Allah Akan Terus Memilih dan Mengajarkanmu: Refleksi Kisah Nabi Yusuf AS

Gambar
Ceramah inspiratif Ustadz Nouman Ali Khan mengangkat kisah Nabi Yusuf AS sebagai pelajaran hidup yang relevan dan membumi. Dalam ceramah tersebut, beliau mengajak kita memahami bahwa setiap ujian hidup adalah sarana untuk tumbuh, bukan untuk terpuruk dalam identitas sebagai korban. Kisah Dimulai dari Mimpi Ketika Yusuf kecil menceritakan mimpinya kepada sang ayah, Nabi Ya’qub AS, sang ayah tidak hanya memahami makna mimpi itu sebagai tanda kenabian, tetapi juga memberikan nasihat penting: "Jangan ceritakan kepada saudara-saudaramu." Mengapa? Karena ayahnya tahu, Yusuf akan menghadapi ujian besar, termasuk kecemburuan dan niat jahat dari saudara-saudaranya. Ujian yang Terus Datang Yusuf AS menghadapi serangkaian peristiwa traumatis: dikhianati, dibuang ke sumur, dijual sebagai budak, difitnah, dan dipenjara. Namun yang luar biasa, Yusuf tidak pernah menyebut dirinya sebagai korban. Ia justru melihat semua itu sebagai proses pembelajaran. Inilah makna dari pesan sang ayah:...

Renungan di Tengah Kuburan: Mengingat Akhirat Sebagai Tujuan Akhir

 

Setiap perjalanan hidup akan sampai pada satu titik akhir, yaitu kematian. Saat saya menghadiri prosesi pemakaman Almarhum Haji Anderson bin Sakri Khalid, seorang anggota Rukun Kematian Fardhu Kifayah Al-Inayah, di Pekuburan Muslimin Jalan A. Yani, Kuala Kapuas, hati ini kembali disadarkan pada hakikat kehidupan yang fana.

Di bawah naungan tenda sederhana, kami, keluarga, sahabat, dan tetangga, berkumpul mengiringi jenazah hingga tempat peristirahatannya yang terakhir. Setelah shalat jenazah, suasana semakin hening saat jenazah diturunkan ke liang lahat. Ketika itu, kaum Masjid Nurul Iman menyampaikan peringatan yang menyentuh hati kepada para pelayat.

"Kematian adalah benar, alam kubur adalah benar, surga dan neraka adalah benar."
Kalimat sederhana ini mengetuk hati kami yang hadir. Betapa sering kita terlena oleh hiruk-pikuk dunia hingga lupa mempersiapkan bekal untuk kehidupan abadi di akhirat. Mereka mengingatkan kami agar menjadikan Qur'an sebagai panduan, Rasulullah sebagai teladan, dan menjalin hubungan yang erat dengan saudara sesama Muslim.

Melihat kuburan yang berjejer rapi, saya merenungi perjalanan hidup yang akan saya tinggalkan suatu saat nanti. Tanah pekuburan yang akan menjadi rumah kita setelah dunia ini mengajarkan keikhlasan, bahwa segala yang kita banggakan—jabatan, harta, atau popularitas—akan ditinggalkan. Hanya amal ibadah dan kebaikan yang menemani kita di alam kubur.

Membangun Bekal di Dunia untuk Akhirat

Setiap orang yang hadir di pemakaman tentu memiliki harapan yang sama: semoga Allah mengampuni dosa-dosa almarhum dan menerima amal kebaikannya. Namun, sejatinya peringatan ini bukan hanya untuk mereka yang telah mendahului kita, tetapi juga untuk kita yang masih diberi kesempatan hidup.

Beberapa hal sederhana yang bisa kita jadikan pengingat:

  1. Menjadikan Qur'an sebagai Panduan Hidup
    Jangan biarkan Al-Qur'an menjadi sekadar penghias rak. Bacalah, pahami, dan amalkan isi kandungannya. Ia adalah peta hidup yang akan membimbing kita menuju jalan yang diridhai Allah.

  2. Meneladani Rasulullah
    Akhlak Rasulullah adalah cermin kesempurnaan. Dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari hal kecil seperti senyum kepada sesama hingga menghindari ghibah, semua adalah langkah sederhana meneladani beliau.

  3. Membangun Silaturahmi
    Saudara seiman adalah keluarga besar yang harus kita jaga. Berbuat baik kepada sesama dan menjaga ukhuwah Islamiyah adalah salah satu investasi amal yang akan terus mengalir.

Doa dan Harapan

Di antara doa yang dipanjatkan untuk almarhum, ada doa dalam hati saya sendiri:
"Ya Allah, jadikan kami yang masih hidup ini mampu mengambil pelajaran dari kematian. Ampuni dosa-dosa kami, bimbing langkah kami agar senantiasa berada di jalan-Mu. Jadikan kematian kami nanti sebagai husnul khatimah, dan tempatkan kami bersama orang-orang yang Engkau ridhoi."

Semoga, setiap momen seperti ini bukan sekadar rutinitas belasungkawa, tetapi menjadi titik balik untuk kita memperbaiki diri. Ketika waktu kita tiba, kita berharap dapat meninggalkan dunia dengan senyuman penuh keikhlasan, karena tahu kita telah mempersiapkan bekal untuk perjalanan panjang menuju akhirat. Aamiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kamus Dayak Ngaju - Indonesia

Pengantar singkat Bahasa Dayak Ngaju (4)

Kode Pos di Kabupaten Kapuas