Allah Akan Terus Memilih dan Mengajarkanmu: Refleksi Kisah Nabi Yusuf AS

Gambar
Ceramah inspiratif Ustadz Nouman Ali Khan mengangkat kisah Nabi Yusuf AS sebagai pelajaran hidup yang relevan dan membumi. Dalam ceramah tersebut, beliau mengajak kita memahami bahwa setiap ujian hidup adalah sarana untuk tumbuh, bukan untuk terpuruk dalam identitas sebagai korban. Kisah Dimulai dari Mimpi Ketika Yusuf kecil menceritakan mimpinya kepada sang ayah, Nabi Ya’qub AS, sang ayah tidak hanya memahami makna mimpi itu sebagai tanda kenabian, tetapi juga memberikan nasihat penting: "Jangan ceritakan kepada saudara-saudaramu." Mengapa? Karena ayahnya tahu, Yusuf akan menghadapi ujian besar, termasuk kecemburuan dan niat jahat dari saudara-saudaranya. Ujian yang Terus Datang Yusuf AS menghadapi serangkaian peristiwa traumatis: dikhianati, dibuang ke sumur, dijual sebagai budak, difitnah, dan dipenjara. Namun yang luar biasa, Yusuf tidak pernah menyebut dirinya sebagai korban. Ia justru melihat semua itu sebagai proses pembelajaran. Inilah makna dari pesan sang ayah:...

Kisah dr. Soemarno Sosroatmodjo di Kuala Kapuas


Di Kuala Kapuas mata saya semakin terbuka akan berbagai masalah sosial. Mula-mula saya hendak mendaftarkan diri diri sebagai anggota Parindra di Banjarmasin, tapi ternyata di Kuala Kapuas pun sudah berdiri cabangnya. Jadilah saya anggota Parindra.

Kemampuan saya dibidang kedokteran pun terangsang dan terdorong maju, karena harus menanggulangi berbagai penyakit dengan peralatan yang seadanya. Dr. Vischer sebagai kepala rumah sakit menganggap saya lebih cekatan dari dokter wanita berkebangsaan Jerman yang pernah mewakilinya.

Isteri saya pun mulai terjun ke dalam masyarakat. Ia memulai mengadakan kursus-kursus kepada para wanita Dayak, baik mengenai masalah-masalah kesehatan maupun pemberantasan buta huruf.

Tidak mengherankan jika rumah saya - seperti juga rumah para dokter yang bertugas di kota-kota kecil - selalu didatangi oleh pemuka masyarakat khususnya dan rakyat umumnya, untuk berbagai keperluan. Bukan saja mengenai soal kesehatan, tapi juga masalah-masalah sosial, dan last but not least soal gerakan kebangkitan nasional. Semboyan "Indonesia Berparlemen" sering kami perbincangkan bersama. Sangatlah menguntungkan bahwa dokter-dokter lulusan NIAS kebanyakan ditempatkan di kota-kota terpencil, sehingga pengetahuan dan keterlibatannya dalam gerakan kebangsaan tersebar pula dan tertanam di berbagai sudut dan pelosok tanah air. Para dokter lulusan NIAS itu tidak begitu sukar bergerak di dalam masyarakat rakyat kecil, karena kebanyak mereka berasal dari keluarga pegawai menengah - bukan keluarga kaya - yang sempat menempuh pendidikan di NIAS atas bantuan beasiswa. Latar belakang keluarga yang lebih dekat dengan masyarakat kecil memudahkan mereka bergerak di tempat-tempat yang terpencil juga. Semasa belajar mereka pun sudah tergembleng dalam kancah kemasyarakatan, karena kebanyakan mereka menjadi anggota perhimpunan-perhimpunan pemuda seperti Indonesia Muda, Ansor Nahdhatul Ulama dan kepanduan, yang pada umumnya mempunyai tujuan memajukan bangsa dan mencita-citakan kemerdekaan. Dalam perhimpunan-perhimpunan pemuda itu mereka terlatih menjadi pejuang kemerdekaan yang ber-Tuhan dan memimpin masyarakat.

Di Kuala Kapuas anak ketiga saya, laki-laki, lahir.

Dikutip dari buku " Dari Rimba Raya Ke Jakarta Raya (halaman 232-234)" karangan dr. H. Soemarno Sosroatmodjo


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kamus Dayak Ngaju - Indonesia

Pengantar singkat Bahasa Dayak Ngaju (4)

Laki-laki adalah "qawwam" bagi perempuan