Oleh: Nouman Ali Khan
Sejumlah mahasiswa dari Georgetown University membuat situs di Geocities kemudian membuat tandingan surat Qur’an, kemudian mereka mengajak para profesor dan pengajar mereka sebagai para saksi atas jawaban mereka terhadap tantangan Qur’an.
Bagaimana mungkin Qur’an yang diturunkan kepada Rasulullah saat berusia 40 tahun; diturunkan selama 23 tahun; diturunkan kepada masyarakat yang tidak punya peradaban yang hebat; bisa membuat sebuah perubahan yang sangat besar, bukan hanya perubahan yang sedikit, tetapi merubah bagaimana mereka makan, menikah, minum, siapa teman dan musuhnya, budaya, sosial, budaya, ekonomi, dll. Satu-satunya yang tersisa dari mereka adalah bahasa mereka.
Selama satu milenium, mereka tidak menghasilkan banyak sya’ir karena mereka lebih mengutamakan Qur’an dan Sunnah.
Revolusi dunia
•
Menghasilkan banyak pertumpahan darah
•
Kebiasaan hidup mereka tidak banyak yang berubah.
Beda dengan orang Islam. Yang harus ditanyakan kepada mereka apa yang tidak berubah.
Umumnya orang yang memiliki ide revolusi tersebut umumnya tidak hidup ketika ideanya dilaksanakan. Rasulullah merasakan keberhasilan dakwah beliau.
Qur’an mengubah pribadi dan masyarakat. Buku-buku yang dihasilkan oleh Qur’an sangat banyak. Bila seluruh buku yang dicetak hilang dari peredaran, mana yang paling cepat untuk dihasilkan kembali? – Qur’an. Qur’an hidup di hati-hati manusia.
Shaleh Hasan: - kisah penyelam yang menyebut bahwa mutiara yang membuat samudra ini indah
Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)". (Q.S. Al Kahfi, 18: 109)
Tantangan tersebut tidak mungkin dipenuhi. Ketika tantangan tidak dipenuhi maka akan banyak komplain / keluhan.
Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?". Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik, (Q.S. Al Baqarah, 2: 26)
Allah menggunakan kata “matsalan” yang artinya semua jenis permisalan / perumpamaan.
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? (Q.S. Al Qamar, 54: 17)
Kalau kita baca tulisan filosof, tulisan para doktor, maka sulit bagi kita untuk mengerti apa yang mereka tulis.
PhD in early childhood education – read book about lion and a mouse: Once upon a time there is a lion (dengan suara yang mengagetkan).
“Ba’udah” adalah serangga terkecil yang dapat dilihat oleh mata.
“Fama fauqaha” :
•
Apapun yang lebih besar darinya, misalnya nyamuk, laba-laba, burung
•
Atau apapun yang tidak mungkin digunakan untuk perumpamaan
Semakin riil contoh yang kita berikan dalam mengajar, semakin dengan kita dengan cara pengajaran Qur’an.
Arti kata “haq”:
•
Kebenaran
•
Tujuan
•
“Rightful”
•
“Worthiness”
•
“Appropriateness”
Allah memberi contoh ini pasti ada tujuannya. Apapun yang Allah sampaikan pasti ada tujuannya. Orang beriman merendahkan diri ketika membaca Qur’an. Kita mempelajari Qur’an harus seperti budak mempelajari Qur’an, bukan seperti seorang pelajar. Kalau budak, dia merendah dihadapan Allah, kalau pelajar bisa sombong terhadap Qur’an.
Allah Maha Mengetahui, manusia yang perlu dengan perumpamaan tersebut. Allah menurunkan Qur’an dalam Bahasa Arab agar kita mengerti. Itulah sebabnya kita harus bersyukur.
Untuk orang-orang yang tidak bersyukur tersebut disebut “kufur”.
Apa poinnya menjadikan ini sebagai contoh? Cara bicaranya yang dikritik Qur’an. Perilaku dan ucapan saling berkaitan.
“yudhillu bihi katsira” :
•
Dengan perumpamaan ini Allah menyesatkan manusia
•
Dengan Qur’an banyak yang tersesat karena mereka datang dengan perilaku yang salah
Qur’an bisa menjadi petunjuk dan penyesat. Itulah sebabnya Qur’an hanya menjadi petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa (Q.S. Al Baqarah, 2: 2)
Yang disesatkan oleh Qur’an adalah “al-fasiqin” (mereka yang kerusakannya muncul keluar). Dalam kacamata ahli fiqih, fasiq adalah orang-orang yang melakukan dosa. Definisi ini tidak berlaku untuk ayat ini. Ayat ini menjelaskan fasiq tingkat tinggi.
Bagaimana Allah menjelaskan fasiq:
(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi. (Q.S. Al Baqarah, 2: 27)
Naqadha arti sebenarnya adalah “undo a knot” – membuka simpul. Sulit membuat simpul, mudah membukanya. Ayat ini menjelaskan bahwa kita terikat dengan perjanjian dengan Allah. Yang digunakan untuk mengikat adalah tali (habl). Nama yang Allah gunakan untuk Qur’an adalah:
„berpegang teguhlah kamu kepada tali agama Allah …“ (Q.S. Ali Imran, 3: 103)
Tali itu adalah Qur’an. Itulah sebabnya Rasulullah mengatakan bahwa Qur’an adalah perpanjangan tali Allah dari langit ke bumi. Kita memegang tali tersebut di bumi, yang menghubungkan kita dengan Allah.
Orang-orang fasik adalah orang-orang yang melepaskan hubungan mereka dengan Allah.
„Mitsaq“ dalam bahasa Arab adalah mengikat sesuatu kemudian memperkuat ikatan tersebut. Tidak mudah membuka ikatan ini, perlu usaha yang keras untuk melakukannya.
„Yushola“ bersalah dari kata „shila“ yang artinya hubungan. Allah menciptakan manusia dengan dua hubungan:
•
Dengan Allah, dimulai dengan ruh yang ditiupkan ke dalam rahim
•
Dengan sesama manusia, mulai dengan ibu.
Setelah orang fasiq memutus hubungan dengan Allah, dia kemudian memutus hubungan dengan ibunya, dengan keluarganya, dengan masyarakatnya. Ini adalah orang yang tidak memberikan hak bagi istri, anak, orang tua, masyarakat, dll.
Kita memilih pasangan. Tapi kita tidak memilih siapa orang tua, saudara, saudara ipar dll. Jadi kita diminta untuk menjalin hubungan dengan orang-orang yang dipilihkan oleh Allah untuk kita. Hubungan ini tidak bisa diputuskan.
Kualitas manusia ditentukan oleh hubungannya dengan Allah dan sesama manusia. Orang fasik memutus kedua hubungan tersebut. Inilah orang yang Allah tidak memberinya petunjuk dengan “kitab-Nya”. Ketika semua hubungan tersebut sudah putus maka yang tersisa adalah orang tersebut akan berbuat kerusakan dimuka bumi.
Contoh kerusakan dari rumah tangga bagaimana anak tidak lagi menghargai orang tua. Dalam lingkup lebih besar bagaimana filosofer mengatakan bahwa keluarga tidak lagi diperlukan.
Ketika orang yang tidak ingin terikat dengan ikatan hubungan dengan Allah dan manusia maka Allah menyebut mereka sebagai orang-orang yang merugi. Mereka menyangka diri mereka bebas tapi justru sebaliknya.
Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan? (Q.S. Al Baqarah, 2: 28)
Sesuai dengan ayat diatas, ada beberapa tahap dalam kehidupan kita:
Tahap 1 – mati
Tahap 2 – hidup
Tahap 3 – mati
Tahap 4 – hidup
Mati bukan berarti tidak ada. Mati dekat dengan tidur. Dalam do’a mau tidur dan bangun tidur kita menyebut kematian.
Dalam Surat Mu’min ayat 11 Allah berfirman tentang orang kafir:
Mereka menjawab: "Ya Tuhan kami Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?"
Mati ada setelah kehidupan. Jadi dalam Al-Baqarah ayat 28 tersebut kematian bukan tahap pertama tapi tahap kedua. Tahap pertama ada kehidupan, kemudian kita ditidurkan, seperti yang Allah gambarkan dalam Surat Yasin ayat 52:
Mereka berkata: "Aduhai celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat-tidur kami (kubur)?". Inilah yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul-rasul(Nya).
Allah menciptakan kita semua pada saat yang sama (ruh). Kita bersama dengan Allah. Ruh tidak ada jenis kelamin, tidak ada usia, tidak ada badan, terbuat dari cahaya. Kita bisa bicara dengan Allah:
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", (Q.S. Al-A’raaf, 7: 172)
Alam ruh – masuk ke rahim – lahir – meninggal (kubur) – dibangkitkan.
Kita bersama Allah di alam ruh. Kita dapat pengaruh dari kebersamaan Allah tersebut. Itulah sebabnya pengaruh itu disebut dalam Surat Ar-Rum ayat 30:
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,
Itulah sebabnya kita juga memiliki sebagian kecil sifat-sifat Allah. Kita selalu mencari kesempurnaan karena kita bersama dengan Zat yang Sempurna. Ketika manusia kembali bersama Allah dia merasa puas. Puas dalam bahasa Arab adalah „muthma’innah“ itulah sebabnya Allah berfirman kepada mereka:
Hai jiwa yang tenang. (Q.S. Al Fajr, 89: 27)
Komentar
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar terhadap tulisan kami!