Navigating Integrity Zone Development: A Hospital's Journey

Gambar
 This storyboard chronicles the efforts of a medical services head tasked with understanding and implementing an integrity zone at RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Hospital. Over one evening, they delve into the self-assessment form required for the integrity zone's development, consulting ChatGPT for clarification on complex issues and drafting essential documents. By morning, they are ready to lead a staff assembly, outlining the steps necessary to foster a culture of integrity within the hospital. On April 17, 2024, the director of RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo assigned the head of medical services to attend a socialization meeting for the integrity zone development. Searching for foundational documents for the integrity zone at night, finding the self-assessment form. Exploring the self-assessment questions, using ChatGPT to understand the complicated parts. Asking ChatGPT for advice on: Team Decree (SK Tim Kerja), Work Plan (Rencana Kerja), Change Agents (Agen Perubahan),

Informasi tentang Jamkesda perlu diperluas

Kesimpulan diatas muncul ketika admin menjenguk salah seorang pasien yang masuk di Instalasi Gawat Darurat RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo dengan "gizi buruk". Anak berusia 18 bulan hanya memiliki berat badan 5 kilogram saja. Ketika ditanyakan kepada orang tuanya bagaimana riwayat sampai sakit seperti ini, mereka menceritakan bahwa sebelumnya mereka tinggal di Tabukan, wilayah Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Ketika anaknya menderita mencret, mereka membawanya ke puskesmas. Tapi sejak saat itu kondisi anak mereka makin menurun.

Waktu ditanya apakah sudah berobat ke puskesmas, keluarganya menjawab sudah. Ketika ditanya apakah sudah disarankan untuk berobat ke rumah sakit, mereka menjawab sudah disarankan oleh dokter puskesmas. Lalu apa yang menyebabkan mereka tidak membawa pasien ke rumah sakit? Keluarga pasien menjawab bahwa mereka tidak punya uang.

Ketakutan akan biaya pelayanan di rumah sakit menyebabkan keluarga pasien tidak segera membawa pasien ke rumah sakit. Informasi tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat Daerah (Jamkesda) nampaknya perlu disebarluaskan lagi. Pelayanan Jamkesda di rumah sakit juga diharapkan untuk meminimalisir obat-obatan yang diluar formularium rumah sakit, sehingga pasien tidak perlu mengeluarkan uang tambahan untuk membeli obat-obatan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kamus Dayak Ngaju - Indonesia

Pengantar singkat Bahasa Dayak Ngaju (4)

Laki-laki adalah "qawwam" bagi perempuan