Menghargai Kekayaan Alam yang Sering Kita Lupakan

Gambar
Semak-semak di Jalan Jendral Sudirman, Kuala Kapuas Di tengah upaya kota-kota besar di seluruh dunia untuk menghijaukan kembali ruang-ruang mereka, kita yang hidup di tempat-tempat kaya akan alam seperti Kalimantan sering kali lupa bahwa apa yang kita miliki adalah sesuatu yang begitu berharga. Ketika kita melihat vegetasi liar dan keanekaragaman tumbuhan di sekitar kita, mungkin terlintas keinginan untuk “merapikan” atau mengubahnya menjadi lebih teratur. Namun, justru di sinilah letak keistimewaan yang sering dirindukan oleh mereka yang tinggal di kota-kota besar. Di kota besar, orang-orang berjuang untuk menanam pohon dan mengembalikan sedikit nuansa hijau yang hilang. Sementara di Kalimantan, kita sudah dikelilingi oleh kekayaan alam ini setiap hari. Tantangannya adalah bagaimana kita bisa melihat ini sebagai aset yang harus dijaga, bukan dihilangkan. Dengan menyadari bahwa setiap semak dan pohon liar adalah bagian dari ekosistem yang seimbang, kita bisa belajar untuk lebih meng...

Bincang-bincang dengan Ustadz Luthfi - Pimpinan Jama'ah Tabligh

Perbincangan ini berlangsung di Masjid Nurul Hidayah, Pulau Telo, sesudah shalat Jum'at, 14 Januari 2011. Beliau mengungkapkan sebuah cerita tentang seorang yang baru diketahui meninggal oleh tetangganya sesudah 5 hari meninggal. Menurut beliau hal tersebut tidak akan terjadi apabila semua warga masyarakat rajin mengerjakan shalat berjama'ah lima waktu di masjid. Jadi kalau ada yang tidak datang, langsung semua orang berziarah ke rumahnya, untuk mencari tahu apa yang terjadi dengannya.

Bila suatu lingkungan sudah menerapkan tiga tujuan hidup manusia (beribadah kepada Allah, menjadi khalifah Allah dimuka bumi dan berdakwah), niscaya akan aman. Beliau mencontohkan lingkungan beliau di Banjarmasin yang berada di tepi Sungai Martapura. Bila ada acara-acara pesta perkawinan, kematian, maka biasanya di daerah tersebut akan diadakan judi selama tiga malam. Tapi sekarang, dengan adanya pesantran Hafidz Qur'an di sana, maka tidak ada lagi kejahatan yang terjadi di sana.

Beliau juga bercerita tentang banyaknya pendeta di Menado yang masuk dalam Islam karena mereka kecewa dengan Vatican dan kondisi keberagamaan diluar negeri. Mereka berharap kalau mereka berkunjung ke Vatican, mereka akan menemukan kedamaian. Tapi justru yang mereka temui di sana adalah banyaknya praktek penebusan dosa. Kunjungan para pendeta ke Eropa juga tidak membuat mereka gembira karena gereja-gereja di sana banyak yang kosong dan hanya diisi oleh orang-orang tua saja. Hal tersebut membuat mereka kecewa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kamus Dayak Ngaju - Indonesia

Pengantar singkat Bahasa Dayak Ngaju (4)

Kode Pos di Kabupaten Kapuas