Allah Akan Terus Memilih dan Mengajarkanmu: Refleksi Kisah Nabi Yusuf AS

Gambar
Ceramah inspiratif Ustadz Nouman Ali Khan mengangkat kisah Nabi Yusuf AS sebagai pelajaran hidup yang relevan dan membumi. Dalam ceramah tersebut, beliau mengajak kita memahami bahwa setiap ujian hidup adalah sarana untuk tumbuh, bukan untuk terpuruk dalam identitas sebagai korban. Kisah Dimulai dari Mimpi Ketika Yusuf kecil menceritakan mimpinya kepada sang ayah, Nabi Ya’qub AS, sang ayah tidak hanya memahami makna mimpi itu sebagai tanda kenabian, tetapi juga memberikan nasihat penting: "Jangan ceritakan kepada saudara-saudaramu." Mengapa? Karena ayahnya tahu, Yusuf akan menghadapi ujian besar, termasuk kecemburuan dan niat jahat dari saudara-saudaranya. Ujian yang Terus Datang Yusuf AS menghadapi serangkaian peristiwa traumatis: dikhianati, dibuang ke sumur, dijual sebagai budak, difitnah, dan dipenjara. Namun yang luar biasa, Yusuf tidak pernah menyebut dirinya sebagai korban. Ia justru melihat semua itu sebagai proses pembelajaran. Inilah makna dari pesan sang ayah:...

Kabulat Dulu dan Kini

"Huts for leprosy patients made from palm leaves, in Kwala Kapuas. See the publication 'Tat der Barmherzigkeit' [i.e. 'The Act of Mercy.']" (Courtesy of mission 21, evangelisches missionswerk basel)

Gambar diatas menunjukkan suasana Kabulat pada tahun 1941 dimana para penderita Lepra/Kusta yang berasal dari berbagai penjuru Kalimantan Tengah, diinapkan di tempat ini untuk menjalani terapi dari Rumah Sakit Hanggulan Sinta. Foto diatas merupakan bagian dari foto-foto Historical Photographs from the Basel Mission "S.E. Borneo. VI secular themes - religion, mission. Photographs from Dr Vischer."


Para pasien biasanya dirujuk oleh para pendeta yang tersebar di sepanjang sungai Kahayan dan Kapuas. Jadi para pasien ini banyak yang berasal dari sepanjang Sungai Kahayan dan Kapuas.


"Huts for leprosy patients made from palm leaves, in Kwala Kapuas. See the publication 'Tat der Barmherzigkeit' [i.e. 'The Act of Mercy.']" (Courtesy of mission 21, evangelisches missionswerk basel)
Gambar diatas menunjukkan bahwa rumah penderita lepra ini terbuat dari daun rumbia. Lokasi tempat inipun sangat terisolasi, tidak ada akses melalui jalan darat.


After his [sic] service with women suffering from leprosy, K. Kapuas, April 1956. (Courtesy of mission 21, evangelisches missionswerk basel

Para penderita mendapatkan kunjungan rutin dari petugas RS Hanggulan Sinta, sebagaimana ditunjukkan pada gambar diatas.


Bapak Ticek bersama cucu (Ibu Dewi) dan cicitnya (Riduan)

Setelah kepergian para misionaris, Kabulat dibina oleh Sawmill yang ada dibagian hulu dari kampung ini. Namun semenjak sawmill tersebut tutup, mereka tidak lagi mendapatkan pengayoman. Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari mantan manajer sawmill tersebut Pemda masih memberikan santunan kepada 6 keluarga di Kabulat, tapi ketika ditanyakan kepada Bapak Ticek (gambar diatas), mereka tidak lagi menerima bantuan dari Pemda.

Pria kelahiran tahun 1918 ini bermohon agar Pemerintah Daerah Kabupaten Kapuas memberikan perhatian terhadap kondisi mereka terutama dari aspek perumahan. Memang rumah Bapak Ticek masih lebih baik dibandingkan dengan rumah-rumah yang lain, sebagaimana kita lihat pada gambar-gambar dibawah ini:

Rumah Bapak Ticek

Rumah Bapak Ticek ini masih beratapkan sirap (terbuat dari kayu ulin), sedangkan rumah-rumah lain masih ada yang beratapkan rumbia sebagaimana tampak dalam gambar berikut ini:


Rumah mantan penderita lepra yang masih beratapkan rumbia
Bila ada yang ingin memesan atau mencetak gambar-gambar kuno diatas, dapat menghubungi:

mission 21
evangelisches missionswerk basel
Barbara Frey Näf
Missionsstrasse 21, CH-4003 Basel
Tel: +41 61 260 23 09; Fax: +41 61 260 22 68
eMail: barbara.frey@mission-21.org
http://www.mission-21.org/
http://www.bildungszentrum-21.ch/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kamus Dayak Ngaju - Indonesia

Pengantar singkat Bahasa Dayak Ngaju (4)

Kode Pos di Kabupaten Kapuas