Hal-hal yang dapat merusak investasi - Nouman Ali Khan

Gambar
  يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُم بِالْمَنِّ وَالْأَذَىٰ كَالَّذِي يُنفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ  ۖ  فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا  ۖ  لَّا يَقْدِرُونَ عَلَىٰ شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُوا  ۗ  وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ  ‎   Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (Q.S. Al-Baqarah, 2: 264) Kalau Anda memberi dan mengharapkan sesuatu dari pember

Risalah Manaqib Syaikh Muhammad Indra bin Abdullah Al-Anjiri Kapuas Timur

Makam Syaikh Muhammad Indra di Anjir Mambulau Timr Km. 7
Oleh: Al-Ustadz Muhammad Jamhur bin Muhammad Indra

Adapun Waliyullah Maulana Syaikh Muhammad Indra bin Abdullah itu beliau berasal dari Hulu Sungai Utara, Sungai Banar, tepatnya di Sungai Baru. Lahir pada tahun 1905. Bapaknya bernama Abdullah dan ibunya bernama Jahra yang digelari Nyai Ilum. Yang berasal dari Amuntai dan sebelah dari Martapura Kabupaten Banjar.

Adapun usaha beliau selagi mudanya adalah bertani dan bertukang jam. Untuk cari nafkah. Sebelum ia menjalani jalan thariqah. Beliau ini pernah memiliki bermacam-macam thariqah. Thariqah yang diajarkannya adalah thariqah syadzaliyah, dan menuntut ilmu agama di Amuntai dengan Syaikh Maulana Ahmad bin Abdul Qadir selama 29 tahun.


Kemudian lalu berhijrah ke Anjir yaitu sekitar tahun 1940 lalu meneruskan ilmunya dengan Syaikh Muqti Jamaludin Al Banjari di Banjarmasin. Selain dari itu masih banyak guru-guru beliau yang tidak disebutkan di risalah ini.

Beliau itu adalah memiliki tiga orang istri. Istri yang pertama berasal dari Marabahan bernama Khamsah binti Dullah dan selama 54 tahun berkumpul ia memperoleh anak sebanyak 13 orang. Wafat pada tanggal 22 Ramadan 1422 H.

Adapun istri yang kedua berasal dari Hambuku dan Sungai Banar yaitu bernama Arbayah bin Abdul Latif wafat pada tanggal 15 Muharram 1328 H mereka memperoleh 4 orang anak.

Adapun istri yang ketiga bernama Siti Khadijah binti H. Umar yang berasal dari Hulu Sungai Selatan di Pantai Hambawang. Wafat pada tanggal 13 Jumadil Akhir 1424 H. Dan memperoleh anak sebanyak 7 orang. Jadi jumlah anak beliau semuanya 27 orang.

Tidak lama  kemudian beliau diminta oleh masyarakat untuk membuka majelis ta’lim, karena majelis ta’lim itu sangat perlu bagi kehidupan umat beragama dan keselamatan di dunia dan akhirat bahkan hukumnya fardhu ‘ain. Akhirnya lama kelamaan tersebarlah di mana-mana sehingga siang dan malam orang-orang pada berdatangan.

Pada waktu itu yang diajarkannya adalah ilmu zhahir atau ilmu syari’at. Beberapa tahun kemudian menurut riwayat ada perintah Allah yang didengar beliau dengan jelas yaitu diantara tidur dan jaga ada suara yang mengatakan sampaikan sampaikan beberapa kali.

Tak lama kemudian ada lagi suara seperti itu juga lalu beliau berpikir apakah yang aku sampaikan sedangkan aku sudah sampaikan. Namun akhirnya beliau teringat bahwa aku sedang menyembunyikan ilmu batin, yakni ilmu rahasia dan ilmu thariqah. Akhirnya sedikit demi sedikit ia mengajarkan ilmu tersebut kepada masyarakat yang bisa menerimanya.

Kalau kita ingin tahu kenapa beliau itu mempunyai tiga orang istri atau yang disebut sekarang poligami. Karena sebab istri pertama itu merasa tidak mampu memenuhi kewajibannya sebagai seorang istri. Maklum karena mereka banyak mempunyai anak yang harus dipelihara. Akhirnya tidak bisa untuk melayani tamu yang berdatangan dari sana-sini, mengurusi rumah tangga, menyapu, mencuci pakaian, mencuci piring cangkir, memasak, dan sebagainya. Lalu mereka merasa berdosa kemudian mengawinkannya. Begitulah seterusnya sehingga sampai tiga orang istri.

Karena menurut dalam ajaran agama kita dibolehkan berpoligami asalkan berbuat adil dan mampu nafkah zhahir dan nafkah batin. Dan mendapat izin dari istri yang tertua.

Adapun Syaikh Muhammad Indra itu walaupun mempunyai tiga orang istri namun beliau mampu berbuat adil. Adil dalam nafkah zhahir maupun dalam nafkah batin tiada pernah berat sebelah. Misalnya apabila ia tidur dua alam di tempat istri kedua, dan dua malam lagi di tempat istri ketiga. Begitulah seterusnya. Dan apabila ia sakit tiada bisa berjalan untuk menuju rumah tersebut, maka ia meminta izin kepadanya. Begitu juga tentang pembagian harta.

Apabila ia memperoleh harta, misalnya uang, maka diberikannya kepada istrinya dengan bagian yang sama sehingga hal ini terjadi terus menerus sampai wafat.

Adapun budi pekertinya sangat mulia. Beliau adat dan berbakti kepada orang tua, ramah tambah, pengasih penyayang kepada siapa pun dan suka menghormati tamu. Antara lain apabila ada tamu, lebih-lebih pada waktu pengajian beliau tiada mengubah silanya sampai selesai atau sampai tamu itu pulang dan tiada pernah mengkhianati janji. Apabila ia berjanji selalu tepat bahkan siap sebelum sampai waktunya.

Kemudian beliau itu suka membantu orang dalam kesusahan apakah itu kesusahan dunia atau kesusahan akhirat. Kesusahan dunia seperti orang yang sakit, yang ditimpa musibah. Adapun kesusahan akhirat seperti orang yang butuh ilmu pengetahuan agama, ingin belajar fiqh, tauhid, tasawuf, hadis, nahwu, saraf dan lain-lain.

Dan apabila ada keluarga atau tetangga yang meninggal dunia beliau segera datang tanpa diundang dan tiada membedakan kepada siapa pun, kaya atau miskin. Beliau sangat memperhatikan keluarga. Dan suka menghubungkan tali silaturahim.

Beliau pernah berwasiat, wahai anakku atau murid jangan engkau putuskan tali silaturahmi. Dan jangan dibiarkan mereka mendapat kesusahan. Hendaknya saling tolong-menolong, sehingga rukun dan damai.
Selain daripada itu suka juga membantu, memberikan sumbangan kepada anak-anak yatim piatu, rumah-rumah ibadah, masjid, langgar, rumah sekolah, jalanan, jamban, bahkan beliau selalu baik daripada orang lain.

Adapun Syaikh Muhammad Indra bin Abdullah itu, menurut dalam sepengetahuan kami, beliau itu adalah orang yang benar-benar ahli, tekun beribadah dan disiplin waktu. Apabila sampai waktu salat maka setengah jam. Atau paling lambat lima belas menit sebelumnya beliau sudah siap ditempat sujudnya. Sehingga tak pernah melalaikan waktu, walau bagaimanapun sibuknya semuanya akan ditinggalkan demi untuk menegakkan perintah Allah.

Dan beliau itu suka melazimkan salat sunah seperti salat rawatib, salat isyroq, dhuha, salat tahajud, dan amalan-amalan lainnya. Apabila selesai salat Maghrib beliau tidak akan berangkat dari tempat sujudnya sehingga sampai waktu Isya.

Dan apabila jam empat subuh, beliau sudah berada ditempat sujudnya, berzikir menyebut kalimat La Ilaha Illallah. Sehingga sampai waktu Subuh. Dan hampir setiap malam beliau selalu menangis pada waktu berzikir. Pernah ditanya oleh anak-anak dan istrinya. Mengapa sampeyan apabila berzikir selalu menangis? Beliau menjawab, Aku sangat takut kepada Tuhanku.

Demikian ini sesuai dengan apa yang ia lakukan di dalam kehidupannya sehari-hari. Yakni beliau tak pernah melakukan pekerjaan yang tiada disukai oleh Allah. Sehingga yang makruh pun ia tinggalkan apalagi yang diharamkan. Beliau menangis apabila mendengar suara musik-musik seperti seruni, seruling, orkes dan sebagainya. Dan beliau tidak tak pernah memakai celana walaupun pergi ke mana saja.

Selain daripada itu beliau suka salat berjama’ah, membimbing anak dan istri dirumah terutama anaknya yang perempuan dan menyuruh anak-anak yang laki-laki pergi ke Mushalla (langgar) untuk salat berjama’ah, bahkan beliau pernah membangunkan langgar yang bernama Darul Falah.

Dan apabila ia salat sendirian, maka sangat lambat. Kemudian apabila ia pergi ke masjid pasti setengah jam sebelumnya sudah berada di masjid. Hal ini iterjadi hampir selama hidupnya. Dan apabila pulang dari masjid maka pulangnya selalu terakhir daripada orang-orang lain.

Syaikh Muhammad Indra itu adalah seseorang yang benar-benar beriman dan bertakwa, menjalankan perintah dan meninggalkan segala yang dilarang. Menurut Syaikh Hasyim Asy’ari dalam kitabnya Ad-Dural Munsyarah menerangkan yang artinya:

Hal yang mesti bagi wali untuk dapat disebut wali yang sebenarnya adanya sikap dan perbuatan melepaskan hak-hak Allah dan hak-hak hambanya secara maksimal dan menunaikan serta melaksanakan semua yang diperintahkan kepadanya. Sebagai ciri-ciri Waliyullah antara lain adalah ma’shum, mahfuz, suluk dan ma’rifah.

Syaikh Abul Qasim di dalam risalah Al Qusairiyah halaman 128 mengatakan yang artinya:

Salah satu syarat Waliyullah adalah wajib Mahfud (yakni terjaga dari kema’siatan) seperti halnya kenabian, maka wajib baginya ma’shum (tiada pernah berbuat maksiat).

Sebagaimana dikatakan oleh Maulana Syaikh Ibrahim “ yang artinya:

Waliyullah ialah orang yang dekat kepada Allah lantaran penuh ketaatan dan oleh itu Allah memberikan kuasa kepadanya dengan karomah dan penjagaan, atau wali itu adalah orang yang semua tindakannya dan perbuatannya selalu sesuai dengan sifat yang mulia.

Dan dengan sangat kuatnya beribadah dan sangat cintanya kepada Allah melebihi cintanya pada dirinya sendiri, maka justru Allah memberikan karomah mulai dari hidupnya terus sampai waktunya, sehingga makamnya ramai dikunjungi atau diziarahi oleh orang-orang.

Diantara karomah beliau selagi hidupnya, pada waktu beliau menjalani jalan thariqah beliau sedang khalwat. Maka pernah dilihat oleh orang rumah beliau satu cahaya terang benderang sehingga menembus di celah-celah dinding rumah, sedangkan pada waktu itu hari sesudah tengah malam. Dan pada masa itu belum ada lampu listrik seperti sekarang ini. Demikianlah diantara beberapa karomah yang dapat kami sampaikan di dalam manaqib ini.

Di dalam risalah beliau, beliau mengatakan antara hamba dengan Allah ada mempunyai tujuh puluh ribu hijab, hanya yang dapat membukakan hijab itu tiada ada lain kecuali zikrullah yaitu kalimat La ilaha illallah. Maka oleh sebab itu kata beliau hendaknya selalu diamalkan terus menerus sehingga benar-benar menjadi darah daging yaitu meresap ke seluruh bagian tubuh dari bulu, aurat, daging, tulang, sumsum, sebagaimana Rasululllah telah bersabda yang artinya:

Barangsiapa membaca La ilaha illallah maka dibukakan baginya beberapa pintu langit sehingga tampaklah nur Arsy sehingga tiada ada lagi baginya hijab.

Menurut pendapat ahli thariqah bahwasanya zikir La ilaha illallah tentu diamalkan secara terus menerus berkesinambungan dari hidup sampai akhir hayat dan dengan mengambil thariqah. Mengambil bi’ah kepada guru yang Mursyid yang mempunyai silsilah Ayn benar. Bukan zikir Hasanah tetapi zikir darojah yang mempunyai aturan-aturan atau adab-adab yang sangat banyak. Tentu dibukakan hijab oleh Allah. Jika dibukakan oleh Allah maka ma’rifah Lay orang itu kepada Allah dengan sebenar-benarnya ma’rifah. Adapun tanda-tanda orang ma’rifah adalah orang itu selalu banyak menyebut zikrullah, La ilaha illallah adalah amalan utamanya, amalan kesenangannya sehingga terbuktilah. Pada ketika akhir hayatnya beliau menyebut kalimat La ilaha illallah. Dengan nyaringnya sehingga terdengar ke seluruh isi rumah, bahkan terdengar kesebuah rumah mengingat hal tersebut diatas kita sangat yakin sekali apa yang dikatakan oleh Rasulullah SAW di dalam satu hadis-nya yang artinya:

Mati seseorang tentu membawa kemahiran hidupnya.

Maka apabila akhir hayatnya dapat mengingat La ilaha illallah maka wajib baginya surga. Sebagaimana Rasulullah bersabda yang artinya:

Barangsiapa akhir kalimatnya dapat membaca La ilaha illallah maka tempatnya di dalam surga.

Kemudian daripada itu beliau tak pernah berkata-kata dengan perkataan yang tidak berguna yakni pura-pura atau humor dan bila ia membaca kitab, dan memberikan ceramahnya tak pernah ia membuat orang jadi tertawa-tawa. Dan membuat orang jadi bingung, apa yang disampaikan selalu jelas dan terang sehingga dapat dipahami dan dihayati serta diamalkan.

Kemudian pula beliau tak pernah menzhahirkan akan ilmu rahasianya, yakni ilmu batinnya. Jika tidak sesuai dengan tingkatan atau kedudukan murid-muridnya yang hadir mendengarnya. Sehingga pernah diantara muridnya mengatakan bahwa beliau tiada sampai kepada Allah yakni tingkatan yang  jauh dibawah. Dan tiada benar-benar ma’rifat betul kepada Allah.

Hanya inilah manaqib yang dapat kami susun. Semoga bermanfaat dan mendapat ridho dari Allah SWT. Amiin.

Komentar

  1. trims, telah dimuat di IK...ini menambah keilmuan.. dari tdk tahu menjadi tahu...sosok manusia yang dimuliakan...Insya Allah.

    BalasHapus
  2. Untuk tanggal lahir beliau sangat keliru.

    Mohon diluruskan. Karena ini bisa jadi fitnah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insya Allah kalau ada waktu akan disempatkan lagi ke tempat keluarga beliau

      Hapus
  3. Ass... Ulun umpat batukun.... Anak sidin dari istri nang kedua arbayah ninti abdul latif itu siapa haja... Maaf sebelumnya bini sidin yg kedua itu dansanak oleh kai uln dari abah.... Uln sekedar handak tahu keluarga karna uln hnyar tahu karna hanyar ganal kd sempat ttm sebelumnya amun ulun mengiu sidin kai dan nini tmk sebelum mf bila salah komenta

    BalasHapus

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar terhadap tulisan kami!

Postingan populer dari blog ini

Kamus Dayak Ngaju - Indonesia

Pengantar singkat Bahasa Dayak Ngaju (4)

Laki-laki adalah "qawwam" bagi perempuan