Navigating Integrity Zone Development: A Hospital's Journey

Gambar
 This storyboard chronicles the efforts of a medical services head tasked with understanding and implementing an integrity zone at RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Hospital. Over one evening, they delve into the self-assessment form required for the integrity zone's development, consulting ChatGPT for clarification on complex issues and drafting essential documents. By morning, they are ready to lead a staff assembly, outlining the steps necessary to foster a culture of integrity within the hospital. On April 17, 2024, the director of RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo assigned the head of medical services to attend a socialization meeting for the integrity zone development. Searching for foundational documents for the integrity zone at night, finding the self-assessment form. Exploring the self-assessment questions, using ChatGPT to understand the complicated parts. Asking ChatGPT for advice on: Team Decree (SK Tim Kerja), Work Plan (Rencana Kerja), Change Agents (Agen Perubahan),

Penyimpangan Akidah Sufi

Oleh: Ustadz Suriani Jiddy, Lc

Akidah sufi berbeda dengan akidah ahlus sunnah wal jama'ah. Khususnya dalam masalah sumber pengambilan hukum. Jika perbedaan terjadi dalam sumber pengambilan hukum, maka perbedaan tersebut akan sangat mendasar. Oleh karena itu, akidah sufi tidak akan bertemu dengan akidah ahlus sunnah wal jama'ah. Sebagaimana perbedaan antara kaum muslimin dengan orang-orang non-muslim. Dalam Islam akidah itu tidak bisa ditetapkan kecuali dengan Qur'an dan Sunnah, dengan pemahaman sahabat, tabi'in dan tabi'it tabi'in. Akan tetapi dalam tasawuf, akidah itu ditetapkan dengan ilham (semacam bisikin, inspirasi yang datang kepada seseorang). Imam Hasan Al-Banna mengatakan bahwa kalau ilham itu bertentangan dengan Qur'an dan Sunnah tidak bisa diterima, kalau sesuai dengan Qur'an dan Sunnah boleh.




Sumber pengambilan hukum sufi yang kedua adalah wahyu yang disangka oleh mereka. Wahyu tidak ada yang menerima kecuali nabi dan rasul. Sufi mengatakan bahwa wahyu bisa diterima oleh orang-orang yang sudah mencapai tingkat aulia. Orang sufi mengatakan bahwa aulia itu sampai pada derajat ma'shum (terjaga dari kesalahan) bahkan mereka bisa keluar dari wilayah syariat.

Kemudian mereka berhubungan dengan jin yang mereka sebut ruhaniyyin. Berikutnya mereka meng-klaim bahwa jiwa itu bisa naik ke langit dan menyatu dengan Allah SWT. Kemudian tampaknya cermin hati, perkara ghaib akan tampak semuanya kepada wali. Allah SWT menyatakan, "Tidak seorang pun yang mengetahui perkara ghaib yang ada di langit dan dibumi kecuali Allah". "Allah tidak memperlihatkan perkara ghaib itu kepada siapapun". Hadits: seandainya aku mengetahui perkara ghaib niscaya aku akan memperbanyak kebaikan dan tidak ditimpa dengan kesusahan. Nabi sendiri tidak mengetahui perkara ghaib.

Dan kasyaf (terbukanya tabir sehingga tidak ada yang tertutup). Kemudian adanya keterikatan hati dengan rasul sehingga mereka mengambil ilmu langsung dengan nabi. Bertemu dengan nabi dalam waktu terjaga dan waktu tidur. Permasalahannya, mereka mengatakan bahwa nabi mengajar ini dan itu dan hal tersebut diajarkan.

Mereka mengatakan bahwa diakhir zaman ada orang yang mati dalam keadaan tidak beriman. Untuk mengantisipasi hal tersebut ada wirid yang diamalkan.

Dan secara umum sumber-sumber pengambilan hukum dari orang-orang sufi ini sangat banyak, tidak ada batasan.



Penjelasan lebih spesifik:

Akidah mereka terhadap Allah. Akidah mereka terhadap Allah bermacam-macam. Pertama adalah bersatunya Allah dengan makhluk. Ini adalah manhaj Khalaj. Ketika mereka melakukan ini, mereka dipancung oleh para ulama. Menurut cerita: ketika dia dipancung, darahnya muncrat ke atas dan membentuk kalimat la ilaha illallah. Ini dibantah oleh Ibnul Qayyim Al Jauziyah: manusia tidak ada yang memiliki keutamaan ini. Darah itu najis. Ustadz Bali: kalau ada orang yang pelanggarannya kepada kepada Allah, maka semakin hebat pengabdian jin kepadanya. Contoh menulis ayat Qur'an dengan darah haid. Menginjak Qur'an dalam kloset. Jadi tidak ada makan siang gratis. Dalam buku tentang masalah jimat, di Jawa ada seorang Kyai ternama yang punya majelis dan pengikutnya banyak. Dia punya "karomah". Suatu saat ketika sedang berada dalam mobil, dia minta apel dari Inggris. Kyai mengulurkan tangannya keluar, kemudian tiba-tiba dapat apel. Kyai ini di rumahnya ada ruangan khusus yang tidak boleh dimasuki oleh siapapun termasuk oleh keluarganya. Ketika beliau meninggal ternyata di dalamnya terdapat macam-macam. Di dalamnya ada WC yang di kiri kanan klosetnya ada Qur'an. Jangan heran dengan orang yang hebat dalam masalah sihir. Sampai jin itu sendiripun tidak terbayang untuk melakukan pelanggaran tersebut. Sekarang jin belajar sama manusia.

Tanya:
Bagaimana tentang Jin?

Jawab:
Jin itu ada yang muslim dan yang tidak. Yang tidak muslim pun agamanya macam-macam, Yahudi, Budha, Hindu, Kaharingan, dll. Ada juga yang Islam. Islam-nya pun macam-macam ada yang sesuai dengan ahlussunnah dan ada juga yang melakukan bid'ah. Kalau jin yang shalih tidak akan merasuki manusia. Ada orang yang kerasukan jin kemudian jadi shalih, akhirnya banyak orang yang minta macam-macam kepadanya, baik meminta hal-hal yang baik maupun hal-hal yang tidak baik, misalnya minta nomor undian judi.

Tanya:
Apakah diakhirat jin juga dihisab?

Jawab:
Mereka juga akan dihisab sebagaimana manusia.

Tanya:
Bagaimana tentang sufi ?

Jawab:
Mereka bertingkat-tingkat. Ada yang baik, ada yang tidak baik. Yang baik, penyimpangan tidak terlalu banyak. Yang parah itu yang tidak mau lagi shalat, puasa, berzina, dll. Karena bagi mereka syariat tidak berlaku lagi. Said Ramadhan Al-Buthi ketika diwawancara di televisi menyatakan bahwa tunjukkan kepada saya sufi yang mengajarkan ilmu dan mengajarkan kezuhudan. Murid dan mursyid adalah istilah sufi. Ujung-ujungnya seringkali masalah dunia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kamus Dayak Ngaju - Indonesia

Pengantar singkat Bahasa Dayak Ngaju (4)

Laki-laki adalah "qawwam" bagi perempuan