Kacang Dede: Oleh-Oleh Lezat dari Kapuas

Gambar
  Penulisan artikel ini dibantu oleh ChatGPT Saat saya mengunjungi Pameran Koperasi Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM) yang diselenggarakan di Lapangan Bukit Ngalangkang dalam rangka Ulang Tahun Koperasi ke-77 dan Pertemuan Raya II Kaum Bapak Gereja Kalimantan Evangelis (GKE) Tahun 2024 se-Indonesia di Kuala Kapuas pada hari Kamis, 25 Juli 2024, saya mengunjungi beberapa stand yang ada di sana. Salah satu yang menjadi favorit adalah kacang di atas. Kacang Dede, produk lokal dari Kapuas, menarik perhatian saya dengan kemasannya yang sederhana namun menarik. Kacang ini diproduksi oleh UMKM setempat dan merupakan salah satu oleh-oleh khas Kapuas yang sangat populer. Kacang ini tidak hanya lezat tetapi juga diproduksi dengan standar kualitas yang tinggi, terbukti dengan adanya sertifikasi P-IRT (Produk Industri Rumah Tangga) dengan nomor 216203010098-28. Kacang Dede ini memiliki tekstur yang renyah dan rasa yang gurih, cocok dinikmati sebagai camilan sehari-hari atau sebagai pendamping

Puskesmas Keliling Tahun 1930-an

Before a mission doctor sets out on his journey (1927/1938)
Keterangan tambahan untuk foto diatas: Dokter misionaris kami, Dr. Vischer, telah selesai mengobati orang sakit dalam perjalanannya. Saat ini obat-obatan dan peralatannya dipaket secara cepat ke dalam kotak metal dan dibawa melintasi kayu kecil ke lanting dan klotok, jadi dia dapat melanjutkan perjalanan ke desa berikutnya.

Sebagaimana layaknya pelayanan kesehatan di daerah perairan, pelayanan kesehatan ke desa-desa (sekarang disebut Puskesmas Keliling) dilakukan dengan menggunakan perahu bermotor (klotok). Petugas kesehatan harus mempersiapkan obat-obatan dan peralatan yang dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan tersebut dan memuatnya ke dalam klotok, sebagaimana ditunjukkan dalam gambar diatas dan dibawah ini.


Dr Vischer's motor boat (1927/1938)
Kunjungan dari desa ke desa dilakukan dengan menggunakan klotok. Klotok ini akan mampir disetiap desa, kemudian memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang membutuhkan. Bila ada warga masyarakat yang memerlukan rujukan ke puskesmas atau rumah sakit, maka mereka juga dirujuk dengan menggunakan klotok. Jadi hampir semua kegiatan transportasi menggunakan klotok.
Dr Vischer in the motor boat Barimba (1930)
Kegiatan Puskesmas Keliling (Pusling) ini biasanya ditujukan ke desa-desa yang tidak memiliki sarana dan petugas kesehatan. Apalagi di tahun 1930-an ini sarana kesehatan yang tersedia di Kuala Kapuas hanya RS Hanggulan Sinta yang menangani beberapa jalur sungai diantaranya Sungai Kapuas dan Sungai Kahayan. Jadi kegiatan pusling ini sangat membantu masyarakat yang jauh dari sarana pelayanan kesehatan.


Catatan: 
Bila ada yang ingin memesan atau mencetak foto kuno diatas, dapat menghubungi:
mission 21 
evangelisches missionswerk basel 
Barbara Frey Näf 
Missionsstrasse 21, CH-4003 Basel 
Tel: +41 61 260 23 09; Fax: +41 61 260 22 68 
eMail: barbara.frey@mission-21.org 
http://www.mission-21.org/ 
http://www.bildungszentrum-21.ch/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kamus Dayak Ngaju - Indonesia

Pengantar singkat Bahasa Dayak Ngaju (4)

Laki-laki adalah "qawwam" bagi perempuan