Menghargai Kekayaan Alam yang Sering Kita Lupakan

Gambar
Semak-semak di Jalan Jendral Sudirman, Kuala Kapuas Di tengah upaya kota-kota besar di seluruh dunia untuk menghijaukan kembali ruang-ruang mereka, kita yang hidup di tempat-tempat kaya akan alam seperti Kalimantan sering kali lupa bahwa apa yang kita miliki adalah sesuatu yang begitu berharga. Ketika kita melihat vegetasi liar dan keanekaragaman tumbuhan di sekitar kita, mungkin terlintas keinginan untuk “merapikan” atau mengubahnya menjadi lebih teratur. Namun, justru di sinilah letak keistimewaan yang sering dirindukan oleh mereka yang tinggal di kota-kota besar. Di kota besar, orang-orang berjuang untuk menanam pohon dan mengembalikan sedikit nuansa hijau yang hilang. Sementara di Kalimantan, kita sudah dikelilingi oleh kekayaan alam ini setiap hari. Tantangannya adalah bagaimana kita bisa melihat ini sebagai aset yang harus dijaga, bukan dihilangkan. Dengan menyadari bahwa setiap semak dan pohon liar adalah bagian dari ekosistem yang seimbang, kita bisa belajar untuk lebih meng...

Renungan di Tengah Kuburan: Mengingat Akhirat Sebagai Tujuan Akhir

 

Setiap perjalanan hidup akan sampai pada satu titik akhir, yaitu kematian. Saat saya menghadiri prosesi pemakaman Almarhum Haji Anderson bin Sakri Khalid, seorang anggota Rukun Kematian Fardhu Kifayah Al-Inayah, di Pekuburan Muslimin Jalan A. Yani, Kuala Kapuas, hati ini kembali disadarkan pada hakikat kehidupan yang fana.

Di bawah naungan tenda sederhana, kami, keluarga, sahabat, dan tetangga, berkumpul mengiringi jenazah hingga tempat peristirahatannya yang terakhir. Setelah shalat jenazah, suasana semakin hening saat jenazah diturunkan ke liang lahat. Ketika itu, kaum Masjid Nurul Iman menyampaikan peringatan yang menyentuh hati kepada para pelayat.

"Kematian adalah benar, alam kubur adalah benar, surga dan neraka adalah benar."
Kalimat sederhana ini mengetuk hati kami yang hadir. Betapa sering kita terlena oleh hiruk-pikuk dunia hingga lupa mempersiapkan bekal untuk kehidupan abadi di akhirat. Mereka mengingatkan kami agar menjadikan Qur'an sebagai panduan, Rasulullah sebagai teladan, dan menjalin hubungan yang erat dengan saudara sesama Muslim.

Melihat kuburan yang berjejer rapi, saya merenungi perjalanan hidup yang akan saya tinggalkan suatu saat nanti. Tanah pekuburan yang akan menjadi rumah kita setelah dunia ini mengajarkan keikhlasan, bahwa segala yang kita banggakan—jabatan, harta, atau popularitas—akan ditinggalkan. Hanya amal ibadah dan kebaikan yang menemani kita di alam kubur.

Membangun Bekal di Dunia untuk Akhirat

Setiap orang yang hadir di pemakaman tentu memiliki harapan yang sama: semoga Allah mengampuni dosa-dosa almarhum dan menerima amal kebaikannya. Namun, sejatinya peringatan ini bukan hanya untuk mereka yang telah mendahului kita, tetapi juga untuk kita yang masih diberi kesempatan hidup.

Beberapa hal sederhana yang bisa kita jadikan pengingat:

  1. Menjadikan Qur'an sebagai Panduan Hidup
    Jangan biarkan Al-Qur'an menjadi sekadar penghias rak. Bacalah, pahami, dan amalkan isi kandungannya. Ia adalah peta hidup yang akan membimbing kita menuju jalan yang diridhai Allah.

  2. Meneladani Rasulullah
    Akhlak Rasulullah adalah cermin kesempurnaan. Dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari hal kecil seperti senyum kepada sesama hingga menghindari ghibah, semua adalah langkah sederhana meneladani beliau.

  3. Membangun Silaturahmi
    Saudara seiman adalah keluarga besar yang harus kita jaga. Berbuat baik kepada sesama dan menjaga ukhuwah Islamiyah adalah salah satu investasi amal yang akan terus mengalir.

Doa dan Harapan

Di antara doa yang dipanjatkan untuk almarhum, ada doa dalam hati saya sendiri:
"Ya Allah, jadikan kami yang masih hidup ini mampu mengambil pelajaran dari kematian. Ampuni dosa-dosa kami, bimbing langkah kami agar senantiasa berada di jalan-Mu. Jadikan kematian kami nanti sebagai husnul khatimah, dan tempatkan kami bersama orang-orang yang Engkau ridhoi."

Semoga, setiap momen seperti ini bukan sekadar rutinitas belasungkawa, tetapi menjadi titik balik untuk kita memperbaiki diri. Ketika waktu kita tiba, kita berharap dapat meninggalkan dunia dengan senyuman penuh keikhlasan, karena tahu kita telah mempersiapkan bekal untuk perjalanan panjang menuju akhirat. Aamiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kamus Dayak Ngaju - Indonesia

Pengantar singkat Bahasa Dayak Ngaju (4)

Kode Pos di Kabupaten Kapuas