Berbagi Berkah di Bulan Ramadhan - Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kabupaten Kapuas

Gambar
Kuala Kapuas, 5 April 2024 Dewan Pengurus Daerah Persatuan Perawat Nasional Indonesia DPD PPNI Kab. Kapuas, pada Ramadhan 1445H tahun ini berbagi Berkah Ramadhan dengan Tema "Jum'at Berkah Ramadhan"  Kegiatan ini dihimpun dari sumbangan anggota PPNI dan beberapa donatur, jumlah yang dibagikan 1.400 item terdiri dari beras, gula, minyak goreng, telur, nasi kotak dan takjil adapun sasaran ditahun ini, Rumah Singgah, Panti Asuhan, fakir miskin dan dhuafa. Foto, video dan tulisan merupakan kiriman Bapak M. Hipni

Perang Terhadap Bid’ah


Oleh: Ustadz Suriani Jiddy, Lc

Sudah dibicarakan makna bahasa dan makna istilah. Juga sudah dijelaskan tentang perbuatan-perbuatan Rasulullah SAW, untuk menjelaskan bahwa tidak semua yang dilakukan Rasulullah SAW disebut sunnah yang merupakan lawan bid’ah dan tidak semua yang tidak semua yang tidak dilakukan oleh Rasulullah adalah bid’ah. Sudah dijelaskan bahaya-bahaya bid’ah.

Hasan Al-Banna: setiap bid’ah dalam agama Allah yang tidak ada asalnya yang dianggap baik oleh manusia oleh hawa nafsu mereka, sama saja dengan cara  menambah atau mengurangi adalah sesat, maka wajib diperangi dan wajib diberantas dengan cara yang paling baik yang tidak akan menimbulkan bahaya atau keburukan yang lebih besar daripada bid’ah itu sendiri.

Perang terhadap bid’ah (termasuk Fikih Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar)

Sebelumnya kita masuk ke dakwah ilallah.

Pernyataan Habib Muhammad Rizieq Shihab. Medan perjuangan Islam: Dakwah, Hisbah dan Jihad. Masing-masing memiliki pengertian umum dan khusus. Pengertian ini harus dipahami dengan baik agar kita tidak salah memahami maknanya. Ketiga medan juang ini memiliki sifat dan karakter dan berbeda. Ketiganya merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dalam pengertian umum.

Contohnya dalam berdakwah, maka kita juga sudah melakukan hisbah karena dia adalah bagian dari dakwah. Kita juga sudah melakukan jihad dalam pengertian umum yaitu meninggikan kalimat Allah SWT dalam segala bentuknya.

Dakwah itu sifatnya lemah lembut. Hisbah itu sifatnya tegas. Jihad itu karakteristiknya keras. Masing-masing kita bisa melakukan atau bisa berjuang pada salah satu medan perjuangan ini sesuai dengan kemampuan kita. Ada orang yang hanya bisa berdakwah, tapi tidak bisa melakukan hisbah atau jihad. Kegiatan kita sekarang adalah kegiatan dakwah. Membuka majelis ta’lim, sekolah, panti asuhan adalah dakwah.
Ada juga orang yang tidak berdakwah tapi bisa hisbah. Dia tidak bisa berceramah, tidak bisa mengajar, tapi bisa melakukan amar ma’ruf nahi mungkar. Begitu juga dengan jihad.

Beliau memberikan permisalan. Orang yang berdakwah seperti orang yang bertani. Ketika bertani, tanaman yang kita tanam, harus kita jaga dari hama yang akan merusaknya, supaya kita bisa memanen apa yang kita tanam. Kalau kita tidak bisa menjaga dari hama, maka kita tidak akan bisa memanen. Hisbah dan jihad adalah memberantas hamanya. Jadi dakwah harus ada hisbah dan jihad. Ada juga orang yang  memberantas hama saja, tapi tidak pernah menanam, maka dia tidak bisa memanen.

Makna dakwah.

Makna bahasa: memanggil, mengajak, menyeru, mengundang, meminta. Dari makna bahasa ini bisa kita lihat pengertian makna istilah. Memanggil, mengajak, menyeru dan mengundang orang masuk ke dalam Islam.

Makna istilah: aktivitas menyeru manusia:
·         Dari kekufuran à keimanan
·         Dari kesesatan à petunjuk
·         Dari jahiliyah à cahaya Islam
·         Dari kezaliman à keadilan
·         Dari sempitnya dunia à luasnya dunia dan akhirat

Dari makna ini kita mengetahui bahwa aktivitas dakwah adalah kewajiban kita semua. Hukum dakwah adalah wajib sesuai dengan kemampuan yang kita miliki. Masalahnya apakah wajib aini atau wajib kifayah.

Da’i adalah
·         Seseorang yang telah terbina secara intensif sehingga memiliki kesiapan untuk berjuang dan berkorban di jalan Allah
·         Seseorang yang berpotensi menjadi agen perubah di tengah-tengah masyarakat

Da’i adalah bagian dari solusi. Ketika umat Islam menghadapi persoalan, maka masing-masing kita adalah bagian dari persoalan yang sedang kita hadapi.

Al Manhaj (cara atau metode) dan Al Wasail (sarana)

Cara berdakwah itu sifatnya taufiqiyah, artinya metodenya sudah ditentukan. Kita tidak boleh keluar dari cara yang sudah ditentukan tersebut. Dasarnya adalah wahyu yaitu Qur’an dan Sunnah. Kalau kita keluar dari manhaj yang sudah ditentukan maka kita keluar dari tuntunan agama. Akibatnya pada tataran praktisnya dakwah seperti itu:
·         Tidak berpahala. Padahal dakwah adalah amal yang sangat utama.
·         Akan lebih banyak merusak daripada memperbaiki. Akan lebih banyak mendatangkan mudharat dari manfaat.

Sarana diserahkan kepada kita. Sarana dakwah tidak diatur secara detail.
Metode dakwah:
·         Dakwah kepada Allah
·         Dakwah dengan ilmu
·         Skala prioritas
·         Mengedepankan uswah hasanah
·         Tidak boleh memaksa
·         Dengan lemah lembut dan bijaksana
·         Debat dengan cara terbaik

Dakwah kepada Allah

Q.S. Yusuf, 12: 108 – Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku, mengajak kamu kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”.

Q.S. An Nahl, 16: 125 – Serulah manusia ke pada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bahtahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmmu Dialah yang lebih mengetahui, tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Adapun organisasi, kalau kita mengajak orang yang baik untuk masuk organisasi yang baik, untuk berjalan di jalan Allah. Maka organisasi tersebut adalah wasail (sarana) bukan tujuan. Karena itu tidak mengapa ikut organisasi tertentu selama ia baik. Manhaj dakwahnya dengan ilmu. Manhaj dakwah sesuai dengan diatas. Kita boleh bergabung (masuk) dalam organisasi apapun selama dia baik. Organisasi adalah sarana dakwah. Kalau organisasi dijadikan sebagai tujuan, maka itu bertentangan.

Perpecahan dalam tubuh umat Islam adalah saling membanggakan kelompoknya, organisasinya, gurunya, karena tidak bisa membedakan mana manhaj dan wasail.

Q.S. Yusuf, 12: 108
Kita bangga (percaya diri) dengan agama kita. Ada orang yang malu jadi orang Islam.
‘ala bashirah

Makna bashirah:
·         Pengetahuan tentang materi yang akan disampaikan
·         Pengetahuan tentang objek dakwah
·         Pengetahuan tentang metode / cara menyampaikan dakwah

Dakwah tanpa ilmu akan bisa merusak citra dakwah. Kalau bicara asal bunyi. Ada pepatah Arab: kalau kita tidak punya sesuatu, kita tidak bisa memberi.

Apakah untuk berdakwah harus punya segudang ilmu? Harus pesantren dulu? Tidak. Sampaikan dariku walaupun satu ayat (Hadits). Kita bisa mengajarkan Qur’an dan shalat kepada yang belum bisa. Sa’id Hawwa: masing-masing kita bisa jadi guru bagi orang yang ilmunya lebih rendah.

Kita harus menempatkan seseorang sesuai dengan kedudukannya. Manusia itu punya kelas, SD 1-6, SMP 1-3, SMA 1-3. Kelajaran kelas tiga tidak akan kita sampaikan ke kelas satu.

Lihat bagaimana sikap Rasulullah menghadapi orang Badui yang masuk masjid langsung kencing. Lihat bagaimana Rasulullah menyikapi seorang pemuda yang memakai cincin emas.

Berikut videonya:



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kamus Dayak Ngaju - Indonesia

Pengantar singkat Bahasa Dayak Ngaju (4)

Laki-laki adalah "qawwam" bagi perempuan