Hai orang-orang yang
beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa, (Q.S. Al Baqarah, 2: 183)
Allah memulai ayat ini dengan “Hai orang-orang
yang beriman”. Ini adalah seruan Ar-Rahman kepada orang-orang yang beriman.
Syaikh Abu Bakar Al Jazairy – ulama kelahiran
Aljazair yang tinggal di Madinah, salah seorang pengajar di Masjid Nabawi,
menulis sebuah kitab yang berjudul “Seruan-seruan Allah SWT kepada orang-orang
beriman”. Dalam kitab ini beliau mengumpulkan ayat-ayat yang dimulai dengan
“Hai orang-orang yang beriman”. Jumlahnya tidak kurang dari 94 ayat.
Seruan pertama dalam Qur’an – adab terhadap
Rasulullah SAW:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
katakan (kepada Muhammad): "Raa'ina", tetapi katakanlah:
"Unzhurna", dan "dengarlah". Dan bagi orang-orang yang
kafir siksaan yang pedih. (Q.S. Al Baqarah, 2: 104)
Seruan terakhir dalam Qur’an –
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah
kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).
Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke
dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah
tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya
mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka
mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan
ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu". (Q.S.
At Tahrim, 66: 8)
Seruan taubat ini tidak ditujukan kepada
orang-orang yang jahat, tapi justru ditujukan kepada orang-orang yang beriman.
Setiap manusia punya potensi yang sangat besar untuk melakukan kesalahan.
Sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah yang bertaubat.
Makna “Ya ayyuhalladziina amanu”
Ini adalah seruan Allah SWT kepada orang-orang
yang beriman. Allah SWT menyuruh mereka dengan panggilan iman. Karena orang
yang beriman itu adalah orang yang hidup dengan imannya. Dalam pandangan
Qur’an, orang yang tidak beriman itu tidak dianggap sebagai orang yang hidup.
Patokan kehidupan itu bukan berjalan; makan; berfungsinya jantung, paru-paru;
tapi iman.
Dan perumpamaan (orang-orang yang menyeru) orang-orang
kafir adalah seperti penggembala yang memanggil binatang yang tidak mendengar
selain panggilan dan seruan saja. Mereka tuli, bisu dan buta, maka (oleh sebab
itu) mereka tidak mengerti. (Q.S. Al Baqarah, 2: 171)
Orang kafir itu dianggap tuli, bisu dan buta
karena mereka tidak berakal. Orang beriman itu mendengar, berbicara dan
melihat. Kemenangan dalam Qur’an, standarnya bukan dunia tapi akhirat. Siapa
saja yang dimasukkan dalam surga dan dijauhkan dari neraka adalah orang yang
sukses. Kuncinya mau mendengar dan mau berpikir.
Sesalan orang-orang kafir dalam neraka:
Dan mereka berkata: "Sekiranya kami
mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk
penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala". (Q.S. Al Mulk, 67: 10)
Ketahuilah orang yang membaca panggilan ini,
sesungguhnya Allah SWT ketika menyeru orang-orang yang beriman, tujuannya tidak
lain Allah ingin memerintahkan mereka pada sesuatu yang mengantarkan mereka
kepada kebahagiaan. Dan melarang mereka dari hal-hal itu yang didalamnya ada
kebinasaan atau kehancuran.
Abdullah bin Mas’ud – kalau anda mendengar
Allah berfirman „Hai orang-orang yang beriman“ maka pasanglah telingamu karena
didalamnya ada kebaikan yang akan diperintahkan atau keburukan yang dilarang
oleh Allah SWT.
Termasuk larangan memilih orang kafir sebagai
pemimpin:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu);
sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara
kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk
golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang zalim. (Q.S. Al Maidah, 5: 51)
Beliau memberi judul bab-nya: Haramnya
menjadikan orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai awliya. Awliya berasal dari
kata wali yang artinya, penolong, teman dekat. Wali berasalah dari kata
walaayah (teman dekat, penolong, sahabat setia), wilayah (kekuasaan).
Ketika Allah memerintahkan orang-orang untuk
berpuasa agar mereka berbahagia di dunia dan di akhirat. Termasuk ketika
memilih pemimpin yang beriman, agar kita hidup bahagia. Hal ini juga
menghindarkan mereka daripada kehancuran.
Sifat orang yang beriman – merealisasikan
tujuan penciptaan.
Allah SWT tidak menciptakan alam semesta ini
dengan kesia-siaan. Ada aliran yang meyakini bahwa setelah menciptakan alam
semesta, Allah meninggalkannya. Inilah awal dari sekularisme.
Rasul diutus kepada manusia agar mereka
mengetahui tujuan hidupnya.
Padahal mereka tidak disuruh kecuali
supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (Q.S. Al Bayyinah,
98: 5)
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Q.S. Adz-Dzariyat, 51: 56)
Komentar
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar terhadap tulisan kami!