وَمَنْ يَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ إِبْرَاهِيمَ إِلَّا مَنْ سَفِهَ نَفْسَهُ
ۚ وَلَقَدِ اصْطَفَيْنَاهُ فِي الدُّنْيَا ۖ وَإِنَّهُ فِي الْآخِرَةِ لَمِنَ
الصَّالِحِينَ
Dan tidak ada yang benci kepada agama
Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami
telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk
orang-orang yang saleh. (Q.S. Al-Baqarah, 2: 130)
مِلَّةِ
– jika ada cenderung, condong atau tertambat pada sesuatu
Saya mulai dari bagian terakhir : وَإِنَّهُ فِي
الْآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِين - dan sesungguhnya dia
di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh. Allah berfirman:
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَٰئِكَ مَعَ الَّذِينَ
أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ
وَالصَّالِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُولَٰئِكَ رَفِيقًا
Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan
Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi
nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati
syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya
(Q.S. An-Nisaa, 4: 69)
Allah membagi orang yang diberi nikmat itu ke
dalam empat kelompok:
1.
Nabi
2.
Shiddiiqiin
3.
Syuhada
4.
Orang-orang
yang saleh
Dalam daftar ini, orang-orang saleh berada
dalam urutan terakhir. Ibrahim adalah ulul azmi, namanya sering diulang-ulang
dalam Qur’an, beliau merupakan orang tua bagi kaum Muslimin, mengapa beliau
disebut sebagai orang-orang saleh, bukan masuk dari kalangan Nabi? Hal ini
karena beliau ingin bersama dengan keturunannya.
Pada ayat 129, Allah menyebutkan tentang
karakteristik Rasul yang akan diutus pada akhir zaman. Kemudian pada ayat 130,
Allah tidak menyebutkan bahwa barang siapa yang berpaling dari ajaran Nabi
tersebut maka .... Tapi Allah memberi ungkapan alternatif yaitu:
وَمَنْ
يَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ إِبْرَاهِيمَ - Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim
Ayat sebelumnya tidak bicara tentang agama
Ibrahim, tapi tentang Rasulullah SAW. Jadi Allah ingin mengatakan bahwa apa
yang Rasulullah SAW bawa adalah agama Ibrahim. Jadi siapa yang benci kepada apa
yang dibawa oleh Rasulullah SAW sama artinya dia benci kepada agama Ibrahim.
Jadi ketika Bani Israil membenci apa yang
dibawa oleh Rasulullah SAW sama artinya dia benci kepada agama Ibrahim. Mereka
yang membenci agama Ibrahim adalah:
إِلَّا مَنْ
سَفِهَ نَفْسَهُ - melainkan orang yang memperbodoh dirinya
sendiri,
Kata bodoh bukan pertama kali muncul. Kata ini
pertama kali muncul pada ayat:
أَنُؤْمِنُ
كَمَا آمَنَ السُّفَهَاءُ - ... "Akan berimankah
kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?" ... (Q.S.
Al-Baqarah, 2: 13)
Ucapan ini diucapkan oleh orang-orang munafik
dan Bani Israil. Jadi ayat ini mengingatkan kembali mereka akan apa yang pernah
mereka lakukan sebelumnya. Kata ini muncul kembali ketika membicarakan masalah
pemindahan kiblat:
سَيَقُولُ
السُّفَهَاءُ مِنَ النَّاسِ - Orang-orang yang kurang
akalnya diantara manusia akan berkata ... (Q.S. Al-Baqarah, 2: 142)
سُّفَهَاءُ – artinya light (ringan). Mudah menerima pendapat yang satu,
kemudian menerima pendapat yang lain tanpa banyak berpikir. Teguh, kritis dan
mengambil kesimpulan serta tidak berpindah kepada kesimpulan lain kecuali ada
bukti yang jelas, ini adalah lawan dari bodoh.
Impulsive consumer adalah terjemah bahasa Arab
klasik untuk سُّفَهَاءُ
Bentuk lain سُّفَهَاءُ –
adalah menganggap diri lemah, tidak berdaya
Arti lain adalah meletakkan diri dalam
kegelapan dan menolak untuk berpikir. Takut berpikir, takut belajar. Orang
Yahudi mempercayai Rabi secara membabi buta (taqlid buta).
Ada yang menterjemahkan “sufaha” dengan menghancurkan
diri sendiri karena kurang berpikir, baik didunia maupun di akhirat.
Ibrahim mengajarkan “basic decency”. Kita
kembali ke normal. Ketika biasa minum soda, pepsi, maka minum air mineral jadi
aneh.
Kalau kita makan yang tidak alami, maka enaknya
segera dirasakan, tapi efek sampingnya belakangan.
وَلَقَدِ
اصْطَفَيْنَاهُ فِي الدُّنْيَا - dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia
Selama ini Bani Israil merasa bahwa mereka
adalah umat pilihan. Allah mengingatkan bahwa mereka jadi umat pilihan karena
mengikuti Ibrahim, sebagaimana yang disampaikan oleh Yusuf ketika di dalam
penjara:
وَاتَّبَعْتُ
مِلَّةَ آبَائِي إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ . Dan aku pengikut agama bapak-bapakku
yaitu Ibrahim, Ishak dan Ya'qub ... (Q.S. Yusuf, 12: 38)
Karena Ibrahim banyak ujiannya, maka Allah
mengajarkan bahwa setiap ujian adalah pelajaran. Itulah sebabnya “ibtila”
artinya ujian dan nikmat pada saat bersamaan. Ibrahim mendapat ujian yang luar
biasa dan beliau mendapat karunia yang luar biasa juga.
Itulah sebabnya umat ini banyak mendapat
ujian. Karena orang yang dipilih akan diuji.
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ
بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ
وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu,
dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.
Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Q.S. Al-Baqarah,
2: 155)
Kata memilih dalam bahasa Arab selain “istifa”
adalah “ijtiba” atau “ikhtiyar”. “Istifa” berasal dari kata “shafwa” yang
artinya suci. “Istifa” dapat berarti seseorang itu dipilih karena kesucian yang
dimilikinya. Bisa juga berarti pilihan tersebut tidak dipengaruhi oleh orang
lain. Misalnya kita memilih sendiri baju dan lain-lain.
اللَّهُ
يَصْطَفِي مِنَ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا وَمِنَ النَّاسِ - Allah memilih utusan-utusan-(Nya) dari
malaikat dan dari manusia; (Q.S. Al-Hajj, 22: 75)
Kalau Allah memilih Ibrahim, mengapa kamu
meributkan ketika Allah memilih Muhammad SAW.
َلَقَدِ
اصْطَفَيْنَاهُ - dalam
bentuk lampau, karena memang ini terjadi pada masa lalu. Kemudian ُ فِي
الدُّنْيَا mengapa di dunia? Karena Allah ingin agar
umat manusia mengambil pelajaran dari apa yang dilakukan oleh Ibrahim selama
hidup di dunia. Pelajaran berharga dari Ibrahim adalah: Hidup ini adalah ujian.
وَإِنَّهُ فِي
الْآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ - dan sesungguhnya dia di
akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh
Jadi orang-orang yang lulus dari ujian dalam
kehidupan dunia maka akan bersama dengan orang-orang saleh di akhirat.
Kalimat ini dalam bentuk “jumlah ismiyah” yang
menggambarkan bahwa ketentuan ini bersifat permanen.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar terhadap tulisan kami!