Shalat berjama’ah diutamakan bagi kaum
laki-laki. Semoga jama’ah tetap ramai sampai setelah Ramadhan.
Disampaikan pada kegiatan
Safari Subuh, hari Minggu, 12 Juli 2014 di Masjid Riyadhul Jannah, Jl. K.S.
Tubun, Kuala Kapuas
Komentar
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar terhadap tulisan kami!