Kacang Dede: Oleh-Oleh Lezat dari Kapuas

Gambar
  Penulisan artikel ini dibantu oleh ChatGPT Saat saya mengunjungi Pameran Koperasi Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM) yang diselenggarakan di Lapangan Bukit Ngalangkang dalam rangka Ulang Tahun Koperasi ke-77 dan Pertemuan Raya II Kaum Bapak Gereja Kalimantan Evangelis (GKE) Tahun 2024 se-Indonesia di Kuala Kapuas pada hari Kamis, 25 Juli 2024, saya mengunjungi beberapa stand yang ada di sana. Salah satu yang menjadi favorit adalah kacang di atas. Kacang Dede, produk lokal dari Kapuas, menarik perhatian saya dengan kemasannya yang sederhana namun menarik. Kacang ini diproduksi oleh UMKM setempat dan merupakan salah satu oleh-oleh khas Kapuas yang sangat populer. Kacang ini tidak hanya lezat tetapi juga diproduksi dengan standar kualitas yang tinggi, terbukti dengan adanya sertifikasi P-IRT (Produk Industri Rumah Tangga) dengan nomor 216203010098-28. Kacang Dede ini memiliki tekstur yang renyah dan rasa yang gurih, cocok dinikmati sebagai camilan sehari-hari atau sebagai pendamping

Gaji 30 juta rupiah per bulan

Mungkin jarang orang mengetahui bahwa seorang perwira di kapal bisa memiliki gaji sebesar 30 juta rupiah per bulan. Hal ini admin ketahui setelah berbincang-bincang dengan Bapak Alnur (bukan nama yang sebenarnya) yang bekerja sebagai perwira mesin di sebuah perusahaan perkapalan. Perbincangan ini berlangsung di Bandara Soekarno Hatta ketika menunggu pesawat Sriwijaya Air yang menuju ke Banjarmasin.

Beliau bercerita bahwa karirnya dimulai dari pendidikan di Akademi Pelayaran di Makasar. Selama menempuh pendidikan tersebut mereka mendapatkan kesempatan magang di kapal selama satu tahun, sesuai dengan jurusan yang mereka pilih, apakah itu di bagian dek, mesin atau dapur. Selama magang tersebut mereka sudah mendapatkan gaji. Setelah itu dia bekerja di kapal. Kemudian dia meneruskan pendidikan ke tingkat sarjana yang ditempuhnya dalam waktu satu tahun. Di perusahaan kapal sekarang ini, dia sudah menjalaninya selama lima tahun. Karena kinerja yang dimilikinya sebagai staf dinilai perusahaan cukup baik, dia mendapatkan promosi sebagai perwira mesin (sesuai dengan bidangnya saat menempuh pendidikan).

Dalam satu kapal yang berukuran kecil saja, jumlah awaknya bisa mencapai 20 orang, yang terdiri dari Kapten Kapal, kepala rumah tangga, para perwira dan para staf yang lain. Untuk bagian mesin, ada perwira dan staf yang ada di sana. Pekerjaan di bagian mesin dilakukan dengan pergantian jaga setiap 4 jam. Karena jumlah petugas di mesin sebanyak 3-4 orang, jadi dalam sehari jaga di ruang mesin dijalani selama 8 jam. Sekali melakukan pelayaran, mereka bisa berada di kapal selama 3-6 bulan. Mereka bisa mendapatkan cuti bila sudah berlayar selama 1 tahun. Tapi sekarang ada beberapa perusahaan pelayaran yang memberikan cuti setelah berlayar selama 6 bulan.

Beliau menceritakan bagaimana bekerja di kapal juga cukup membosankan, nah untuk mengisi waktu kosong tersebut mereka kadang-kadang bermain karambol, bermain domino, karaoke di salon yang ada di kapal, membaca buku dan lain-lain. Untuk pekerjaan beliau saat ini, beliau bekerja di kapal yang mengangkut minyak dari Pertamina. Lamanya pelayaran ini bisa berlangsung selama tiga bulan. Setelah mendapatkan ijin untuk cuti, seorang pelaut bisa beristirahat sampai 3 bulan. Setelah itu dia akan ditanya lagi kesiapannya untuk kembali berlayar.

Mengingat pekerjaan yang berat tersebut, sangat wajar bila gaji mereka cukup besar. Ketika ditanya tentang masalah gaji, beliau mengatakan bahwa gajinya tidak terlalu besar, tapi tunjangannya yang besar. Kalau pelayaran dilakukan ke luar negeri, gaji yang didapatkan pun juga lebih besar karena dihitung dengan Dolar Amerika. Contohnya, bila bekerja di kapal yang ada di Dubai, maka gajinya adalah sebesar $ 120 per hari (Rp 9.000 x 120 = 1.080.000). Jadi dalam waktu satu bulan dia bisa mendaptkan gaji lebih dari tiga puluh juta rupiah.

Kehidupan di kapal cukup keras bila bergabung dengan para awak kapal yang berasal dari berbagai negara. Mereka umumnya suka minum minuman keras. Nah kalau sudah mabuk, suka terjadi perkelahian di kapal. Bahkan beliau bercerita bahwa kalau para awak kapal ada yang tidak suka dengan perwira-nya, maka mereka akan menyekapnya ketika tidur dan melemparnya ke laut. Kemudian para awak akan membuat laporan bahwa sang perwira meninggal karena "tergelincir".

Persepsi orang tentang pelaut membuat tidak banyak orang mau menjadi pelaut. Adik beliau sendiri ketika ditawari oleh kakaknya untuk menjadi pelaut, jawabnya: "Ngapain kerja sebagai pelaut, kayak nggak ada kerjaan aja di darat".

Nah mudah-mudahan bincang-bincang ini bisa memberikan wawasan kepada kita tentang bahwa banyak jenis pekerjaan yang bisa dilakukan di luar sana.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kamus Dayak Ngaju - Indonesia

Pengantar singkat Bahasa Dayak Ngaju (4)

Laki-laki adalah "qawwam" bagi perempuan