Oleh: Ustadz Suriani
Jiddy, Lc
Kita masih mempelajari
do’a Nabi Sulaiman agar senantiasa beramal shaleh. Pada pertemuan yang lalu
kita sudah menjelaskan makna istiqamah:
Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan
mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan
gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu". (Q.S. Fushshilat,
41: 30)
Dari
Abi ‘Amr: Wahai Rasulullah, katakanlah kepadaku suatu perkataan yang tidak aku
tanyakan kepada selainmu. Rasulullah bersabda: Katakanlah aku beriman kepada
Allah dan istiqamahlah.
Meneladani
manusia terbaik
( 6 ) Tunjukilah
kami jalan yang lurus,
( 7 ) (yaitu)
Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan)
mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
(Q.S. Al Fatihah, 1: 6-7)
Dan barangsiapa
yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan
orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para
shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka
itulah teman yang sebaik-baiknya (Q.S. An
Nisa, 4: 69)
Tingkatan tertinggi dikalangan shiddiqiin,
syuhada dan shalihin adalah para sahabat. Kita dianjurkan untuk mengikuti jejak langkah mereka.
Manusia Terbaik
Sebaik-baik manusia
adalah generasi (yang hidup pada masaku), kemudian generasi sesudah mereka,
kemudian generasi sesudah mereka (H.R. Bukhari dan Muslim)
Tiga generasi
terbaik: sahabat, tabi’in dan tabiitt tabi’in
Ibnu Mas’ud RA:
Kalau mau mencontoh, contohlah orang yang sudah meninggal dunia. Kalau orang
yang masih hidup tidak aman dari fitnah. Mereka adalah para sahabat Rasulullah
SAW. Mereka adalah umat terbaik: karena hati mereka paling bersih, ilmu mereka
sangat dalam, dan takalluf mereka sangat sedikit, Allah SWT memilih mereka
untuk mendampingi Nabi-Nya dan membelanya, maka ketahuilah akhlak mereka.
Berpegang teguhlah kalian dengan akhlak mereka karena kalian hidup dalam
kehidupan yang buruk.
Manusia terdiri
dari dua unsur penting, satu fisik, dua ruh, keduanya tidak bisa dipisahkan.
Ruh / jiwa / hati substansi sama, istilahnya berbeda. Unsur jiwa lebih penting
dari unsur jasad. Ada pepatah Buya Hamka: hadapkanlah dirimu kepada jiwamu dan
sempurnakanlah jiwamu karena anda dengan jiwa, bukan dengan fisik. Anda
dianggap manusia karena jiwa, bukan fisik.
Dalam hadits
lain: ketahuilah bahwa di dalam tubuh manusia ada segumpal darah, apabila
segumpal darah itu baik maka baiklah seluruh tubuh, bila dia buruk, maka
buruklah seluruh tubuh, ia adalah hati.
Dalam Qur’an :
Pada hari itu tidak bermanfaat harta dan anak-anak, kecuali mereka yang
menghadap Allah dengan hati yang baik.
Imam Malik:
kondisi umat ini tidak akan baik kecuali mereka menerapkan nilai-nilai kebaikan
yang pernah diterapkan oleh para pendahulu mereka (sahabat Rasulullah dan orang
yang mengikuti jejak mereka)
Umar bin Khathab:
Kita adalah bangsa yang dimuliakan Allah dengan Islam. Maka jika kita mencari
kemuliaan dari luar Islam, niscaya Allah akan menjadikan kita hina.
Sesungguhnya pada
kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai
akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan
(kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai
petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (Q.S. Yusuf, 12: 111)
Pelajaran
itu kita ambil dari keumuman lafaz. Ayat ini mengajak kita untuk mempelajari
sejarah manusia-manusia terbaik. Dalam sejarah mereka terdapat ibrah
(pengajaran). Ibrah itu berasal dari kata ‘abara, ya’buru yang artinya
menyeberang. Kita menyeberang dengan jembatan penyeberangan. Ayat ini memberi
pelajaran bahwa sejarah umat-umat terdahulu sebagai jembatan yang dengannya
kita menghubungkan kondisi umat-umat dahulu dengan kondisi kita sekarang.
Kita
membaca sejarah manusia terbaik agar kita dapat terhubung dengan mereka. Para
ahli pendidikan di dunia barat mengatakan bahwa pendidikan sejarah adalah
pendidikan yang sangat penting. Dengan membaca tokoh-tokoh penting mereka,
mereka mendapatkan motivasi. Kita kurang semangat dalam mempelajari sejarah
Islam. Sehingga kondisi kita
sekarang tidak berhubungan dengan orang-orang terdahulu kita. Kita lebih senang
dengan legenda-legenda yang disebut dalam hadits sebagai cerita yang
dibuat-buat.
Bergaul Dengan Orang Shalih
Shalih secara bahasa artinya baik. Shalih
didefinisikan sebagai orang yang telah menunaikan hak-hak Allah dan hak-hak
manusia. Hak Allah adalah hak diibadahi dan hak untuk tidak disekutukan.
Orang Shalih
- Seseorang yang dengan
melihatnya mengingatkan kita kepada Allah
- Seseorang yang
dengan perkataannya bertambah amal kita
- Seseorang yang
dengan amal-amalnya mengingatkan kita kepada akhirat
Kita bisa memilih
orang dengan karakteristik demikian. Para ulama mengatakan bahwa umat kita
adalah umat yang selektif. Dalam
hal makanan kita pilih-pilih (haram atau tidak). Pakaian kita pilih-pilih (mana
yang baik, mana yang tidak). Teman pun pilih-pilih. Jangan cari teman yang
membuat kita lupa kepada Allah, perkataannya mengurangi amal kita dan melupakan
kita kepada akhirat.
Bagaimanakah
kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan
Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa yang berpegang teguh
kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan
yang lurus. (Q.S. Ali Imran, 3: 101)
Hai
orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama
orang-orang yang benar. (Q.S. At Taubah, 9: 119)
Nilai ketakwaan berbanding lurus dengan orang yang dijadikan
sebagai teman bergaul.
Jim Rohn (American entrepreneur, author and motivational
speaker): Anda adalah rata-rata dari lima orang yang dimana anda menghabiskan
waktu dengannya.
Orang Barat mengakui besarnya pengaruh dari teman.
Memilih Kawan
Seseorang akan menyesuaikan kebiasaan teman karibnya.
Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian. (H.R.
Abu Daud)
Kalau kita membaca kitab-kitab adab, kita senantiasa
menemukan bab bergaul dengan orang-orang shalih.
Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang shalih dan
orang yang jelak bagaikan berteman dengan pemilik minyak wangi dan pandai besi.
Pemilih minyak wangi tidak akan merugikanmu; engkau bisa membeli minyak wangi
darinya atau minimal engkau mendapat baunya. Adapun berteman dengan pandai
besi, jika engau tidak ….
Imam Ibnul Qayyim
Bergaul dengan orang shalih akan merubah enam perkara
menjadi enam perkara:
- Dari ragu menjadi
yakin
- Dari riya menjadi
ikhlas
- Dari lalai
menjadi ingat
- Dari cinta dunia
menjadi cinta akhirat
- Dari sombong menjadi
tawadhu
- Dari niat buruk
menjadi nasihat
Apabila engkau
melihat seseorang senantiasa datang ke masjid maka saksikanlah bahwa dia
termasuk orang beriman. (Hadits). Orang beriman dalam Qur’an disebut sebagai
wali. Wali Allah adalah orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Jadi
setiap orang yang beriman adalah wali.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar terhadap tulisan kami!