Do’a harian yang baik kita baca:
(Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada
kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena
sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)". (Q.S. Ali Imran, 3: 8)
Kita juga membaca Al-Fatihah:
Tunjukilah kami jalan yang lurus, (Q.S. Al-Fatihah, 1: 6)
Banyak hal yang dapat membuat kita tergelincir.
Fitnah dalam bahasa Indonesia beda dengan bahasa Arab. Dalam
bahasa Indonesia fitnah artinya tuduhan tanpa bukti. Dalam bahasa Arab fitnah
adalah hal yang dapat menggelincirkan kita, menggoda, misalnya fitnah dunia,
fitnah wanita.
Fitnah itu ada dua: (1) fitnah syahwat; (2) fitnah syubhat
Rasulullah SAW: bersegeralah kalian melakukan kebaikan
sebelum datangnya fitnah. Fitnah itu seperti sebagian malam yang gelap gulita
(kita tidak bisa melihat apa yang ada di depan kita). Di pagi hari seseorang
beriman, di sore hari dia kafir. Atau di sore hari dia beriman dan di pagi hari
dia kafir.
Fitnah ini sangat luar biasa. Pagi hari beriman, sore hari
kafir atau sore hari beriman, pagi hari kafir.
Fitnah syahwat. Syahwat adalah keinginan.
Sesungguhnya nafsu (syahwat) senantiasa memerintahkan kepada
yang tidak baik (keburukan). Bentuknya berbagai macam keinginan manusia yang
tidak terkendali, tidak ada batasnya. Sehingga Nabi mengatakan, begitu
serakahnya manusia sehingga kalau mereka diberi dua lembah emas, mereka masih
minta lagi.
Orang serakah dan lain-lain timbul karena tidak mensyukuri
apa yang ada.
Zuhud atau qanaah adalah merasa cukup dengan apa yang ada. Kita
tidak dilarang untuk meminta tambahan yang wajar.
Nabi mengajarkan kita agar merasa cukup dengan apa yang kita
miliki:
Ya Allah aku berlindung kepada Engkau dari ilmu yang tidak
bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’ dan dari nafsu yang tidak pernah
merasa puas (serakah), dan aku berlindung kepada engkau dari do’a yang tidak
dikabulkan.
Dr. Adian Husaini menyebutkan ada empat hal yang dipuja atau
dipertuhankan: (1) syahwat kekayaan. Bagaimana orang ingin mendapatkan kekayaan
dengan berbagai macam cara, menghalalkan segala cara; (2) syahwat kecantikan. Agar
bisa dikatakan cantik mereka menghalalkan secara cara, misalnya melalui
perlombaan ratu kecantikan. Manusia dianggap sebagai manusia bukan karena
fisik, tapi karena jiwanya. Kalau kemuliaan manusia diandalkan pada fisik,
sangat lemah. Kalau kecantikan hanya sebatas kulit, maka ini tidak benar. Para ulama
mengatakan, manusia dianggap manusia karena jiwanya. Qur’an selalu menyebut
kata jiwa atau hati.
Pada hari itu tidak bermanfaat harta dan anak-anak, kecuali
yang datang kepada Allah dengan hati yang bersih.
Sungguh beruntung orang yang membersihkan hatinya (jiwanya).
Ada wanita yang mengasuh Nabi sejak kecil yaitu Ummu Aiman.
Ummu Aiman juga menemani Aminah yang berkeinginan menziarahi makam suaminya. Sepulang
dari ziarah, Aminah meninggal dunia. Rasulullah didampingi oleh Ummu Aiman
(kulit hitam dan tidak diketahui asal usulnya tapi sangat mulia). Begitu mulianya,
Rasulullah senantiasa menyebutnya dengan panggilan Ummi. Nabi Muhammad
menawarkan kepada para sahabat yang menikahinya. Rasulullah mengatakan: siapa
yang mau menikahi salah seorang dari wanita ahli surga. Salah seorang sahabat
menikahinya.
Bilal bin Rabbah adalah seorang budak.
Wanita itu dinikahi karena empat perkara: karena hartanya,
karena kecantikannya, ... jadi fisik juga penting, tapi ada yang lebih penting.
(3) syahwat popularitas. Apalagi sekarang banyak yang
mencaleg. Popularitas ujung-ujungnya akan mendatangkan materi. Bintang iklan
kalau tidak populer, tidak laku. (4) syahwat kekuasaan.
Kita tidak menafikan harta, karena itu adalah fitrah
manusia. Manusia itu sangat senang kepada harta, tapi bagaimana syahwat ingin
menumpuk harta tidak menggelincirkan kita.
Fitnah syubhat. Syubhat adalah berbagai macam kerancuan
berpikir yang kalau kita tidak belajar dengan baik, kita akan terpengaruh.
Ada video propaganda PKI, dia tidak hanya menghina Islam
tapi juga menghina semua agama. Dia bilang, untuk menjadi orang Islam sangat
mudah, cukup mengucapkan dua kalimat syahadat. Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Sampai disini tidak ada
masalah. Syubhatnya adalah: kalau memberi kesaksian kita harus mengetahui dan
melihat. Jadi dia ingin bilang bahwa kalau bersaksi maka agar persaksiannya sah,
maka kita harus pernah melihat Tuhan. Dia bilang, jangan dengar kata ulama,
jangan dengar kata ustadz, kalau tidak melihat itu adalah kesaksian palsu.
Kalau kita tidak pernah belajar, maka ini bisa menggelincirkan
kita. Kita akan bilang benar juga ya, karena kita tidak pernah melihat Tuhan dan
Rasulullah. Penganut agama lain juga akan terpengaruh.
Bagaimana kita menjawabnya? Bagaimana kita menjelaskan bahwa
persaksian kita benar.
Apakah kalian meyakini bahwa laki-laki dan perempuan yang
ada di rumah kalian adalah bapak dan ibu kalian. Pernah nggak kalian melihat
bagaimana kalian dilahirkan.
Kita meyakini karena kesaksian orang lain. Nabi Muhammad SAW
kita yakini sebagai manusia yang sangat jujur. Beliau tidak pernah berdusta. Kejujuran
Nabi tidak hanya diakui oleh sahabat beliau tapi juga oleh musuh beliau. Semua ucapan
Nabi pasti benar. Tentang Allah, yang memberi tahu adalah Nabi Muhammad SAW.
Kalau tidak belajar, kita bisa termakan.
Cara menghadapi ujian adalah sabar. Kita tidak boleh
membalas keburukan dengan keburukan. Kita do’akan orang yang memfitnah tidak
mengulangi perbuatannya.
Imam Hasan Al-Banna: jadilah kalian seperti pohon yang
berbuah, pohon itu dilempari pakai batu, tapi dibalas dengan buah.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar terhadap tulisan kami!