Oleh: Ustadz Suriani
Jiddy, Lc
Sudah dibicarakan
makna bahasa dan makna istilah. Juga sudah dijelaskan tentang
perbuatan-perbuatan Rasulullah SAW, untuk menjelaskan bahwa tidak semua yang
dilakukan Rasulullah SAW disebut sunnah yang merupakan lawan bid’ah dan tidak
semua yang tidak semua yang tidak dilakukan oleh Rasulullah adalah bid’ah.
Sudah dijelaskan bahaya-bahaya bid’ah.
Hasan Al-Banna: setiap
bid’ah dalam agama Allah yang tidak ada asalnya yang dianggap baik oleh manusia
oleh hawa nafsu mereka, sama saja dengan cara
menambah atau mengurangi adalah sesat, maka wajib diperangi dan wajib
diberantas dengan cara yang paling baik yang tidak akan menimbulkan bahaya atau
keburukan yang lebih besar daripada bid’ah itu sendiri.
Perang terhadap
bid’ah (termasuk Fikih Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar)
Sebelumnya kita
masuk ke dakwah ilallah.
Pernyataan Habib
Muhammad Rizieq Shihab. Medan perjuangan Islam: Dakwah, Hisbah dan Jihad. Masing-masing memiliki pengertian umum dan
khusus. Pengertian ini harus dipahami dengan baik agar kita tidak salah
memahami maknanya. Ketiga medan juang ini memiliki sifat dan karakter dan
berbeda. Ketiganya merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dalam
pengertian umum.
Contohnya dalam
berdakwah, maka kita juga sudah melakukan hisbah karena dia adalah bagian dari
dakwah. Kita juga sudah melakukan jihad dalam pengertian umum yaitu meninggikan
kalimat Allah SWT dalam segala bentuknya.
Dakwah itu sifatnya
lemah lembut. Hisbah itu sifatnya tegas. Jihad itu karakteristiknya keras.
Masing-masing kita bisa melakukan atau bisa berjuang pada salah satu medan
perjuangan ini sesuai dengan kemampuan kita. Ada orang yang hanya bisa
berdakwah, tapi tidak bisa melakukan hisbah atau jihad. Kegiatan kita sekarang
adalah kegiatan dakwah. Membuka majelis ta’lim, sekolah, panti asuhan adalah
dakwah.
Ada juga orang yang
tidak berdakwah tapi bisa hisbah. Dia tidak bisa berceramah, tidak bisa
mengajar, tapi bisa melakukan amar ma’ruf nahi mungkar. Begitu juga dengan
jihad.
Beliau memberikan
permisalan. Orang yang berdakwah seperti orang yang bertani. Ketika bertani,
tanaman yang kita tanam, harus kita jaga dari hama yang akan merusaknya, supaya
kita bisa memanen apa yang kita tanam. Kalau kita tidak bisa menjaga dari hama,
maka kita tidak akan bisa memanen. Hisbah dan jihad adalah memberantas hamanya.
Jadi dakwah harus ada hisbah dan jihad. Ada juga orang yang memberantas hama saja, tapi tidak pernah
menanam, maka dia tidak bisa memanen.
Makna dakwah.
Makna bahasa:
memanggil, mengajak, menyeru, mengundang, meminta. Dari makna bahasa ini bisa
kita lihat pengertian makna istilah. Memanggil, mengajak, menyeru dan mengundang orang masuk ke dalam Islam.
Makna istilah:
aktivitas menyeru manusia:
·
Dari kekufuran à keimanan
·
Dari kesesatan à petunjuk
·
Dari jahiliyah à cahaya Islam
·
Dari kezaliman à keadilan
·
Dari sempitnya dunia à luasnya dunia dan akhirat
Dari makna ini
kita mengetahui bahwa aktivitas dakwah adalah kewajiban kita semua. Hukum
dakwah adalah wajib sesuai dengan kemampuan yang kita miliki. Masalahnya apakah
wajib aini atau wajib kifayah.
Da’i adalah
·
Seseorang yang telah terbina secara intensif sehingga
memiliki kesiapan untuk berjuang dan berkorban di jalan Allah
·
Seseorang yang berpotensi menjadi agen perubah di
tengah-tengah masyarakat
Da’i adalah
bagian dari solusi. Ketika umat Islam menghadapi persoalan, maka masing-masing
kita adalah bagian dari persoalan yang sedang kita hadapi.
Al Manhaj (cara
atau metode) dan Al Wasail (sarana)
Cara berdakwah
itu sifatnya taufiqiyah, artinya metodenya sudah ditentukan. Kita tidak boleh
keluar dari cara yang sudah ditentukan tersebut. Dasarnya adalah wahyu yaitu
Qur’an dan Sunnah. Kalau kita keluar dari manhaj yang sudah ditentukan maka
kita keluar dari tuntunan agama. Akibatnya pada tataran praktisnya dakwah
seperti itu:
·
Tidak berpahala. Padahal dakwah adalah amal yang
sangat utama.
·
Akan lebih banyak merusak daripada memperbaiki.
Akan lebih banyak mendatangkan mudharat dari manfaat.
Sarana diserahkan
kepada kita. Sarana dakwah tidak diatur secara detail.
Metode dakwah:
·
Dakwah kepada Allah
·
Dakwah dengan ilmu
·
Skala prioritas
·
Mengedepankan uswah hasanah
·
Tidak boleh memaksa
·
Dengan lemah lembut dan bijaksana
·
Debat dengan cara terbaik
Dakwah kepada Allah
Q.S. Yusuf, 12: 108 –
Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku,
mengajak kamu kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku
tiada termasuk orang-orang yang musyrik”.
Q.S. An Nahl, 16: 125
– Serulah manusia ke pada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik,
dan bahtahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmmu Dialah yang
lebih mengetahui, tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang
lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Adapun organisasi,
kalau kita mengajak orang yang baik untuk masuk organisasi yang baik, untuk
berjalan di jalan Allah. Maka organisasi tersebut adalah wasail (sarana) bukan
tujuan. Karena itu tidak mengapa ikut organisasi tertentu selama ia baik.
Manhaj dakwahnya dengan ilmu. Manhaj dakwah sesuai dengan diatas. Kita boleh
bergabung (masuk) dalam organisasi apapun selama dia baik. Organisasi adalah sarana dakwah. Kalau
organisasi dijadikan sebagai tujuan, maka itu bertentangan.
Perpecahan dalam
tubuh umat Islam adalah saling membanggakan kelompoknya, organisasinya,
gurunya, karena tidak bisa membedakan mana manhaj dan wasail.
Q.S. Yusuf, 12: 108
Kita bangga (percaya
diri) dengan agama kita. Ada orang yang malu jadi orang Islam.
‘ala bashirah
Makna bashirah:
·
Pengetahuan tentang materi yang akan disampaikan
·
Pengetahuan tentang objek dakwah
·
Pengetahuan tentang metode / cara menyampaikan
dakwah
Dakwah tanpa ilmu
akan bisa merusak citra dakwah. Kalau bicara asal bunyi. Ada pepatah Arab:
kalau kita tidak punya sesuatu, kita tidak bisa memberi.
Apakah untuk
berdakwah harus punya segudang ilmu? Harus pesantren dulu? Tidak. Sampaikan
dariku walaupun satu ayat (Hadits). Kita bisa mengajarkan Qur’an dan shalat
kepada yang belum bisa. Sa’id Hawwa: masing-masing kita bisa jadi guru bagi
orang yang ilmunya lebih rendah.
Kita harus
menempatkan seseorang sesuai dengan kedudukannya. Manusia itu punya kelas, SD 1-6, SMP 1-3, SMA
1-3. Kelajaran kelas tiga tidak akan kita sampaikan ke kelas satu.
Lihat bagaimana sikap
Rasulullah menghadapi orang Badui yang masuk masjid langsung kencing. Lihat
bagaimana Rasulullah menyikapi seorang pemuda yang memakai cincin emas.
Berikut videonya:
Komentar
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar terhadap tulisan kami!