Navigating Integrity Zone Development: A Hospital's Journey

Gambar
 This storyboard chronicles the efforts of a medical services head tasked with understanding and implementing an integrity zone at RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Hospital. Over one evening, they delve into the self-assessment form required for the integrity zone's development, consulting ChatGPT for clarification on complex issues and drafting essential documents. By morning, they are ready to lead a staff assembly, outlining the steps necessary to foster a culture of integrity within the hospital. On April 17, 2024, the director of RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo assigned the head of medical services to attend a socialization meeting for the integrity zone development. Searching for foundational documents for the integrity zone at night, finding the self-assessment form. Exploring the self-assessment questions, using ChatGPT to understand the complicated parts. Asking ChatGPT for advice on: Team Decree (SK Tim Kerja), Work Plan (Rencana Kerja), Change Agents (Agen Perubahan),

Merindukan Surga - Hadits ke-22 Arba'in Nabawi - Ustadz Suriani Jiddy, Lc

Setiap kaum Muslimin pasti merindukan surga karena kehidupan dunia ini sementara.

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan

(Q.S. Ali Imran, 3: 185)

At-takatsur adalah perlombaan dan kompetisi mengejar dunia. 

Hadits: Perbanyaklah oleh kalian mengingat pemutus kenikmatan

Hadits: Ada dua nikmat yang kebanyakan kita terpedaya olehnya yaitu nikmat kesehatan dan nikmat kesempatan. 

Hadits: Maka barangsiapa yang dihindarkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka dia adalah orang yang beruntung.

Kesuksesan di dunia tidak bisa dijadikan sebagai ukuran karena dunia adalah kesenangan yang semu. 

Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". (Q.S. Al-Kahfi, 18: 110)

Syarat bagi orang yang merindukan surga:
  • beramal saleh
  • tidak menyekutukan Allah dalam beribadat kepada Tuhannya
Hadits: barangsiapa yang mau berjumpa dengan Allah, maka Allah juga mau berjumpa dengannya. Maka barangsiapa tidak mau berjumpa dengan Allah, maka Allah tidak mau berjumpa dengannya. 

Rasulullah menjelaskan dua kondisi manusia saat digotong ke kubur. Jenazah yang kita gotong berbicara, semua mendengar kecuali manusia. Jika yang kita gotong adalah orang yang beriman, saleh, yang merindukan surga berkata: Ayo segera, ayo segera. Kenapa mau cepat, karena dia mau istirahat dari lelahnya dunia, beratnya fitnah dunia. 

Dalam riwayat lain, Rasulullah menjelaskan ketika beliau sedang duduk bersama dengan para sahabat. Ketika lewat orang yang menggotong jenazah, beliau berkata: kira-kira jenazah yang tadi, jenazah yang mau istirahat atau makhluk yang ditinggalkannya yang istirahat. 

Ada tiga makhluk yang mau istirahat kalau ditinggalkan manusia: manusia, hewan, tumbuhan. 

Orang yang beriman akan beristirahat. Orang yang fajir, maka kita yang istirahat dari keonarannya. 

Yang kedua, manusia durjana, durhaka, dia berkata: hei kalian semua yang membawa saya, mau dibawa kemana saya. Kalau manusia mendengar, mereka akan pingsan mendengarnya. 

Agama menganjurkan kepada kita semua, maka segera kita urus jenazahnya, jangan ditunggu-tunggu. Kita berbaik sangka dia termasuk orang yang saleh yang mau istirahat. Untuk mendapatkan apa yang dijanjikan oleh orang-orang yang saleh. Telah aku siapkan bagi hamba-hamba-Ku yang saleh, sesuatu yang tidak pernah dilihat oleh mata, yang tidak pernah di dengar oleh telinga. Itulah kenikmatan surga.

Imam Ibnu Qayyim: meminta surga dan berlindung dari neraka adalah jalan para nabi, para aulia, orang-orang saleh.  

Ada orang yang mengatakan bahwa dalam beramal tidak boleh menginginkan surga, karena dianggap beramal meminta imbalan dan itu tidak ikhlas. Benarkah demikian. Itulah yang dijawab oleh Imam Ibnu Qayyim diatas. 

Kita menginginkan apa yang dijanjikan oleh Allah SWT. Kita beramal memang mengharapkan surga. 

Rasulullah SAW berdo'a minta surga: Ya Allah, aku memohon kepada engkau surga dan segala sesuatu yang mendekatkanku ke surga itu dan aku berlindung kepada Engkau yang Allah dari siksa neraka dan apa-apa yang mendekatkanku dari neraka tersebut. 

Yang berdo'a adalah Rasulullah yang sudah dijamin surga. Dosa yang belum dilakukan pun sudah diampuni. Rasulullah adalah ahli surga. Ada jaminan surga secara pasti kepada beliau.

Rindunya kita kepada surga dan takut kepada neraka tidak menafikan keikhlasan. Keikhlasan adalah beribadah kepada Allah yang telah menjanjikan kenikmatan surga dan menyampaikan ancaman bagi orang-orang yang menyombongkan diri dengan tidak beribadah kepada Allah.

Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri tidak menyombongkan diri maka dia akan masuk ke dalam neraka.

Dan Allah membuat isteri Fir'aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: "Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim. (Q.S. At-Tahrim, 66: 11)

Isteri Fir'aun bertahun-tahun menyembunyikan keimanan. Ketika diketahui dia beriman, dia diazab dengan siksa yang luar biasa. Disaat dia menghadapi siksa yang begitu berat, dia berdo'a agar diberikan rumah di surga. Lalu Allah membuka hijab surga. Dia tidak lagi merasakan beratnya siksaan tersebut. Dia meninggal dalam keadaan tersenyum karena melihat surga. 

Apakah iman orang yang beramal tidak mengharapkan surga, lebih baik imannya dari Asiyah yang sanggap menghadapi siksa yang luar biasa.

Orang yang beriman melihat surga (kenikmatan) atau perkara-perkara gaib yang disebutkan Allah dalam Qur'an, bukan dengan mata fisik tapi mata bashirah. Mata kita semakin sehat, semakin bisa melihat apa yang ada dihadapannya. Kalau mata kita sakit atau bermasalah, maka semakin kabur pula apa-apa yang ada didepannya. 

Begitu juga bashirah, yang bisa melihat hal-hal yang ghaib. Orang yang bashirahnya sehat, melihat kenikmatan surga seperti melihat apa-apa yang ada disekitar mereka. 

Ketika kami duduk di majelis Rasulullah, mereka mengatakan bahwa mereka seperti melihat surga di hadapan kami. Ketika Rasulullah menjelaskan neraka, seolah-olah melihat neraka di depan mata.

Seorang sahbat di Perang Uhud, ketika kaum Muslimin mengalami kekalahan. Banyak yang mundur, ada yang malah maju. Ketika ada yang bertanya mengapa dia maju, dia mengatakan bahwa dia mencium aroma surga dari balik bukit tersebut. Ini adalah bashirah.

Setelah peperangan selesai, para sahabat mencari jenazah sahabat tadi, tubuhnya sudah tercabik-cabik oleh tusukan pedang. 

Kita melihat surga dan neraka dengan mata hati. Sifat pertama orang yang bertakwa adalah beriman kepada yang ghaib. Inilah yang memotivasi kita untuk senantiasa beramal. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kamus Dayak Ngaju - Indonesia

Pengantar singkat Bahasa Dayak Ngaju (4)

Laki-laki adalah "qawwam" bagi perempuan