Suheir Barghouthi: Sang Ibu Baja dari Palestina

Gambar
  Di tengah penderitaan panjang rakyat Palestina, nama Suheir Barghouthi, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Um Asef, bersinar sebagai simbol keteguhan, kasih sayang, dan keberanian. Dalam episode keempat Freedom Breakers yang tayang 8 Juli 2025, kisah hidupnya disampaikan secara mendalam—sebuah narasi yang menggambarkan kekuatan perempuan Palestina yang hidup di bawah bayang-bayang penjajahan. Suheir bukan hanya istri dari Omar Barghouthi, pejuang yang divonis seumur hidup oleh Israel dan dibebaskan melalui pertukaran tawanan. Ia adalah ibu dari Asem, yang kini menjalani hukuman penjara seumur hidup, dan Saleh, putranya yang gugur sebagai syuhada dan hingga kini jasadnya masih ditahan oleh Israel. Suheir sendiri telah mengalami tiga kali penahanan, terakhir dibebaskan melalui kesepakatan pertukaran tawanan tahun 2024. Ia menghidupi peran sebagai istri, ibu, dan nenek dalam suasana penindasan, kehilangan, dan ketidakpastian. Namun ketegarannya tak pernah pudar. Suheir membesar...

Huma Hai (Rumah Besar) Loendjoe

Rumah besar yang didirikan pada tahun 1907 ini terletak di Desa Saka Tampak, Kecamatan Kapuas Barat. Rumah ini letaknya tidak jauh dari pelabuhan Mandomai (kearah hulu). Rumah yang terletak di tepi Sungai Kapuas ini dibangun dengan tiang-tiang yang terbuat dari kayu Ulin. Rumah ini terdiri dari ruang tamu, ruang keluarga dan dapur.
Ruang tamu
Ukuran dari masing-masing ruangan cukup besar. Sebagaimana rumah besar yang lain, rumah ini dibangun tanpa paku, mereka menggunakan pasak yang terbuat dari kayu. Untuk pintunya pun mereka tidak menggunakan engsel, mereka menggunakan penopang dari kayu Ulin. Di jendelanya pun, selain ada jendela juga ada teralis yang terbuat dari kayu, sehingga penghuni rumah ini mengistilahkan mereka seperti berada dalam penjara.

Loendjoe
Rumah ini didirikan oleh Bapak Loendjoe. Beliau mengajak saudara-saudaranya untuk tinggal di rumah ini.
Bapak Sinto dan Ibu Amelia
Salah satu dari saudaranya yang tinggal di rumah ini adalah Bapak Sinto bersama dengan istrinya, Ibu Amelia. Selain itu juga ada saudara mereka yang lain yang tinggal di rumah ini. Mereka semua tinggal di ruang tengah yang cukup lebar, hanya dibatasi oleh kelambu untuk masing-masing keluarga.

Berbeda dengan rumah betang yang terletak di Desa Buntoi, Kecamatan Kahayan Hilir, Kabupaten Pulang Pisau yang memiliki koleksi belanga dan gong, rumah ini tidak memiliki benda-benda kuno. Ketika ditanyakan kepada penghuni rumah, mereka mengatakan bahwa dulunya benda-benda kuno tersebut ada di rumah tersebut, tapi karena keluarga-keluarga yang pernah tinggal di rumah ini pergi, mereka membawa serta benda-benda kuno tersebut.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kalimantan Tengah telah menjadikan rumah ini sebagai salah satu dari dua Benda Cagar Alam dan Situs Bersejarah di Kabupaten Kapuas. Menurut keterangan dari penghuninya, rumah ini sudah dua kali mendapatkan bantuan dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah untuk perbaikan atapnya. Saat ini mereka sangat membutuhkan bantuan untuk perbaikan dapur.
Dapur
Sebenarnya ukuran dapur ini sangat besar yaitu 12 x 8 meter persegi, tapi karena tidak ada dana untuk memperbaikinya, akhirnya sebagian besar lantai sudah rusak, meskipun tiang ulinnya masih ada. Yang tampak diatas adalah bagian yang masih tersisa. Mudah-mudahan Pemerintah Kabupaten Kapuas dapat memberikan bantuan untuk dapat memperbaiki Benda Cagar Budaya dan Situs Bersejarah ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kamus Dayak Ngaju - Indonesia

Pengantar singkat Bahasa Dayak Ngaju (4)

Kode Pos di Kabupaten Kapuas