Kalimat tauhid akan melahirkan kecintaan
Kecintaan kepada Allah
Kitab (Al Quran ini) diturunkan oleh Allah Yang Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana. Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran)
dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari
syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata):
"Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami
kepada Allah dengan sedekat-dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan
di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah
tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar. (Q.S. Az-Zumar,
39: 1-3)
Kalimat tauhid melahirkan kecintaan kepada Allah yang harus
dibuktikan dengan ketaatan kepada Rasulullah:
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah,
ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah: "Taatilah Allah dan
Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang kafir". (Q.S. Ali Imran, 3: 31-32)
Kecintaan kepada Allah dapat dihalangi dengan kecintaan
kepada dunia:
(yaitu) orang-orang yang lebih menyukai kehidupan dunia dari
pada kehidupan akhirat, dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan
menginginkan agar jalan Allah itu bengkok. Mereka itu berada dalam kesesatan
yang jauh. (Q.S. Ibrahim, 14: 3)
Mengikuti Rasul adalah ibadahnya senantiasa dituntun oleh
sunnah.
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S. Al-Ahzaab, 33:
21)
Kalau kita mencintai Rasulullah, maka kita akan mencontoh
kehidupan Rasulullah.
Untuk makan, Rasulullah memerintahkan makan dengan tangan
kanan. Ketika Rasulullah pulang malam, memberi salam tiga kali tidak dibukakan,
lalu tidur di depan pintu.
Ada yang berlebihan dalam mencintai Rasulullah, padahal
beliau disuruh untuk mengatakan:
Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan
bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki
Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan
sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain
hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang
beriman". (Q.S. Al-A’raaf, 7: 188)
Kecintaan kepada Islam
Baru berpakaian Islam saja sudah menjadi tameng dari
kemaksiatan.
Kecintaan kepada kaum Muslimin
Kalimat tauhid Allah akan melahirkan persaudaraan diantara
kaum Muslimin yang tidak akan bisa dibeli dengan uang:
dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang
beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi,
niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah
mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana.
(Q.S. Al-Anfaal, 8: 63)
Karakter Muslim digambarkan Allah:
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang
bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih
sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah
dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud
... (Q.S. Al-Fath, 48: 29)
Hamka dalam Tasawuf Modern mengatakan bahwa banyak orang
mencari bahagia tapi salah kaprah. Misalnya dengan sekolah terus, cari istri
cantik, dll. Padahal bahagia itu sederhana yaitu pandai bersyukur dan ikhlas.
Ustadz Abrar menanyakan kembali tantangan beliau untuk membayar
makan orang yang tidak dikenal dengan merujuk pada ayat dibawah ini:
Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan terdapat
(pula) apa yang dijanjikan kepadamu. (Q.S. Adz-Dzariyat, 51: 22)
Kita diminta untuk senantiasa bersyukur:
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih". (Q.S. Ibrahim, 14: 7)
Wujud kesyukuran adalah dengan berinfak saat lapang maupun
sempit:
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di
waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
(Q.S. Ali Imran, 3: 134)
Komentar
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar terhadap tulisan kami!