MDMC Kapuas Resmi Dibentuk untuk Periode 2025–2030

Sabtu, 2 Agustus 2025 Bertempat di Kompleks Perguruan Muhammadiyah, Jalan Barito, Kuala Kapuas, telah diselenggarakan rapat pembentukan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Kapuas untuk periode 2025–2030. Melalui rapat tersebut, susunan kepengurusan MDMC Kapuas ditetapkan sebagai berikut: Ketua: Muhammad Hipni, S.Kep., Ners Wakil Ketua: Much. Busyrol Fuad, S.Psi Sekretaris: Endang Andriyani, S.Pd., M.Pd. Bendahara: Sri Agustina, A.Md. MDMC, atau Muhammadiyah Disaster Management Center , adalah lembaga penanggulangan bencana di bawah naungan organisasi Muhammadiyah. Lembaga ini berfungsi sebagai pusat koordinasi sumber daya Muhammadiyah dalam kegiatan penanggulangan bencana, baik bencana alam maupun non-alam, di seluruh Indonesia. Dengan terbentuknya kepengurusan MDMC Kapuas, diharapkan akan semakin memperkuat kesiapsiagaan dan respon cepat Muhammadiyah terhadap berbagai potensi bencana di wilayah Kabupaten Kapuas dan sekitarnya. Berita dikirim oleh Bapa...

Bincang-bincang dengan Bapak Dahlan Jambek tentang REDD+

Setelah membaca artikel Mantir Adat Dukung Keberadaan REDD+ yang dimuat di situs Pemda Kapuas, yang membantah pernyataan sebagian mantir adat yang dimuat dalam artikel “Stop the Indonesia-Australia REDD+ project”: Indigenous Peoples’ opposition to the Kalimantan Forests and Climate Partnership, admin meminta bantuan dari Bapak M. Ersah (warga Mantangai) untuk dihubungkan dengan pejabat yang berada di wilayah kerja REDD+ di Mantangai. Beliau memberikan nomor Bapak Dahlan Jambek, Kepala Desa Mantangai Hulu. Setelah dihubungi, admin menanyakan beberapa hal sehubungan dengan pernyataan ketidaksetujuan diatas. Beliau menjelaskan bahwa tidak semua pernyataan yang disampaikan tersebut benar, bahkan menurut informasi yang beliau dapatkan, pernyataan diatas justru tidak sepenuhnya diketahui oleh para demang tersebut. Mengenai warga yang dikatakan tidak memahami mengenai proyek ini, beliau menjelaskan bahwa pertemuan dengan masyarakat diselenggarakan satu bulan sekali. Cuma memang kendalanya adalah bagaimana mencari bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat. Karena masyarakat tidak mengenal istilah pengurangan "emisi karbon" dan istilah-istilah lainnya. Beliau sudah menyarankan kepada pihak KFCP untuk mempermudah bahasa yang digunakan kepada masyarakat. 


Dalam waktu dekat ini di wilayah Desa Mantangai Hulu, sudah mulai diselenggarakan kegiatan penghijauan. Dana yang diperlukan untuk kegiatan tersebut akan dikirimkan langsung kepada penanggung jawab kegiatan. Semoga kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dapat bermanfaat bagi masyarakat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kamus Dayak Ngaju - Indonesia

Pengantar singkat Bahasa Dayak Ngaju (4)

Kode Pos di Kabupaten Kapuas