Oleh:
Suriani Jiddy, Lc
Materi ini
bersumber dari www.muslim.or.id. Kita sering mendengar dari para da’I atau
muballigh yang memberi kultum (kuliah tujuh menit) sering menyampaikan
hadits-hadits yang tidak shahih yang tersebar dalam beberapa buku atau kitab.
Kita perlu mengetahui keabsahan hadits tersebut. Jangan sampai hadits tidak
shahih dianggap sebagai perkataan Rasulullah. Rasulullah mengingatkan dalam
sebuah hadits yang mutawatir (kedudukannya sama dengan Qur’an, hadits yang
diriwayatkan oleh orang banyak dari orang banyak). Orang banyak tidak mungkin
melakukan kedustaan. Rasulullah bersabda: Barangsiapa berdusta
mengatasnamakanku maka dia akan menempati suatu tempat di api neraka. Hal ini
kalau kita tahu derajat haditsnya. Kalau kita tidak tahu, maka lain lagi
urusannya.
Syaikh
Muhammad Al-Ghazali, ulama Mesir, mengingatkan kita dalam muqaddimah Sirah
Nabawiyah, dalam masalah hadits:
- Tidak semua yang dikatakan hadits
itu hadits.
- Walaupun hadits itu shahih tidak
semua orang itu benar dalam memahaminya
Dimasyarakat
kita beredar hadits – kebersihan itu adalah sebagian dari iman. Ini hadits
palsu. Ada bunyi yang sesuai, Thaharah itu adalah separuh dari keimanan. Thahur
itu lebih spesifik. Suci lebih spesifik daripada bersih. Tidak semua bersih itu
suci. Tapi semua yang suci itu pasti bersih. Teh ini bersih tapi tidak suci.
Kita tidak bisa bersuci dengan air teh.
Hadits pertama: berpuasalah kalian niscaya kalian akan sehat.
Kalau dijelaskan bahwa puasa ini luar biasa manfaatnya karena medis ini lain
masalahnya. Inilah salah satu hikmah puasa bahwa ia baik untuk kesehatan. Tapi
kita tidak boleh mengatakan bahwa ucapan tersebut berasal dari Rasulullah.
Hadits ini
terdapat dalam kitab Ihya Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali. Kemudian datang
ulama ahli hadits Hafiz Al’Iraqi kemudian memberi catatan terhadap buku
tersebut. Ada sebagian yang dikategorikan sebagai lemah diantaranya hadits
diatas. Bahkan diantara ulama bahwa hadits ini bukan Cuma lebih bahkan termasuk
palsu.
Hadits kedua: tidurnya orang puasa itu ibadah, diamnya
tasbih, do’anya mustajab (ini ada dasarnya), dan amalnya dilipatgandakan (ini
ada dasarnya). Ada beberapa hal yang memotivasi hadits palsu, salah satunya
agar orang bersemangat untuk beramal.
Hadits ketiga: wahai manusia, bulan agung telah mendatangi
kalian, malamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan …
barangsiapa yang malam itu melaksanakan ibadah sunnah pada malam itu sama
dengan ibadah wajib pada bulan. Barangsiapa melaksanakan kewajiban maka akan
dilipatgandakan 70 kali lipat dibandingkan bulan lain. Ramadhan adalah bulan
kesabaran, sedangkan kesabaran itu balasannya surga. Dalam bulan Ramadhan rizki
orang ditambah. Barangsiapa di bulan Ramadhan memberikan hidangan berbuka,
dosanya diampuni, diselamatkan dari neraka, mendapatkan pahala dari orang
berpuasa (ini keutamaan orang membukakan puasa) tanpa mengurangi pahala orang
yang berpuasa tersebut. Sahabat berkata: tidak semua memiliki makanan untuk
orang yang berbuka. Rasulullah bersabda: mereka dapat memberi buka dengan
sebutir kurma. Ramadhan ini permulaannya rahmat, pertengahannya maghfirah dan
akhirnya itqun minannnaar. Hadits ini tidak shahih.
Bulan
Ramadhan itu awal sampai akhirnya ada rahmat, ampunan dan selamat dari neraka.
Hadits shahih: barangsiapa yang berpuasa karena iman dan mengharap pahala
dihapuskan dosanya yang lalu. Dalam hadits yang lain, barangsiapa shalat malam
di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dihapuskan dosanya yang
lalu.
Hadits keempat: do’a buka berbuka puasa – allahumma laka
shumtu wa bika amantu wa ‘ala rizkika afthartu birahmatika ya arhamarrahimin.
Ini bukan hadits, tapi do’a biasa. Kita boleh berdo’a dengan bahasa sendiri,
dengan susunan sendiri. Yang penting tidak mengatakan ini hadits.
Kalau ingin
berdo’a dengan do’a yang ma’tsur ada.
Hadits kelima adalah hadits yang diperselisihkan shahih atau
tidak shahih. Imam Ibnu Hajar mengatakan bahwa ini shahih dalam kitab Fathul
Bari. Barangsiapa yang meninggalkan puasa satu hari saja pada bulan Ramadhan
tanpa ada alasan atau uzur maka dia tidak dapat menggantinya puasa tersebut
walaupun dia berpuasa sepanjang tahun. Yang disepakati adalah meninggalkan
puasa tanpa uzur syar’I adalah dosa besar.
Tentang
orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja apakah mereka wajib
menggantikannya. Ibnu Rusyd: orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja
wajib mengqadha dan dia berdosa. Ulama lain menganggap bahwa mereka tidak wajib
mengqadha. Ini terjadi karena perbedaan dalam menafsirkan hadits bahwa orang
yang lupa diwajibkan untuk melaksanakan shalat tersebut. Ulama yang berpendapat
wajib: yang lupa saja wajib apalagi yang sengaja. Begitu juga dengan masalah
puasa.
Dalam
menghukumi suatu hadits, masalah ijtihadiyah. Perbedaan hukum mungkin terjadi.
Mengazani anak yang baru lahir, qunut witir termasuk hadits yang
diperselisihkan.
Hadits keenam: janganlah kalian menyebut Ramadhan karena
Ramadhan adalah salah satu nama Allah, tapi sebutkanlah Syahru Ramadhan (bulan
Ramadhan). Ini ada dalam tafsir Ibnu Katsir.
Hadits ketujuh: bulan Ramadhan itu tergantung antara langit
dan bumi dan tidak bisa naik kecuali dengan membayar zakat fitrah. Yang harus
kita jadikan keyakinan adalah puasa Ramadhan dan zakat fitrah adalah dua hal
yang berbeda. Kalau dia tidak berpuasa maka dia tetap wajib bayar zakat fitrah.
Kalau tidak melakukan keduanya, dia dosa dua kali.
Hadits kedelapan: Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban bulanku dan
Ramadhan bulan umatku.
Hadits kesembilan: barangsiapa membukakan orang berpuasa dengan
makanan dan minuman yang halal maka para malaikat akan bershalawat kepadanya
dan khusus malaikat jibril akan bershalawat padanya pada malam Qadr.
Hadits kesepuluh: ketika pulang dari perang Badr, Rasulullah
mengatakan bahwa kita telah pulang dari jihad kecil menuju kepada jihad besar
yaitu jihad melawan hawa nafsu. Dengan hadits ini mereka bilang bahwa puasa itu
adalah jihad besar melawan hawa nafsu.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar terhadap tulisan kami!