Family Planning dan Tantangan Kesuburan: Saatnya Merancang Transisi Demografi

Gambar
Di banyak negara berkembang, program Family Planning telah menjadi tulang punggung pembangunan kesehatan dan kesejahteraan keluarga. Namun, pertanyaan strategis mulai muncul: apakah kita sedang menuju krisis kesuburan seperti yang dialami negara maju? Dan jika ya, mengapa belum mulai memikirkan kebijakan pro-natalis sejak sekarang? 🔍 Family Planning: Fondasi Pembangunan, Bukan Tujuan Akhir Program Family Planning bertujuan mengendalikan kelahiran yang tidak diinginkan, menurunkan angka kematian ibu dan bayi, serta meningkatkan partisipasi perempuan dalam pendidikan dan ekonomi. Di negara berkembang seperti Indonesia, manfaat jangka pendek dan menengahnya sangat nyata: keluarga lebih sejahtera, anak-anak lebih sehat, dan negara menikmati bonus demografi. Namun, Family Planning bukanlah kebijakan yang berdiri sendiri. Ia harus dilihat sebagai fase awal dalam siklus kebijakan demografi yang lebih luas. 📉 Negara Maju: Bukti Nyata Sulitnya Membalik Penurunan Kesuburan Negara-negara sepe...

Al-Baqarah ayat 2 dan 3

Oleh: Nouman Ali Khan

Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa
Al-Muttaqin (mereka yang bertakwa) adalah bentuk kata benda. Kata benda tidak terpengaruh oleh waktu. Artinya kita bisa menemukan orang-orang yang bertakwa ini pada masa lalu, pada masa sekarang dan pada masa yang akan datang.

Dalam surat sebelumnya, Al-Fatihah ayat 7, Allah bercerita tentang orang-orang yang telah diberi nikmat:

(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka….. (Q.S. Al Fatihah, 2: 7)

Kata-kata an’amta adalah bentuk kata lampau. Jadi kita diminta untuk melihat teladan dari orang-orang masa lalu. Jadi orang-orang yang Allah sudah berikan nikmatnya kepada mereka adalah para nabi, shiddiqin, syuhada dan shalihin. Kita bisa menjadikan orang masa kini menjadi teladan, tapi ada kekurangannya, mereka belum dijamin sampai meninggal akan jadi orang baik. Orang yang sudah meninggal, sudah terjamin kebaikannya.

Masalahnya, apakah teladan hanya ada pada masa lalu? Itulah sebabnya ayat 2 surat Al-Baqarah ini menjawab pertanyaan tersebut, bahwa mereka bisa memiliki orang-orang bertakwa dari masa lalu, masa kini dan masa depan.

Al-Muttaqin adalah gambaran orang-orang yang menjaga dirinya setelah masuk ke dalam Islam. Ada juga gambaran Al-Muttaqin sebelum iman. Mereka adalah orang-orang yang menjaga dirinya dari hal-hal yang tidak baik. Jadi penggunaan kata-kata Al-Muttaqin ini memberi peluang kepada orang-orang Islam dan non-Muslim yang baik untuk mendapat manfaat dari buku ini. Undangan ini terbuka bagi orang diseluruh dunia.

Dalam surat Ali Imran, Allah menjelaskan tentang orang-orang Yahudi dan Nasrani dengan menyebut mereka „mereka termasuk orang-orang yang shalih“. Ini adalah salah satu rahmat dari Qur’an yang berisi ajakan untuk orang-orang di Madinah.

(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib (Q.S. Al Baqarah, 2: 3)

Orang sekarang mengatakan bahwa sesuatu itu ada kalau dia dapat diindera, dapat diukur. Konsep ini sudah banyak ditentang. Bagaimana tentang literatur, ada yang bilang bahwa puisi ini cantik, apa dasarnya? Lagu ini hebat? Apa dasarnya? Aku cinta Ibu, bagaimana mengukurnya? Cinta sangat tidak ilmiah. Jadi kita harus beriman kepada yang ghaib.

Allah menggunakan fi’il mudhari (present tense) untuk „mereka yang beriman“. Present tense menggambarkan kontinuitas atau menggambarkan sesuatu yang tidak lengkap. Orang ini punya iman, tapi mereka terus mengupayakan agar imannya terjaga. Imannya bisa naik dan bisa turun. Kadang dalam shalat kita bisa menangis, kadang tidak terjadi apa-apa.

Iman kepada yang ghaib bisa berarti sederhana, misalnya beriman kepada Allah yang tidak bisa dilihat, malaikat yang tidak bisa dilihat dan lain-lain. Tapi ada pengertian yang lebih dalam.

·         Bila seseorang berada dalam lingkungan yang sedang melakukan ghibah, dia merasa malu kepada Allah.

·         Laki-laki yang menjaga pandangannya dari melihat aurat wanita saat musim panas di Amerika. Dia merasa bahwa Allah mengawasinya. Dia mengimani ayat „…..Dia berada bersama mereka di manapun mereka berada…..“ (Q.S. Al Mujadilah, 58:7)

·         Ketika seorang pedagang bisa menaikkan harga untuk mendapat keuntungan yang tidak halal, dia tidak melakukannya. Dia yakin bahwa balasan yang akan diperolehnya dari Allah lebih baik dari uang „cash“ yang dia akan dapatkan dari perdagangan yang tidak halal tersebut.

·         Ketika dia tidak menyuap, tidak bermaksiat dan karenanya dia tidak dapat promosi, di saat seperti itulah keimanan kepada yang ghaib akan diuji. Dia berdo’a:  maka mudah-mudahan Tuhanku, akan memberi kepadaku (kebun) yang lebih baik dari pada kebunmu (ini) (Q.S. Al Kahfi, 18: 40)

·         Ketika kita sedang mengalami kesulitan. Ketika kesulitan itu seperti tidak akan berakhir. Itulah saatnya beriman dengan yang ghaib, sebagaimana firman Allah: …..Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. (Q.S. Az Zumar, 39: 10). Orang yang meyakini hal ini, maka kesulitan mereka akan terasa muda.

·         Ketika seseorang merasa sendirian, dia beriman bahwa: „…..sesungguhnya Tuhanku besertaku….. (Q.S. Asy-Syu’ara, 26:62)

·         Sebagian orang khawatir kalau Donald Trump jadi presiden. Kita harus yakin bahwa Allah sudah mengutus malaikat sebagai penjaga: „….. dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga…..” (Q.S. Al An’am, 6: 61). Kita bisa berhenti ketika menekan rem, adalah karena ada malaikatnya.

·         Kita lihat kondisi umat Islam sekarang sangat terpuruk. Saat inilah kita harus beriman bahwa: „..Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin…..” (Q.S. Al Munafiqun, 63: 8)

·         Kita menganggap membicarakan keburukan orang lain adalah hal yang biasa, tapi disisi Allah itu adalah hal yang besar.


·         Masalah harapan, Allah berfirman: „Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.(Q.S. Ali Imran, 3: 139). Allah akan memberikan kemenangan kalau kita beriman. Kita tidak boleh depresi. Kita tidak boleh kehilangan harapan. Para Rasul berada dalam kegelapan yang dominan. Mereka tetap meneruskan pekerjaan mereka. Ketika kita hidup dalam masa sulit, ini adalah kemuliaan Allah yang melahirkan kita di zaman ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kamus Dayak Ngaju - Indonesia

Pengantar singkat Bahasa Dayak Ngaju (4)

Kode Pos di Kabupaten Kapuas