Kota Muangklang terkenal dengan prestasinya dalam mengupayakan kota yang ramah lingkungan di bawah komando sang walikota yakni Bapak Somchai Chariyacharoen.
 |
Bersama Bapak Walikota Muangklang di depan trem berbahan bakar gas alam |
Apa saja yang bisa kita pelajari?
- Kota ini menerapkan manajemen pengelolaan sampah secara terpadu. Dengan modal hanya 1,000 euros (Rp 11.718.919 - kurs 10 Desember 2010), mereka membangun sentra pengolahan sampah sederhana, yakni menggunakan semacam ban berjalan (conveyer belt) untuk memilah-milah sampah padat. Sampah padat tidak dibakar, tapi diletakkan di atas ban berjalan, dan dipilah-2 oleh pekerja, mana sampah yang masih bisa didaur ulang, mana yang tidak. Mereka memisahkan sampah organic (misalnya sayuran, kulit buah) dan non organic misalnya plastic, kardus bekas minuman kotak, kaleng minuman dan sebagainya. Sampah organic diolah kembali menjadi pupuk, kompos atau EM (effective micro-organism). Sampah non organic yang masih bisa didaur ulang, dijual ke pabrik untuk diolah menjadi barang lain yang bermanfaat. Dari kardus bekas minuman kotak, ternyata bisa dipakai untuk membuat aneka furniture, bahkan atap rumah.
 |
Ban berjalan (conveyor belt) untuk memilah-2 sampah |
 |
Atap yang dibuat dari lapisan aluminium dalam kardus bekas minuman kotak |
 |
Kardus bekas minuman kotak, hasil pemilahan sampah di conveyor belt |
- Mereka juga mengumpulkan limbah lemak/minyak goreng dari rumah tangga atau rumah makan/restoran. Lemak/minyak jelantah itu dikumpulkan dan diolah menjadi semacam briket untuk bahan bakar. Briket ini dipakai sebagai sumber bahan bakar untuk rumah-rumah potong hewan. Jadi, hemat energy bukan? Mereka juga menggunakan kotoran hewan dan kompos untuk menghasilkan gas methan yang dapat digunakan sebagai bahan bakar
 |
Briket bahan bakar dari limbah lemak / minyak goreng jelantah |
- Untuk mengurangi pemakaian bensin yang umumnya dipakai oleh kendaraan pribadi, disediakan trem yang menggunakan bahan bakar gas alam (Natural Gas Vehicle / NGV). Trem ini melayani penduduk Muangklang bepergian keliling kota. Dengan trem ini, selain hemat bensin, juga berarti mengurangi polusi udara.
- Tanah-tanah kosong ditanami dengan aneka tanaman, terutama sayuran dan buah-2an. Hasilnya bisa dimanfaatkan, limbahnya bisa digunakan kembali untuk pupuk.
Bapak Somchai melakukan ini semua hampir 9 tahun atau selama 3 kali beliau terpilih menjadi walikota. Penduduk Muangklang akhirnya menyadari dan mendukung apa yang beliau lakukan, karena mereka merasakan sendiri apa manfaatnya. Anak-anak sekolah, rumah tangga, masyarakat banyak belajar dari manajemen sampah ini. Kota menjadi bersih, hijau, sampah bisa dikurangi dan didaur ulang, polusi udara berkurang. Mereka juga mendapat penghasilan tambahan dari penjualan kompos, fertilizer dan barang-barang yang bisa didaur ulang.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar terhadap tulisan kami!