Saat anda menatapnya, pernahkah terbesit di benak anda, "ah, dia tak setampan dulu lagi" atau "kenapa dia tak secantik dulu lagi?" atau "ternyata keriputnya sudah mulai terlihat", dan bla bla bla masih banyak lagi besitan-besitan pada benak anda. Eits!! hati-hati dengan semua itu lho!.
Dan... pernahkah kita berfikir lagi, sebenarnya apa sih alasan kita dulu mau menikahi atau menerima pinangan dia?. Karena, tanpa disadari, alasan kita itu bisa mempengaruhi kehidupan rumah tangga kita di masa yang akan datang.
Terkadang, kita tidak menyadari atau mungkin kita tahu tapi pura-pura tidak tahu bahwa sebenarnya, sebuah pernikahan yang dilandasi semata-mata karena ketertarikan secara fisik (termasuk di sini adalah yang berbau dunia) dan rangsangan seksual saja, akan cepat sekali menemukan titik kehampaan, karena perasaan itu akan cepat berubah seiring dengan berubahnya fisik dan keadaan pasangannya. Tetapi sebaliknya, terkadang, pernikahan yang sama sekali tidak dilandasi oleh cinta justru akan langgeng, karena ternyata landasan yang di pakai adalah niat yang lurus dan komitmen yang kokoh, yang biasanya bersumber dari keyakinan yang sangat kuat terhadap agama.
Pada sebuah komitmen yang kokoh selalu tedapat kesetiaan didalamnya. Hal ini bukan berarti mengabaikan keindahan dari sebuah bentuk fisik, atau menganggap fisik tidak bermakna sama sekali. Tetapi lebih tepatnya, fisik tidak lagi dijadikan prioritas atau pertimbangan yang utama. Atau bisa saja, sebuah hubungan yang awalnya didasari ketertarikan secara fisik, dengan adanya komitmen maka dapat melahirkan kesetiaan yang lebih tulus dan ikhlas. Wallahua'lam bishshawab.
Dalam kehidupan kita, tidak sedikit pula sebuah hubungan perkawinan yang memang digerakan oleh adanya komitmen yang kuat dan ikhlas terhadap agama. Karena pada hakekatnya, cinta bisa sangat mudah tumbuh pada orang-orang yang memiliki komitmen yang sama. Contoh kongkritnya adalah kisah Julaibib, sahabat Nabi SAW, dengan perawakan pendek dan dari keluarga miskin dapat menikah dengan gadis cantik, terhormat dari kalangan Anshar.
Komitmen kita merupakan kekuatan motivasi yang bisa melahirkan kekuatan untuk menerima kekurangan, sehingga kita bisa dengan ikhlas menerima segala ketidaksempurnaan pasangan kita. Dan juga motivasi untuk melakukan perubahan diri menjadi lebih baik, karena kita bisa menyadari tentang diri kita sendiri, bahwa sebenarnya kita belum tentu lebih baik dari dia.
Pada kenyataannya, terkadang kita merasakan sedikit kebosanan, yang sebenarnya rasa bosan itu adalah suatu hal yang wajar dalam sebuah rumah tangga. Dan semua orang bisa mengalaminya.
Jika hal itu terjadi, apa yang bisa kita lakukan?. Kita harus bisa lebih cermat dalam menyikapinya. Jika kebosanan itu mudah sekali kita singkirkan dengan istirahat sejenak, hiburan atau senda gurau dengan si dia, berarti kebosanan itu bukan merupakan kebosanan perkawinan atau yang biasa disebut marital boredom. Bisa jadi, mungkin kita akan mengalami kejenuhan dalam pekerjaan atau aktifitas sehari-hari, dan kejenuhan itu terbawa dalam suasana rumah tangga kita.
Satu hal yang bisa kita waspadai, jika dalam hubungan perkawinan tidak lagi mempunyai daya tarik, bahagia sudah hilang dan bahkan justru menyebabkan seseorang tertekan, bisa jadi didalam rumah tangga itu telah terbentuk kebosanan perkawinan atau yang biasa disebut marital boredom.
Karena itu, menumbuhkan dan memperkuat komitmen sangatlah penting. Karena dengan komitmen itulah kita bisa lebih intropeksi diri, dan lebih bisa menghargai si dia dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Sekali lagi, semua ini bukan berarti keindahan fisik tidak berarti, tetapi kita yang manusia biasa, jika tidak berhati-hati, iman dan komitmen kita bisa goyah hanya karena godaan dari keindahan sebuah fisik Salah satu contoh dari perintah Rosululloh mengenai hal ini adalah, Rosululloh SAW berkata, "Jika salah seorang diantara kamu melihat wanita cantik dan hatinya cenderung kepada wanita itu, ia harus pulang dan menemui istrinya dan mendatanginya di tempat tidur supaya ia terhindar dari pikiran yang kotor." (HR. Muslim).
Dan sekarang jelaslah bagi kita, apa yang sebenarnya kita inginkan dari hubungan perkawinan kita. Kita juga pasti lebih tahu "mau diba...wa kemana hubungan kita...". Anda ingin selalu bahagia bersamanya, atau.... hanya anda dan Alloh SWT yang tau.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar terhadap tulisan kami!