Allah Akan Terus Memilih dan Mengajarkanmu: Refleksi Kisah Nabi Yusuf AS

Gambar
Ceramah inspiratif Ustadz Nouman Ali Khan mengangkat kisah Nabi Yusuf AS sebagai pelajaran hidup yang relevan dan membumi. Dalam ceramah tersebut, beliau mengajak kita memahami bahwa setiap ujian hidup adalah sarana untuk tumbuh, bukan untuk terpuruk dalam identitas sebagai korban. Kisah Dimulai dari Mimpi Ketika Yusuf kecil menceritakan mimpinya kepada sang ayah, Nabi Ya’qub AS, sang ayah tidak hanya memahami makna mimpi itu sebagai tanda kenabian, tetapi juga memberikan nasihat penting: "Jangan ceritakan kepada saudara-saudaramu." Mengapa? Karena ayahnya tahu, Yusuf akan menghadapi ujian besar, termasuk kecemburuan dan niat jahat dari saudara-saudaranya. Ujian yang Terus Datang Yusuf AS menghadapi serangkaian peristiwa traumatis: dikhianati, dibuang ke sumur, dijual sebagai budak, difitnah, dan dipenjara. Namun yang luar biasa, Yusuf tidak pernah menyebut dirinya sebagai korban. Ia justru melihat semua itu sebagai proses pembelajaran. Inilah makna dari pesan sang ayah:...

Sarana dan Tujuan Hidup - Khubah Jum'at di Masjid Nurul Hidayah

Oleh: Ustadz Luthfi (Pimpinan Jama'ah Tabligh Kalimantan)

Dalam kehidupan ini ada yang disebut sebagai sarana kehidupan dan tujuan kehidupan. Sarana kehidupan itu meliputi makan, minum, tempat tinggal, transportasi. Tujuan kehidupan adalah:

  • Beribadah kepada Allah SWT.

dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Q.S. Adz-Dzariat, 51: 56)

2.      Berbaik kepada sesama manusia sebagai wujud peran kita sebagai khalifah dimuka bumi.

 ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Q.S. Al Baqarah, 2: 30)

Dalam berbuat baik kepada sesama manusia hendaknya kita mencoba untuk menerapkan sifat-sifat Allah dalam memperlakukan manusia. Allah adalah pemberi rezeki, makanya diharapkan kita berupaya untuk memberi sedekah, memberi makan kepada orang-orang yang memerlukan. Kalau kita bisa menyisihkan sebagian harta kita dijalan Allah, maka Allah akan memberikan keberkahan terhadap sisa harta yang kita miliki.

Allah bersifat pemaaf. Maka memaafkan orang lain adalah lebih mulia dari pada meminta maaf, karena memaafkan itu lebih berat. Jadi dalam diri seorang Muslim seharusnya tidak ada dendam.
  • Berda’wah kepada sesama manusia
 Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada Termasuk orang-orang yang musyrik". (Q.S. Yusuf, 12: 108)

Jadi selain beribadah kepada Allah dan berbuat baik kepada sesama manusia, kita diharapkan untuk mengajak sesama manusia ke jalan Allah SWT. Banyak musibah yang terjadi di muka bumi ini karena manusia tidak menjalankan apa yang seharusnya menjadi tujuan hidup mereka di muka bumi. Kalau kita bisa melaksanakan ketiga hal diatas maka Allah akan memberikan perlindungan kepada kita musibah/bencana. Saya (Ustadz Luthfi) pernah berkunjung ke Aceh dan mendengar langsung dari masyarakat yang selamat dari Tsunami bahwa ketika air yang setinggi pohon kelapa itu mencapai desa mereka, air tersebut hanya membasahi tanah saja, tidak ada rumah yang hancur di desa tersebut. Demikian juga dengan desa yang berada sekitar 4 kilometer dari Gunung Merapi, mereka tidak terkena musibah karena mereka sudah menerapkan ketiga hal diatas.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kamus Dayak Ngaju - Indonesia

Pengantar singkat Bahasa Dayak Ngaju (4)

Laki-laki adalah "qawwam" bagi perempuan