Kacang Dede: Oleh-Oleh Lezat dari Kapuas

Gambar
  Penulisan artikel ini dibantu oleh ChatGPT Saat saya mengunjungi Pameran Koperasi Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM) yang diselenggarakan di Lapangan Bukit Ngalangkang dalam rangka Ulang Tahun Koperasi ke-77 dan Pertemuan Raya II Kaum Bapak Gereja Kalimantan Evangelis (GKE) Tahun 2024 se-Indonesia di Kuala Kapuas pada hari Kamis, 25 Juli 2024, saya mengunjungi beberapa stand yang ada di sana. Salah satu yang menjadi favorit adalah kacang di atas. Kacang Dede, produk lokal dari Kapuas, menarik perhatian saya dengan kemasannya yang sederhana namun menarik. Kacang ini diproduksi oleh UMKM setempat dan merupakan salah satu oleh-oleh khas Kapuas yang sangat populer. Kacang ini tidak hanya lezat tetapi juga diproduksi dengan standar kualitas yang tinggi, terbukti dengan adanya sertifikasi P-IRT (Produk Industri Rumah Tangga) dengan nomor 216203010098-28. Kacang Dede ini memiliki tekstur yang renyah dan rasa yang gurih, cocok dinikmati sebagai camilan sehari-hari atau sebagai pendamping

Bulughul Maram - Pemahaman tentang Agama

 


Oleh: Amanto Surya Langka, Lc

Dua nikmat yang sering diabaikan oleh manusia: sehat dan waktu senggang (Hadits)
Agar tetap diberi pahala ketika tidak sehat dan tidak diberi kesempatan, maka lakukanlah dua hal:
1.       Niatkan setiap aktivitas ikhlas kepada Allah
2.       Istiqamah dalam melaksanakan amal

Istiqamah dalam amal saleh juga mendapatkan pahala. Bila hambaku sakit atau bepergian maka dia akan ditulis pahala sebagaimana dia sehat dan bermukim.

Dari Mu’awiyah r.a., Rasulullah SAW bersabda: barangsiapa yang dikehendaki Allah dengan kebaikan, akan diberi pemahaman agama (Muttafaqun ‚alaih)

Dan dari Abu Darda ra, Rasulullah SAW bersabda: tidak ada amalan dalam timbangan Allah melainkan akhlak yang mulia (H.R. Abu Dawud, Tirmidzi)

Dari Umar r.a., Rasulullah SAW bersabda: Malu itu adalah bagian dari keimanan (Muttafaqun ‚alaih)

Dari Ibnu Mas’ud r.a, Rasulullah SAW bersabda: sesungguhnya diantara yang didatangkan dari kalam kenabian: jika kamu tidak malu maka lakukanlah sekehendakmu (H.R. Bukhari)

Tema keempat hadits berbeda-beda. Hadits pertama tentang pentingnya belajar agama. Belajar adalah bagian dari pemahaman terhadap agama. Agama ini bisa dipahami syaratnya adalah paham dan mengerti agama ini. Hadits ini menjelaskan bahwa keinginan Allah kepada seseorang yang termasuk kebaikan adalah tatkala orang itu mau tafaqquh fiddin. Kalau Allah tidak ingin orang itu berperilaku baik, maka dia tidak paham agama.

Orang yang tidak mengerti agama, maka pasti akan banyak masalahnya. Oleh karena itu, kita harus berusaha menjemput iradah yang baik itu yaitu dengan jalan tafaqquh fiddin.

Tafaqquh fiddin juga dibicarakan Allah dikaitkan dengan perang 9: 122

Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.

Hadits ini menjelaskan bahwa urgensi menuntut ilmu agama adalah iradah Allah yang baik yang diberikan kepada manusia. Orang-orang yang belajar ilmu disebut penuntut ilmu (thalib). Ilmu tidak pernah mendatangi kamu. Kamu yang harus mencari ilmu.

Rihlah lithalibil ‚ilm. Melacak satu hadits kadang perlu waktu berbulan-bulan. Padahal waktu itu tidak mudah perjalanannya.

Hadits kedua menunjukkan bahwa surga itu mudah diperoleh oleh orang-orang yang menuntut ilmu dan susah diperoleh oleh orang-orang yang jahil (bodoh).

Hadits ketiga membedakan antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu. Dalam surat Al-Maidah, ayat-ayat pertama dikisahkan tentang anjing yang dilatih untuk berburu. Anjing pemburu sudah dikasih ilmu. Derajatnya diangkat. Meskipun dia menggigit rusa, dagingnya tetap halal. Padahal kalau anjing biasa menjilat sesuatu maka harus dibersihkan dengan pasir dan air.

Allah mengangkat derajat yang berilmu :
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat… (Q.S. Al Mujadilah, 58: 11)

Hadits: Menuntut ilmu diwajikan atas setiap Muslim.

Hadits Abu Darda‘ maksudnya adalah kalau kita berusaha untuk menuntut ilmu, agar otak jadi cerdas, harus dibarengi dengan akhlak yang baik. Orang pintar saja tanpa didukung dengan moralitas yang baik akan menjadi persoalan.

Dinegeri ini banyak orang pintar. Setiap tahun, ribuan sarjana diluluskan. Kita tidak kekurangan orang yang intelek. Tapi mengapa korupsi banyak terjadi dikalangan orang-orang yang punya ilmu, jabatan, dst. Berarti ilmu harus dibingkai dengan akhlak dan moral. Kita tidak boleh menuntut ilmu untuk bisa mendebat orang lain. Menuntut ilmu harus ikhlas.

Amal diterima dengan dua hal: amal harus sesuai dengan contoh sehingga kita berusaha untuk mencari dalil. Kita harus belajar, mana ustadznya. Tapi apakah cukup hanya dengan belajar dengan ustadz, amal akan diterima? Harus disertai dengan keikhlasan.

Mestinya ilmu membuat orang hatinya bersih. Bab ini dibuat agar keilmuan harus disertai dengan akhlak yang baik.

Hadits dari Ibnu Umar menjelaskan bahwa akhlak yang nilainya sangat tinggi adalah malu. Malu adalah sebagian dari iman. Bahkan ketika menjelaskan profil Rasulullah, beliau lebih pemalu dibandingkan dengan seorang perawan.

Manusia mu’min yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Ilmu yang kita miliki harus tercermin dalam perilaku kita. Diantara akhlak itu adalah malu. Ini adalah masalah kenabian sejak dahulu.

Hadits: Jika kamu tidak malu maka lakukanlah semaumu. Ada dua pemahaman terhadap hadits ini:

1.       Perintah ini bukan perintah sesungguhnya. Seorang Bapak punya anak perempuan yang punya banyak pacar. Karena anaknya sudah tidak bisa dinasehati, dia mengatakan: kalau engkau tidak punya rasa malu, lakukan semaumu (mengancam).

2.       Pemahaman dari teks ini apa adanya. Contoh ada orang bertamu, makanan banyak. Makanan itu ada yang dekat dan jauh. Anjurannya adalah ambil yang paling dekat. Dia ambil sana dan sini. Ini terjadi karena dia tidak punya rasa malu.

Ini dimasukkan dalam bab pemahaman agama agar kita punya rasa malu kepada Allah SWT yang telah memberi segalanya kepada kita.

Profesi dokter juga perlu dijaga dengan rasa  malu. Karena dokter tidak punya rasa malu, seluruh pakaian minta dibuka, padahal Cuma perlu buka pantat untuk disuntik. 

Menuntut ilmu, posisi kita ditinggikan. Surga akan diberikan kepada orang-orang yang menuntut ilmu. Dalam menuntut ilmu hendaknya dibarengi dengan akhlak mulia. Ini adalah ciri kesempurnaan iman seorang mu’min. Kita harus punya rasa malu, karena kita diawasi oleh Allah SWT. 

Disampaikan di Masjid Al-Ihsan 24 Maret 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kamus Dayak Ngaju - Indonesia

Pengantar singkat Bahasa Dayak Ngaju (4)

Laki-laki adalah "qawwam" bagi perempuan