Ceramah inspiratif Ustadz Nouman Ali Khan mengangkat kisah Nabi Yusuf AS sebagai pelajaran hidup yang relevan dan membumi. Dalam ceramah tersebut, beliau mengajak kita memahami bahwa setiap ujian hidup adalah sarana untuk tumbuh, bukan untuk terpuruk dalam identitas sebagai korban. Kisah Dimulai dari Mimpi Ketika Yusuf kecil menceritakan mimpinya kepada sang ayah, Nabi Ya’qub AS, sang ayah tidak hanya memahami makna mimpi itu sebagai tanda kenabian, tetapi juga memberikan nasihat penting: "Jangan ceritakan kepada saudara-saudaramu." Mengapa? Karena ayahnya tahu, Yusuf akan menghadapi ujian besar, termasuk kecemburuan dan niat jahat dari saudara-saudaranya. Ujian yang Terus Datang Yusuf AS menghadapi serangkaian peristiwa traumatis: dikhianati, dibuang ke sumur, dijual sebagai budak, difitnah, dan dipenjara. Namun yang luar biasa, Yusuf tidak pernah menyebut dirinya sebagai korban. Ia justru melihat semua itu sebagai proses pembelajaran. Inilah makna dari pesan sang ayah:...
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
Kematian dan kehidupan sebagai ujian
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
-
Yang menjadikan
mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik
amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, (Q.S. Al-Mulk, 67: 2)
Secara tidak langsung Allah ingin memberi tahu kepada kita
bahwa kita dulunya mati (tidak ada). Kita menempuh 5 fase: arwah, Rahim, dunia,
kubur, akhirat.
Ketika kita semua berada di alam arwah, semua dalam keadaan
sama, masih berbentuk ruh. Allah mempertanyakan:
"Bukankah
Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi
saksi". (Q.S. Al A’raaf, 7: 172)
Kita harus sadar bahwa kita semua sadar bahwa kita berasal
dari Allah. Kehidupan ada suka dan duka, ada tangis dan tawa. Dalam hidup ini,
kita harus menyerah sepenuhnya (mematikan diri sebelum mati). Dalam usaha dia berhasil,
semua berdasarkan Allah SWT. Orang yang mati tidak bisa berusaha, semua berasal
dari qudrat Allah SWT.
Setelah mati, kita akan dikubur. Masuk ke lapisan tanah.
Kita menghadap Allah SWT. Allah bersifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Sifat
Ar-Rahman, orang yang tidak mengenal Allah, tidak pernah melakukan kewajiban,
justru kelihat “nyaman” dalam kehidupan. Harta diberi. Ini karena Allah
bersifat Rahman. Dunia adalah penjara bagi orang-orang beriman dan surga bagi
orang-orang kafir.
Di dunia orang kafir bebas melakukan apapun, tapi diakhirat
mereka akan diazab.
Tidak semua yang dikasihi itu disayang. Bisa saja kemuliaan
itu adalah “istidraj” dari Allah. Awalnya bisa nyaman tapi akhirnya sakit.
Fir’aun panjang umurnya, mengatakan dirinya Tuhan. Ini
adalah istidraj.
Allah menjadikan kematian dan kehidupan untuk menguji siapa
yang paling baik amalnya. Orang banyak yang gagal bila diuji dengan kenikmatan.
Misalnya Qarun yang dalam keadaan miskin, taat beribadah. Dia minta didoakan
kepada Musa agar bisa menjadi orang kaya sehingga bisa bersedekah. Musa
berkata, sedikit yang engkau syukuri lebih baik daripada banyak yang engkau
tidak mampu memikulnya.
Saking kayanya Qarun, anak kuncinya saja dibawa oleh 7 ekor
unta.
Tsa’labah adalah sahabat yang senantiasa bersama Rasulullah.
Setiap selesai shalat, Tsa’labah langsung pergi. Rasulullah menanyakan mengapa
dia tidak betah di masjid. Tsa’labah mengatakan bahwa istrinya menunggu pakaian
yang dia pakai. Rasulullah mengatakan: sedikit yang engkau syukuri lebih baik daripada
banyak yang tidak bisa engkau syukuri.
Tsa’labah kemudian diberi kambing hamil. Dia punya kambing
yang sangat banyak. Tapi dia tidak mau berzakat.
Kalau kita diuji, maka kita harus berhati-hati dalam
bertindak. Tujuan kita dihidupkan adalah untuk dimatikan. Dulu kita dimatikan
(di alam arwah) kemudian dihidupkan, kemudian dimatikan. Agar manusia tidak
jenuh di dunia, diberi pekerjaan, ada yang PNS, ada yang jadi pedagang. Manusia
malah sibuk dengan pekerjaannya, sehingga lupa dengan kewajibannya. Allah
mengambil dengan paksa pekerjaan kita. Ada yang sadar ada yang tidak. Jangan
sampai seperti anak yang menangis ketika mainannya diambil.
Berikut ini adalah terjemahan dari halaman di Astronesian Basic Vocabulary Database . Nampaknya masih perlu ada koreksi untuk bahasa Dayak-nya sendiri, begitu juga dengan terjemahannya. Untuk penerjemahan menggunakan Google Translate . Koreksi bahasa dibantu oleh Dra. Hernawaty, M.Kes. Untuk koreksi dari halaman ini dapat diberikan pada komentar. Upaya penerjemahan Kamus Bahasa Dayak - Jerman sedang berlangsung, dapat dipantau pada: Kamus Dayak Ngaju - Indonesia .
Kata benda dengan awalan Jalah toh bujur. - Huma te korik. - Lewu toh hai tuntang bahalap. - Ie oloh korik. (tingkat rendah). - Danum jetoh papa. - Oloh te bujur. - Kabon korik te bahalap. - Huma toh dia hai. - Andau toh andau hai. Kalimat sederhana yang dibentuk dari kata sehari-hari Ingat: Kalimat biasanya dimulai dengan subyek , diikuti dengan predikat dan obyek . Diawal kalimat anda juga meletakkan kata yang harus ditekankan. Kemurnia suku juga penting. Tensesnya dibentuk oleh "aton", nya; "jari", sudah; "kareh," masa depan, akan, dan "akan," akan, harus, semuanya mendahului kata kerja. Seringkali tense hanya hasil dari konteks. omba, pergi bersama-sama awi , lakukan, lakukanlah dumah , datang buli , kembali ke nahuang, handak, maku, ingin imbit , itu akan dibawa gau , mencari harati , memahami Aku omba keton. Aku ikut denganmu. Omba aku , pergi dengan saya Awi te ! Lakukan itu Imbit danum ! Bawa air Bu...
Oleh: Nouman Ali Khan Dalam agama kita ada tanggung jawab kita kepada Allah dan ada tanggung jawab kepada orang-orang disekitar kita. Hubungan kita dengan Allah sangat sederhana. Itulah sebabnya kalau kita bersalah, maka do'a pertama di dunia adalah: Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi. (Q.S. Al A'raaf, 7: 23) Allah tidak pernah berbuat zalim kepada manusia, sebagaimana firman-Nya: Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri. (Q.S. Yunus, 10: 44) Bila kita memperbaiki masalah tanggung jawab kita dengan Allah SWT maka tanggung jawab kita kepada manusia juga akan terselesaikan. Jika kita baik pada Allah, tapi tidak baik kepada orang tua, sebenarnya kita tidak baik kepada Allah. Membicarakan masalah tanggung...
Komentar
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar terhadap tulisan kami!