الحَدِيْثُ الحَادِي وَالعِشْرِيْنَ
عَنْ أَبِيْ عَمْرٍو، وَقِيْلَ، أَبِيْ عَمْرَةَ سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قُلْتُ يَارَسُوْلَ اللهِ قُلْ لِيْ فِي الإِسْلامِ قَوْلاً لاَ أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدَاً غَيْرَكَ؟ قَالَ: “قُلْ آمَنْتُ باللهِ ثُمَّ استَقِمْ” رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Dari Abu ‘Amr—ada yang menyebut pula Abu ‘Amrah—Sufyan bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku berkata: Wahai Rasulullah katakanlah kepadaku suatu perkataan dalam Islam yang aku tidak perlu bertanya tentangnya kepada seorang pun selainmu.” Beliau bersabda, “Katakanlah: aku beriman kepada Allah, kemudian istiqamahlah.” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 38]
Makna Iman
Kita pernah membahas masalah iman dalam Hadits Jibril.
Iman menurut bahasa berasal dari:
- Al-Amnu yang artinya rasa aman
- At-Tashdiq yang artinya membenarkan / percaya
Iman menurut istilah:
- Membenarkan dengan hati
- Mengucapkan dengan lisan
- Mengamalkan dengan anggota badan
Iman tidak cukup hanya dengan percaya. Apa yang kita yakini harus kita ucapkan. Apa yang kita ucapkan harus kita amalkan dalam bentuk yang nyata.
Iblis menjawab: Demi kekuasaanmu, aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hambamu yang "mukhlis" diantara mereka.
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (Q.S. Al-Baqarah, 2: 34)
Iblis tidak dianggap beriman hanya karena ucapan yang diyakini, dia tidak taat kepada Allah. Dia tidak menjalankan apa yang diperintahkan.
Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka akan menjawab: "Semuanya diciptakan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui" (Q.S. Zukhruf, 43: 9)
Apa yang mereka yakini, tidak membuat mereka masuk dalam golongan orang-orang yang beriman.
Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian," pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. (Q.S. Al-Baqarah, 2: 8)
Allah tidak mengakui keimanan mereka karena mereka hanya mengucapkan itu di mulut, karena mereka tidak meyakininya dihati.
Iman itu memiliki 70 cabang. Yang paling tinggi adalah beriman kepada Allah, yang paling rendah adalah menyingkirkan duri dari jalan. Malu adalah sebagian dari iman.
Makna Istiqamah
- Al-Mustaqim yang artinya lurus
Istiqamah menurut istilah adalah meniti jalan yang lurus. Jalan yang lurus adalah agama yang lurus, agama Islam, tanpa menyimpang sedikitpun ke kanan maupun ke kiri.
Istiqamah menyangkut melakukan seluruh ketaatan kepada Allah baik yang terlihat maupun tersembunyi dan meninggalkan apa yang terlarang.
Meninggalkan agama adalah murtad.
Murtad itu ada dua macam:
- Murtad formal, meninggalkan agama secara resmi, pindah agama;
- Murtad yang tidak formal atau murtad substansial, agamanya tetap Islam, tapi keyakinannya jauh dari agama Islam, meninggalkan hal-hal yang sangat prinsip dari ajaran Islam yang oleh para ulama disebut sebagai pembatal keislaman.
Istiqomah dalam beragama, tidak pernah murtad.
Istiqomah dalam hal ketaatan, tidak pernah meninggalkan perintah Allah: tetap menuntut ilmu, silaturahim, menjalankan shalat lima waktu dan melaksanakan hal-hal sunnah. Melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangannya.
Qadhi Iyad: (1) istiqomah adalah melaksanakan tauhid kepada Allah. Bila dia syirik maka dia tidak istiqoman. (2) beriman; (3) tidak menyimpang dari jalan yang lurus; (4) taat kepada perintah Allah.
Beribadahlah kepada Allah sampai keyakinan mendatangimu (sampai mati).
Fitnah akhir zaman
Bersegeralah kalian mengerjakan amal saleh sebelum datangnya fitnah. Fitnah itu seperti bagian malam yang gelap gulita. Seseorang dipagi hari bisa beriman, akan tetapi di sore hari bisa menjadi kafir. Atau di sore hari dia beriman, besok pagi dia kafir. Dia jual agamanya dengan dunia.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar terhadap tulisan kami!