Allah Akan Terus Memilih dan Mengajarkanmu: Refleksi Kisah Nabi Yusuf AS

Gambar
Ceramah inspiratif Ustadz Nouman Ali Khan mengangkat kisah Nabi Yusuf AS sebagai pelajaran hidup yang relevan dan membumi. Dalam ceramah tersebut, beliau mengajak kita memahami bahwa setiap ujian hidup adalah sarana untuk tumbuh, bukan untuk terpuruk dalam identitas sebagai korban. Kisah Dimulai dari Mimpi Ketika Yusuf kecil menceritakan mimpinya kepada sang ayah, Nabi Ya’qub AS, sang ayah tidak hanya memahami makna mimpi itu sebagai tanda kenabian, tetapi juga memberikan nasihat penting: "Jangan ceritakan kepada saudara-saudaramu." Mengapa? Karena ayahnya tahu, Yusuf akan menghadapi ujian besar, termasuk kecemburuan dan niat jahat dari saudara-saudaranya. Ujian yang Terus Datang Yusuf AS menghadapi serangkaian peristiwa traumatis: dikhianati, dibuang ke sumur, dijual sebagai budak, difitnah, dan dipenjara. Namun yang luar biasa, Yusuf tidak pernah menyebut dirinya sebagai korban. Ia justru melihat semua itu sebagai proses pembelajaran. Inilah makna dari pesan sang ayah:...

Keutamaan Bulan Ramadhan


Oleh: Ustadz Suriani Jiddy, Lc

Dari Abu Hurairah r.a ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, Allah swt berfirman, Semua amal perbuatan anak Adam untuk dirinya kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku-lah yang akan membalasnya. Puasa adalah perisai. Apabila seseorang diantara kamu berpuasa janganlah berkata kotor / keji (cabul) dan berteriak-teriak. Apabila ada orang yang mencaci makinya atau mengajak bertengkar, katakanlah, Sesungguhnya aku sedang berpuasa. Demi Allah yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah daripada aroma minyak kesturi. Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan, yaitu kegembiraan ketika berbuka puasa dan kegembiraan ketika bertemu dengan Rabb-nya. (Muttafaq ‘alaihi, dan ini lafazh al-Bukhari)

Kaidah dari Syaikh Muhammad Ghazali :
1.       Tidak semua yang disebut hadits itu hadits. Kita perlu teliti dalam menerima hadits. Jangan sampai kita mengamalkan hadits-hadits yang berada dalam tingkatan hadits palsu.

2.       Tidak semua orang memiliki pemahaman yang benar tentang hadits. Ulama membuat kaidah untuk memahami hadits. Syaikh Qaradawi menulis buku bagaimana kita berinteraksi dengan sunnah. Kita perlu kembali kepada para ulama yang mereka memang ahlinya. Masing-masing ilmu ada pakarnya. Yang tidak ahlinya tidak boleh bicara. Kalau kita paksakan, maka pasti bicaranya adalah ngawur. Kesimpulan yang disampaikan adalah ngawur. Misalnya orang yang menyatakan bahwa semua agama adalah benar.

Penjelasan: Semua perbuatan anak Adam adalah untuknya… kita akan mendapatkan balasan dari apa yang kita kerjakan. Kita tidak akan mendapatkan balasan kalau kita tidak melakukannya. Balasan Allah tidak hanya diakhirat tapi juga di dunia. Balasan di akhirat adalah surga, dijauhkan dari siksa neraka. „barang siapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan dalam surga, ialah orang yang beruntung.“ Di dunia ini ada dua surga. Yang tidak masuk surga dunia dijamin tidak masuk surga akhirat. Surga dunia itu bukan materi, bukan dunia dengan segala isinya, melainkan nikmatnya beribadah. Orang yang tidak bisa menikmati ibadahnya, dia tidak bisa masuk surga.

Allah SWT tidak perlu ibadah kita. Salah satu adab menuntut ilmu adalah memilih guru. Tidak setiap orang bisa dijadikan guru. Kalau kita sekolah, harus pilih-pilih sekolahnya. Guru itu digugu dan ditiru. Nasehat ulama: ketika aku lihat penuntut ilmu bersungguh-sungguh menuntut ilmu, tapi aku lihat dia tidak mendapatkan apa-apa (manfaat dan buah). Karena mereka salah (salah pilih guru, salah pilih sekolah). Setiap orang yang salah jalan pasti sesat. Kalau tersesat maka tidak sampai ke tujuan.
Allah sama sekali tidak mengambil manfaat kepada kita. Nasihat guru: saya punya teman santri, waktu kuliah mengambil filsafat, ketika menjadi sarjana, tidak mau shalat. Ketika ditanya mengapa tidak shalat. Dia menjawab bahwa Tuhan tidak perlu shalat saya. Kebesaran Tuhan tidak akan bertambah kalau saya shalat, kebesaran Tuhan tidak akan berkurang kalau saya tidak shalat.
Jika semua makhluk bermaksiat kepada Allah, kebesaran Allah tidak akan berkurang. Allah tidak memerlukan shalat kita, kita yang perlu shalat. Allah itu kaya. Orang kaya itu tidak perlu dibantu. Orang kaya yang masih minta-minta adalah orang miskin.

Semua perbuatan anak Adam adalah untuknya, kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Akulah yang membalasnya.

Pertama: di dalam puasa tidak terdapat unsur riya’ sebagaimana yang terjadi pada ibadah lainnya. Kita tidak tahu siapa yang puasa dan tidak puasa. Shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat Isya dan shalat Subuh. Orang Munafik itu beribadah karena ingin dilihat oleh manusia. Kalau tidak dilihat orang dia malas.

Kedua: bahwa yang dimaksud dengan  “dan akulah yang akan membalasnya,” adalah “Hanya Aku-lah yang mengetahui besarnya balasan orang tersebut dan berapa banyak kebaikannya dilipatgandakan. Adapun ibadah lainnya, karena ia dapat dilihat orang.”

Ketiga: yang dimaksud dengan “dan Aku-lah yang akan membalasnya,” yaitu bahwa puasa adalah ibadah yang paling Aku cintai dan yang akan didahulukan di sisi-Ku.

Keempat: idhafah (penyandaran) dalam redaksi ini merupakan idhafah tasyrif (kemuliaan) dan ta’zhim (keagungan), sebagaimana dikatakan “baitullah (rumah Allah), meskipun seluruh masjid sebenarnya adalah milik Allah.” Az-Zain Ibnul Munayyir berkata, “Pengkhususan pada redaksi umum seperti ini tidaklah dipahami selain dengan makna pengagungan dan kemuliaan.”

Allah menyandarkan puasa pada dirinya. Puasa memiliki kemuliaan tersendiri dibandingkan dengan ibadah lainnya.

Kelima: Tidak membutuhkan makan dan syahwat-syahwat lainnya merupakan salah satu sifat Allah SWT. Dan karena orang yang berpuasa mendekatkan dirinya dengan satu sifat-Nya, maka Dia pun menyandarkan ibadah tersebut kepada diri-Nya.

Keenam: maksudnya sama seperti diatas; hanya saja hal tersebut sesuai dengan sifat malaikat. Karena tidak membutuhkan makan dan tidak memiliki syahwat merupakan salah satu sifat mereka.
Ketujuh: maksudnya bahwa puasa tersebutt murni hanya Allah SWT.

Para ulama berkata, Puasa dikecualikan karena ia mencakup tiga macam sabar:
1.       Sabar dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah
2.       Sabar (menjauhi) dari maksiat kepada Allah
3.       Sabar terhadap takdir Allah

Puasa adalah perisai. Puasa melindungi kita dari perbuatan maksiat.

Bau mulut mungkin timbul dari orang yang berpuasa. Bagaimana dengan minum obat yang bisa menghilangkan bau mulut? Apakah kita masih mendapatkan pahala puasa. Hadits ini dipahami jangan sampai orang berlomba-lomba untuk bau mulut. Kalau itu terjadi, di sisi Allah, lebih harum daripada aroma minyak kesturi. Jadi boleh saja menggunakan obat yang bisa menghilangkan bau mulut.

Meskipun di bulan puasa, Rasulullah tetap bersiwak. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kamus Dayak Ngaju - Indonesia

Pengantar singkat Bahasa Dayak Ngaju (4)

Kode Pos di Kabupaten Kapuas