Allah Akan Terus Memilih dan Mengajarkanmu: Refleksi Kisah Nabi Yusuf AS

Gambar
Ceramah inspiratif Ustadz Nouman Ali Khan mengangkat kisah Nabi Yusuf AS sebagai pelajaran hidup yang relevan dan membumi. Dalam ceramah tersebut, beliau mengajak kita memahami bahwa setiap ujian hidup adalah sarana untuk tumbuh, bukan untuk terpuruk dalam identitas sebagai korban. Kisah Dimulai dari Mimpi Ketika Yusuf kecil menceritakan mimpinya kepada sang ayah, Nabi Ya’qub AS, sang ayah tidak hanya memahami makna mimpi itu sebagai tanda kenabian, tetapi juga memberikan nasihat penting: "Jangan ceritakan kepada saudara-saudaramu." Mengapa? Karena ayahnya tahu, Yusuf akan menghadapi ujian besar, termasuk kecemburuan dan niat jahat dari saudara-saudaranya. Ujian yang Terus Datang Yusuf AS menghadapi serangkaian peristiwa traumatis: dikhianati, dibuang ke sumur, dijual sebagai budak, difitnah, dan dipenjara. Namun yang luar biasa, Yusuf tidak pernah menyebut dirinya sebagai korban. Ia justru melihat semua itu sebagai proses pembelajaran. Inilah makna dari pesan sang ayah:...

Hadits-Hadits Lemah dan Palsu Seputar Bulan Ramadhan


Oleh: Suriani Jiddy, Lc

Materi ini bersumber dari www.muslim.or.id. Kita sering mendengar dari para da’I atau muballigh yang memberi kultum (kuliah tujuh menit) sering menyampaikan hadits-hadits yang tidak shahih yang tersebar dalam beberapa buku atau kitab. Kita perlu mengetahui keabsahan hadits tersebut. Jangan sampai hadits tidak shahih dianggap sebagai perkataan Rasulullah. Rasulullah mengingatkan dalam sebuah hadits yang mutawatir (kedudukannya sama dengan Qur’an, hadits yang diriwayatkan oleh orang banyak dari orang banyak). Orang banyak tidak mungkin melakukan kedustaan. Rasulullah bersabda: Barangsiapa berdusta mengatasnamakanku maka dia akan menempati suatu tempat di api neraka. Hal ini kalau kita tahu derajat haditsnya. Kalau kita tidak tahu, maka lain lagi urusannya.

Syaikh Muhammad Al-Ghazali, ulama Mesir, mengingatkan kita dalam muqaddimah Sirah Nabawiyah, dalam masalah hadits:
  1. Tidak semua yang dikatakan hadits itu hadits.
  2. Walaupun hadits itu shahih tidak semua orang itu benar dalam memahaminya
Dimasyarakat kita beredar hadits – kebersihan itu adalah sebagian dari iman. Ini hadits palsu. Ada bunyi yang sesuai, Thaharah itu adalah separuh dari keimanan. Thahur itu lebih spesifik. Suci lebih spesifik daripada bersih. Tidak semua bersih itu suci. Tapi semua yang suci itu pasti bersih. Teh ini bersih tapi tidak suci. Kita tidak bisa bersuci dengan air teh.

Hadits pertama: berpuasalah kalian niscaya kalian akan sehat. Kalau dijelaskan bahwa puasa ini luar biasa manfaatnya karena medis ini lain masalahnya. Inilah salah satu hikmah puasa bahwa ia baik untuk kesehatan. Tapi kita tidak boleh mengatakan bahwa ucapan tersebut berasal dari Rasulullah.
Hadits ini terdapat dalam kitab Ihya Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali. Kemudian datang ulama ahli hadits Hafiz Al’Iraqi kemudian memberi catatan terhadap buku tersebut. Ada sebagian yang dikategorikan sebagai lemah diantaranya hadits diatas. Bahkan diantara ulama bahwa hadits ini bukan Cuma lebih bahkan termasuk palsu.

Hadits kedua: tidurnya orang puasa itu ibadah, diamnya tasbih, do’anya mustajab (ini ada dasarnya), dan amalnya dilipatgandakan (ini ada dasarnya). Ada beberapa hal yang memotivasi hadits palsu, salah satunya agar orang bersemangat untuk beramal.

Hadits ketiga: wahai manusia, bulan agung telah mendatangi kalian, malamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan … barangsiapa yang malam itu melaksanakan ibadah sunnah pada malam itu sama dengan ibadah wajib pada bulan. Barangsiapa melaksanakan kewajiban maka akan dilipatgandakan 70 kali lipat dibandingkan bulan lain. Ramadhan adalah bulan kesabaran, sedangkan kesabaran itu balasannya surga. Dalam bulan Ramadhan rizki orang ditambah. Barangsiapa di bulan Ramadhan memberikan hidangan berbuka, dosanya diampuni, diselamatkan dari neraka, mendapatkan pahala dari orang berpuasa (ini keutamaan orang membukakan puasa) tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut. Sahabat berkata: tidak semua memiliki makanan untuk orang yang berbuka. Rasulullah bersabda: mereka dapat memberi buka dengan sebutir kurma. Ramadhan ini permulaannya rahmat, pertengahannya maghfirah dan akhirnya itqun minannnaar. Hadits ini tidak shahih.

Bulan Ramadhan itu awal sampai akhirnya ada rahmat, ampunan dan selamat dari neraka. Hadits shahih: barangsiapa yang berpuasa karena iman dan mengharap pahala dihapuskan dosanya yang lalu. Dalam hadits yang lain, barangsiapa shalat malam di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dihapuskan dosanya yang lalu.

Hadits keempat: do’a buka berbuka puasa – allahumma laka shumtu wa bika amantu wa ‘ala rizkika afthartu birahmatika ya arhamarrahimin. Ini bukan hadits, tapi do’a biasa. Kita boleh berdo’a dengan bahasa sendiri, dengan susunan sendiri. Yang penting tidak mengatakan ini hadits.
Kalau ingin berdo’a dengan do’a yang ma’tsur ada.

Hadits kelima adalah hadits yang diperselisihkan shahih atau tidak shahih. Imam Ibnu Hajar mengatakan bahwa ini shahih dalam kitab Fathul Bari. Barangsiapa yang meninggalkan puasa satu hari saja pada bulan Ramadhan tanpa ada alasan atau uzur maka dia tidak dapat menggantinya puasa tersebut walaupun dia berpuasa sepanjang tahun. Yang disepakati adalah meninggalkan puasa tanpa uzur syar’I adalah dosa besar.
Tentang orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja apakah mereka wajib menggantikannya. Ibnu Rusyd: orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja wajib mengqadha dan dia berdosa. Ulama lain menganggap bahwa mereka tidak wajib mengqadha. Ini terjadi karena perbedaan dalam menafsirkan hadits bahwa orang yang lupa diwajibkan untuk melaksanakan shalat tersebut. Ulama yang berpendapat wajib: yang lupa saja wajib apalagi yang sengaja. Begitu juga dengan masalah puasa.
Dalam menghukumi suatu hadits, masalah ijtihadiyah. Perbedaan hukum mungkin terjadi. Mengazani anak yang baru lahir, qunut witir termasuk hadits yang diperselisihkan.

Hadits keenam: janganlah kalian menyebut Ramadhan karena Ramadhan adalah salah satu nama Allah, tapi sebutkanlah Syahru Ramadhan (bulan Ramadhan). Ini ada dalam tafsir Ibnu Katsir.

Hadits ketujuh: bulan Ramadhan itu tergantung antara langit dan bumi dan tidak bisa naik kecuali dengan membayar zakat fitrah. Yang harus kita jadikan keyakinan adalah puasa Ramadhan dan zakat fitrah adalah dua hal yang berbeda. Kalau dia tidak berpuasa maka dia tetap wajib bayar zakat fitrah. Kalau tidak melakukan keduanya, dia dosa dua kali.

Hadits kedelapan: Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban bulanku dan Ramadhan bulan umatku.

Hadits kesembilan: barangsiapa membukakan orang berpuasa dengan makanan dan minuman yang halal maka para malaikat akan bershalawat kepadanya dan khusus malaikat jibril akan bershalawat padanya pada malam Qadr.


Hadits kesepuluh: ketika pulang dari perang Badr, Rasulullah mengatakan bahwa kita telah pulang dari jihad kecil menuju kepada jihad besar yaitu jihad melawan hawa nafsu. Dengan hadits ini mereka bilang bahwa puasa itu adalah jihad besar melawan hawa nafsu. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kamus Dayak Ngaju - Indonesia

Pengantar singkat Bahasa Dayak Ngaju (4)

Kode Pos di Kabupaten Kapuas