Ramadhan telah mendongkrak semangat kita untuk beribadah
dengan janji dari Rasulullah:
- Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dengan keimanan dan
mengharap pahala dari Allah SWT maka dosa-dosanya yang lalu akan diampuni Allah
SWT
- Barangsiapa yang melaksanakan Qiyamul Lail pada bulan
Ramadhan dengan keimanan dan mengharap pahala dari Allah SWT maka dosa-dosanya
yang lalu akan diampuni Allah SWT
Kita yang telah digembleng dalam madrasah Ramadhan telah
mendapatkan nilai-nilai ukhrawi yang nilainya tidak dapat dihitung. Kita telah
meninggalkan Ramadhan dan kita tidak tahu apakah kita akan menemuinya lagi.
Semangat Ramadhan tersebut harus dipertahankan sampai Ramadhan berikutnya dan
seterusnya sebagaimana firman Allah:
Sembahlah Tuhanmu sampai datangnya kematian.
Dalam kajian ayat puasa 2: 183, kata „tattaqun“ adalah kata
kerja fi’il mudhari yang menunjukkan keadaan sekarang dan yang akan datang.
Agar kamu bertakwa pada bulan Ramadhan dan diluar bulan Ramadhan.
Mutiara hikmah:
Sesungguhnya antara balasan kebaikan adalah kebaikan
selanjutnya. Dan diantara balasan keburukan adalah keburukan berikutnya.
Inilah sebabnya ada orang yang tidak bisa lepas dari dosa,
karena dia merasa nikmat dalam melaksanakan dosa.
Mutiara hikmah ini menjadi standar kelulusan. Bila Ramadhan
adalah madrasah dan kita adalah santrinya. Santri itu ada yang lulus dan ada
yang tidak. Yang lulus adalah mereka yang senantiasa meneruskan semangat dan
nilai-nilai Ramadhan.
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami
ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat
akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan
janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah
dijanjikan Allah kepadamu". (Q.S. Fushshilat, 41: 30)
Sebagian tafsir mengatakan bahwa malaikat turun saat kita
akan meninggalkan dunia untuk menghibur mereka yang istiqamah dalam beribadah.
Setelah sakaratul maut, kita akan masuk ke dalam kubur.
Ustman bin Affan kalau melihat kuburan beliau menangis sampai basah jenggotnya.
Ditanya oleh para sahabatnya: Mengapa anda menangis. Ketika melihat ayat surga
dan neraka anda tidak menangis. Aku menangis karena aku pernah mendengar
Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya kubur itu adalah pintu gerbang akhirat.
Barang siapa yang selamat di alam kubur, maka dia akan mudah. Barang siapa yang
tidak selamat di alam kubur, maka akan yang akan dialaminya lebih berat.
Kita tidak perlu sedih karena meninggalkan anak, istri dan
lain-lain.
Dalam Arba’in Nawawi dari Abi Amrah dia berkata, aku berkata
kepada Rasulullah SAW, katakanlah kepadaku dalam Islam suatu perkataan yang
tidak aku katakan kepada engkau. „Katakanlah aku beriman kepada Allah dan
istiqomahmah dengan perkataan itu.“ (H.R. Muslim)
Istiqamah artinya lurus. Istiqamah dalam istilah dimaknai
dengan meniti jalan yang lurus yaitu agama yang lurus tanpa menyimpang.
Istiqamah mencakup melaksanakan seluruh ketaatan dengan berbagai variannya.
Ketaatan itu ada yang terlihat dan tidak terlihat. Amal itu ada yang tampak dan
tidak tampak.
Qadhi Iyad : istiqamah adalah bertauhid kepada Allah dan
beriman kepadanya, berlaku lurus dan tidak menyimpang dari tauhid dan konsisten
dalam melakukan ketaatan sampai meninggal dunia.
Kita senantiasa berdo’a kepada Allah agar senantiasa kita
istiqamah : Ihdinashshiraathal mustaqim (tunjukilah kami jalan yang lurus).
Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah
Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan
(pula jalan) mereka yang sesat. (Q.S. Al Fatihah, 1: 6-7)
Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka
itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah,
yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan
orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (Q.S. An-Nisa,
4: 69)
Ketika kita bisa melalui jalan para Nabi, shiddiiqiin,
syuhada dan shalihin maka itu adalah jalan yang istiqamah.
Tema ini penting karena kita hidup di era fitnah. Istiqamah
bukanlah hal yang mudah. Ketika kita menyadari tempat kita hidup telah tersebar
fitnah maka kita perlu mengetahui langkah-langkah apa yang harus kita lakukan
untuk istiqamah dalam agama. Ini dikenal dengan ma’rifatul maidaniyah (mengenal
lapangan).
Sufyan Ats-Tsauri yang hidup ratusan yang lalu mengatakan
kepada murid-muridnya:
Sesungguhnya kalian di zaman yang mana para sahabat
Rasulullah SAW berlindung kepada Allah SWT untuk menemuinya. Padahal mereka
punya ilmu yang tidak kita miliki. Dan mereka punya kesabaran yang luar biasa.
Mereka punya hubungan yang sangat dekat dengan Islam yang tidak kita miliki.
Bagaimana dengan kita padahal ilmu kita sedikit, kita punya kesabaran sedikit
dan kita punya sahabat yang dapat menolong kita melakukan kebaikan dan zaman
kita sudah rusak.
Akan datang suatu masa pada manusia yang sabar berpegang
teguh dengan agamanya adalah seperti orang yang menggenggam bara. (H.R.
At-Tirmidzi)
Bara itu tidak usah digenggam, dicolek saja panas.
Menggenggam bara itu sakit, panas.
Bersegeralah kalian mengerjakan amal saleh sebelum datangnya
fitnah yang mana fitnah itu seperti bagian malam yang gelap gulita. Pagi hari
seseorang beriman, disore hari hilang keimanannya (kafir), sore beriman
kemudian pagi hari kafir, karena dia jual agamanya dengan sedikit dunia. (H.R.
Muslim)
Rasulullah tidak mengatakan masalah kesalihan, tapi masalah
keimanan.
Fitnah itu ada dua macam: fitnah syahwat dan fitnah syubhat.
Fitnah syahwat: kita hidup dalam peradaban syahwat dimana
nilai-nilai yang diagungkan bukan nilai-nilai Allah yaitu kekayaan,
popularitas, kecantikan dan kekuasaan.
Untuk mencapai kekayaan orang menggunakan segala cara.
Akan datang suatu masa dimana seseorang tidak lagi peduli
dari mana dia mendapatkan harta apakah harta itu halal atau haram. Demi
kekayaan apapun dia lakukan. Ini fitnah syahwat. Kita tidak dilarang mencari
kekayaan. Dalam beberapa do’a, kita berlindung kepada Allah dari kemiskinan:
Ya Allah aku berlindung kepada engkau dari azab kubur dan
kemiskinan.
Ya Allah aku memohon kepada engkau petunjuk, sifat takwa,
kesucian diri dan kekayaan.
Tatkala seseorang menghalalkan segala cara untuk mencapai
kekayaan maka itu disebut sebagai fitnah syahwat.
Ada orang yang tidak malu menampilkan maksiat.
Seorang wanita dinikahi karena empat perkata: karena
kecantikannya, karena keturunannya, karena hartanya dan karena agamanya.
Makna syubhat: bercampur antara sesuatu dengan yang lain
sehingga kita tidak bisa membedakannya. Bercampur antara kebenaran dan
kebathilan dalam bidang syariat.
Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh,
yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian
mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang
indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka
tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.
(Q.S. Al-An’aam, 6: 112)
Ketika kita membaca “aku berlindung kepada Allah dari
syaitan yang terkutuk”. Syaitan berasal dari kata syathona yang artinya jauh.
Dia disebut syaitan karena jauh dari agama. Siapa yang jauh dari agama maka dia
adalah syaitan (baik jin maupun manusia).
Yang dibisikkan
oleh syaitan adalah kata-kata yang manis, mempesona. Ketika Allah perintahkan
malaikat untuk sujud kepada Adam, semuanya sujud kecuali Iblis, dia merasa
sombong, lebih baik. Setelah dikeluarkan dari surga, dia tidak ridho dengan
keputusan Allah. Dia ingin mengajak Adam aga sama-sama keluar bersamanya. Dia
menggoda Adam dengan kata-kata manis (mempesona).
„Aku adalah
penasehatmu yang terpercaya“. Setan tidak mengatakan, „Kamu jangan mengikuti
perintah Allah“, tapi „Aku akan memberikan nasehat kepadamu.“ Dengan kata manis
ini banyak yang tertipu.
Syubhat
pemikiran:
·
Kesetaraan manusia: bolehnya memilih pemimpin
non-Muslim; bolehnya perkawinan lintas agama; bolehnya perkawinan sejenis;
kesetaraan gender
·
Relativisme kebenaran: semua agama sama; yang tahu
kebenaran hanya Tuhan; jangan merasa paling benar sendiri
Lelaki adalah
pemimpinan bagi wanita. Feminis mengatakan bahwa laki-laki adalah pencari
nafkah bagi wanita. Feminis tidak mengakui laki-laki sebagai pemimpin.
Ujung-ujungnya adalah istri tidak perlu taat kepada suaminya.
Seandainya aku
boleh menyuruh seorang manusia untuk bersujud kepada manusia niscaya aku suruh
istri untuk sujud kepada suaminya (Hadits).
Inilah yang
diusung oleh prinsip kesetaraan gender.
Dalam buku
pelajaran agama Islam, ada gambar pembangunan sebuah masjid, semua tukangnya
laki-laki. Mereka (Feminis) protes mengapa tidak ada perempuannya.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar terhadap tulisan kami!