Sunah yang diabaikan pada sepuluh hari terakhir Ramadhan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Aisyah r.a berkata, "Selama Ramadhan Rasulullah akan tidur, bangun dan shalat. Tapi saat sepuluh hari terakhir dalam, dia akan menyalakan lampu ditengah malam, menghindari berhubungan dengan istrinya, mandi diantara Maghrib dan Isya dan makan saat sahur." (Dikumpulkan oleh Ibn Abi 'Asim). Ibnu Rajab Al-Hanbali (795 H) mengkategorikan sanad dari hadits ini sebagai Hasan.
Manfaat
Ibnu Rajab Al-Hanbali menyebutkan dalam bukunya "Taif Al-Muarif" bahwa mandi diantara Maghrib dan Isya adalah sunnah yang sebaiknya dilakukan saat sepuluh hari terakhir Ramadan. Ibnu Jarir berkata tentang hadits ini, "Salaf menyunahkan mandi setiap malam selama sepuluh hari terakhir Ramadhan. An-Nakhai biasa mandi setiap malam, sedangkan yang lain biasa mandi dan menyapukan wewangian pada tubuh mereka pada malam yang mereka harapkan adalah Lailatul Qadr. Diriwayatkan bahwa Anas bin Malik r.a pada malam ke-24 Ramadhan mandi, menyapukan wewangian dan memakai pakaiannya yang terbaik. Keesokan paginya, dia menanggalkannya, melipatnya dan tidak memakainya lagi sampai Ramadhan berikutnya pada saat yang sama.
Ayyub As-Sakhtayanni r.a biasa mandi pada malam ke-23 dan 24, memakai baju baru dan membakar dupa dan menebarkan aromanya dimasjid sepanjang malam yang mana diharapkan menjadi Lailatul Qadr.
Tameem Ad-Dari r.a membeli sebuah pakaian seharga 1.000 dirham. Dia biasa memakainya pada malam yang diperkirakannya merupakan Lailatul Qadr.
Ibnu Jarir berkata, "Oleh karena itu berdasarkan tindakan dari para salaf ini, disarankan pada malam yang diperkirakan oleh seseorang sebagai Lailatul Qadr untuk berpakaian, memakai wewangian, dan mandi. Ini mirip dengan sunnah untuk Jumu'ah dan kedua hari raya.
Sumber: Taif Al-Muarif oleh Ibnu Rajab Al-Hanbali r.a.
Manfaat
Ibnu Rajab Al-Hanbali menyebutkan dalam bukunya "Taif Al-Muarif" bahwa mandi diantara Maghrib dan Isya adalah sunnah yang sebaiknya dilakukan saat sepuluh hari terakhir Ramadan. Ibnu Jarir berkata tentang hadits ini, "Salaf menyunahkan mandi setiap malam selama sepuluh hari terakhir Ramadhan. An-Nakhai biasa mandi setiap malam, sedangkan yang lain biasa mandi dan menyapukan wewangian pada tubuh mereka pada malam yang mereka harapkan adalah Lailatul Qadr. Diriwayatkan bahwa Anas bin Malik r.a pada malam ke-24 Ramadhan mandi, menyapukan wewangian dan memakai pakaiannya yang terbaik. Keesokan paginya, dia menanggalkannya, melipatnya dan tidak memakainya lagi sampai Ramadhan berikutnya pada saat yang sama.
Ayyub As-Sakhtayanni r.a biasa mandi pada malam ke-23 dan 24, memakai baju baru dan membakar dupa dan menebarkan aromanya dimasjid sepanjang malam yang mana diharapkan menjadi Lailatul Qadr.
Tameem Ad-Dari r.a membeli sebuah pakaian seharga 1.000 dirham. Dia biasa memakainya pada malam yang diperkirakannya merupakan Lailatul Qadr.
Ibnu Jarir berkata, "Oleh karena itu berdasarkan tindakan dari para salaf ini, disarankan pada malam yang diperkirakan oleh seseorang sebagai Lailatul Qadr untuk berpakaian, memakai wewangian, dan mandi. Ini mirip dengan sunnah untuk Jumu'ah dan kedua hari raya.
Sumber: Taif Al-Muarif oleh Ibnu Rajab Al-Hanbali r.a.
Postingan populer dari blog ini
Kamus Dayak Ngaju - Indonesia
Berikut ini adalah terjemahan dari halaman di Astronesian Basic Vocabulary Database . Nampaknya masih perlu ada koreksi untuk bahasa Dayak-nya sendiri, begitu juga dengan terjemahannya. Untuk penerjemahan menggunakan Google Translate . Koreksi bahasa dibantu oleh Dra. Hernawaty, M.Kes. Untuk koreksi dari halaman ini dapat diberikan pada komentar. Upaya penerjemahan Kamus Bahasa Dayak - Jerman sedang berlangsung, dapat dipantau pada: Kamus Dayak Ngaju - Indonesia .
Pengantar singkat Bahasa Dayak Ngaju (4)
Kata benda dengan awalan Jalah toh bujur. - Huma te korik. - Lewu toh hai tuntang bahalap. - Ie oloh korik. (tingkat rendah). - Danum jetoh papa. - Oloh te bujur. - Kabon korik te bahalap. - Huma toh dia hai. - Andau toh andau hai. Kalimat sederhana yang dibentuk dari kata sehari-hari Ingat: Kalimat biasanya dimulai dengan subyek , diikuti dengan predikat dan obyek . Diawal kalimat anda juga meletakkan kata yang harus ditekankan. Kemurnia suku juga penting. Tensesnya dibentuk oleh "aton", nya; "jari", sudah; "kareh," masa depan, akan, dan "akan," akan, harus, semuanya mendahului kata kerja. Seringkali tense hanya hasil dari konteks. omba, pergi bersama-sama awi , lakukan, lakukanlah dumah , datang buli , kembali ke nahuang, handak, maku, ingin imbit , itu akan dibawa gau , mencari harati , memahami Aku omba keton. Aku ikut denganmu. Omba aku , pergi dengan saya Awi te ! Lakukan itu Imbit danum ! Bawa air Bu...
Komentar
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar terhadap tulisan kami!