Sosialisasi Peningkatan Kepatuhan Terhadap Pemenuhan Standar Pelayanan Publik di Lingkungan Kabupaten Kapuas

Gambar
  Kegiatan Sosialisasi Peningkatan Kepatuhan Terhadap Pemenuhan Standar Pelayanan Publik di Lingkungan Kabupaten Kapuas dilaksanakan pada hari Selasa, 30 April 2024 di aula Badan Perencanaan, Penelitian dan Pembangunan Daerah Kabupaten Kapuas.  Dalam sambutan dari Asisten III, Bapak Ahmad M. Saribi, beliau mengharapkan adanya arahan dari Sekretaris Daerah terkait masalah pembangunan Zona Integritas di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Dinas Penanaman Modal, Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas. Bapak Sekretaris Daerah Kabupaten Kapuas, Drs, Septedy, menyampaikan bahwa hasil dari Ombudsman untuk tahun 2023 adalah 82,72. Tapi penilaian KPK, kita berada pada 68,99 padahal target nasional adalah di atas 70. Kita tidak boleh puas dengan kepatuhan di Ombudsman, kita harus meningkatkan satuan pengawasan internal. Beliau bertanya, kalau darah lain bisa, mengapa kita tidak bisa. Mengapa? Masalahnya dimana? Pekerjaan ini adalah pekerjaan kita semua,

Makna "Alim Lam Mim"

Sejak awal Ramadhan 1437 H yang lalu, Nouman Ali Khan memberikan ceramah setiap hari selama satu jam dengan topik Surah Al Baqarah. Dalam ceramah hari pertama beliau menyampaikan masalah "Alim Lam Mim". Dari kajian yang beliau lakukan, pembukaan surat Al Baqarah dengan rangkaian huruf tersebut memberikan implikasi yang luar biasa bagi para pendengarnya.

Sebagaimana kita ketahui, surat Al Baqarah diturunkan di Madinah. Penduduk Madinah berbeda dengan penduduk Mekah. Bila di Mekah, mereka tidak mengenal yang namanya khutbah atau ceramah. Maka di Madinah mereka sudah terbiasa dengan hal-hal seperti itu. Kalau orang-orang Mekah tidak mengenal al-kitab, maka orang-orang Madinah digelari sebagai ahlul kitab. Bahkan Allah menyebut para rahib dan pendeta tersebut sebagai "al-ahbar" yang secara bahasa berarti "ink" (tinta), karena mereka sangat banyak sekali menulis buku-buku.

Rahib Yahudi dan pendeta Nasrani mengetahui bahwa Rasulullah adalah "ummi" (tidak bisa membaca dan tidak bisa menulis). Ketika Rasulullah membacakan awal surat Al Baqarah, "alif lam mim", mereka terkejut. Tidak mungkin orang yang tidak bisa membaca bisa mengucapkan huruf satu demi satu. Mereka langsung berpikir siapa yang mengajari orang ini.

Sampai sekarang kita tidak mengetahui makna sesungguhnya dari "alif lam mim". Ketidaktahuan ini memberikan sebuah orientasi kepada kita. Orientasi ini dapat kita lihat dalam kisah Musa yang ingin belajar kepada Khidr. Khidr memberikan "orientasi" kepada Musa sebelum belajar dengan mengatakan bahwa Musa tidak boleh bertanya tentang apa yang dia lakukan sampai dia sendiri menceritakan kepada Musa apa maksud dari semua yang dia lakukan. Tapi justru hal tersebutlah yang menjadi masalah bagi Musa.

Jadi ketika kita berhadapan dengan Qur'an, kita dihadapkan dengan kata yang kita tidak tahu artinya. Hal ini meminta kita untuk menghadapi Qur'an dengan merendahkan diri, bahwa kita tidak memiliki pengetahuan melainkan dengan apa yang Allah ajarkan kepada kita. Ketika kita merendahkan diri dihadapan Qur'an, maka Allah akan memberikan ilmu yang berasal dari Qur'an. Tapi ketika kita merasa bahwa kita lebih tahu dari Qur'an, maka kita akan bersikap sebagai orang yang mengkritik Qur'an. Betapa banyak kita saksikan orang yang memprotes ayat tentang poligami, pembagian waris, perbedaan pola cerita dalam Qur'an. Hal-hal ini muncul ketika mereka berhadapan dengan Qur'an, merasa bahwa mereka lebih pintar dari Allah SWT. Dengan "alim lam mim" ini, kita diajarkan untuk merendahkan diri dihadapan Qur'an sehingga kita siap untuk menerima berbagai pelajaran darinya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kamus Dayak Ngaju - Indonesia

Pengantar singkat Bahasa Dayak Ngaju (4)

Laki-laki adalah "qawwam" bagi perempuan