Pada shalat Idul Fitri 1437 H di Masjid Jami' Mambulau, Kapuas Hilir, penceramah menyampaikan makna dari ayat Qur'an Surat Al Baqarah ayat berikut:
( 17 ) Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.
( 18 ) Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar),
"Mereka" di ayat diatas adalah orang-orang kafir Quraisy dan orang-orang Yahudi dan Nasrani yang ada di Madinah yang tidak beriman kepada Rasulullah.
Kata-kata "istauqadanaara" menunjukkan orang yang sedang berusaha untuk menyalakan api. Api tersebut menyinari dan memberikan rasa hangat kepada orang yang ada disekelilingnya.
Perumpamaan diatas adalah seperti seorang yang berjalan di tengah padang pasir diwaktu malam. Dia berusaha untuk menyalakan api.
Rasulullah bersabda: Perumpamaanku dan perumpamaan kalian adalah seperti seorang laki-laki yang sedang berusaha untuk menyalakan api.
Jadi yang dimaksud dengan orang yang sedang berusaha menyalakan api diatas adalah Rasulullah. Sedangkan kegelapan malam itu adalah gambaran dari kegelepan yang dialami oleh orang-orang Yahudi dan orang-orang Quraisy karena tidak datangnya wahyu dalam waktu yang lama.
Bagi Bani Israil, mereka terbiasa mendapatkan Nabi dan Rasul pada setiap generasinya. Tapi sejak diangkatnya Nabi Isa, mereka tidak menerima utusan lagi sampai diutusnya Rasulullah. Dalam masa penantian yang panjang tersebut, mereka sudah mengetahui bahwa pada akhirnya akan diutus Nabi akhir zaman.
Bagi orang-orang Quraisy seperti Akhnas bin Suraikh, Abu Sofyan, dan Abu Jahal, mendengarkan bacaan Qur'an membuat mereka ketagihan. Sampai akhirnya mereka bersumpah untuk tidak mencuri dengar Muhammad membacakan Qur'an di rumahnya. Hal yang sama juga terjadi dengan Walid bin Mughirah, ahli sya'ir Quraisy. Setelah dia mendengar bacaan Qur'an dia mengakui bahwa apa yang didengarnya bukan syair, karena dia adalah pakarnya. Untuk mengecoh orang lain, mereka menyebut Qur'an sebagai sihir.
Sedangkan bagi orang-orang Yahudi Madinah, ketika mereka mendengar bacaan Qur'an, mereka mengenalnya sebagaimana mereka mengenal anak mereka sendiri. Tapi sebagian dari mereka menolak untuk mengakui kebenaran tersebut.
Itulah sebabnya Allah menyebutkan bahwa cahaya yang dihasilkan oleh api tidak bisa memberi manfaat kepada orang di sekitarnya karena mereka sudah menutup cahaya yang ada dalam hati mereka. Sehingga cahaya Qur'an tersebut tidak bisa terhubung dengan cahaya yang ada dalam hati mereka.
Orang-orang kafir dan munafik menolak untuk mendengarkan Qur'an, makanya Allah menyebutnya tuli. Mereka tidak mau mengucapkan kebenaran Qur'an, makanya Allah menyebutkan mereka bisu. Karena mereka tidak bisa mendengar dan berbicara, maka wawasan mereka tentang kehidupan pun tidak sesuai dengan Qur'an. Itulah sebabnya mereka disebut sebagai buta.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar terhadap tulisan kami!