Psikologi Kekayaan dalam Perspektif Islam

Gambar
Pendahuluan Kekayaan sering kali menjadi ujian terbesar bagi umat manusia. Dalam perspektif Islam, kekayaan tidak hanya dianggap sebagai aset materi, tetapi juga amanah dari Allah yang harus dikelola dengan bijaksana. Islam menawarkan pendekatan holistik terhadap kekayaan yang melibatkan dimensi spiritual, ekonomi, dan sosial untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Perbedaan Paradigma Ekonomi Islam dan Kapitalisme Kapitalisme, yang didasarkan pada ekonomi neoklasik, menekankan kepentingan pribadi dan kepemilikan individu. Sebaliknya, Islam melihat kekayaan sebagai titipan Allah. Prinsip dasar Islam mengajarkan bahwa kekayaan harus digunakan untuk kemaslahatan umat, termasuk zakat, sedekah, dan investasi yang sesuai syariah. Dalam Islam, kesuksesan tidak diukur dari jumlah kekayaan, tetapi dari seberapa bermanfaat kekayaan tersebut bagi orang lain. Prinsip-Prinsip Kekayaan dalam Islam Kepemilikan Amanah Dalam Islam, Allah adalah pemilik sejati kekayaan, dan manusia hanya menjadi p...

Renungan di Tengah Kuburan: Mengingat Akhirat Sebagai Tujuan Akhir

 

Setiap perjalanan hidup akan sampai pada satu titik akhir, yaitu kematian. Saat saya menghadiri prosesi pemakaman Almarhum Haji Anderson bin Sakri Khalid, seorang anggota Rukun Kematian Fardhu Kifayah Al-Inayah, di Pekuburan Muslimin Jalan A. Yani, Kuala Kapuas, hati ini kembali disadarkan pada hakikat kehidupan yang fana.

Di bawah naungan tenda sederhana, kami, keluarga, sahabat, dan tetangga, berkumpul mengiringi jenazah hingga tempat peristirahatannya yang terakhir. Setelah shalat jenazah, suasana semakin hening saat jenazah diturunkan ke liang lahat. Ketika itu, kaum Masjid Nurul Iman menyampaikan peringatan yang menyentuh hati kepada para pelayat.

"Kematian adalah benar, alam kubur adalah benar, surga dan neraka adalah benar."
Kalimat sederhana ini mengetuk hati kami yang hadir. Betapa sering kita terlena oleh hiruk-pikuk dunia hingga lupa mempersiapkan bekal untuk kehidupan abadi di akhirat. Mereka mengingatkan kami agar menjadikan Qur'an sebagai panduan, Rasulullah sebagai teladan, dan menjalin hubungan yang erat dengan saudara sesama Muslim.

Melihat kuburan yang berjejer rapi, saya merenungi perjalanan hidup yang akan saya tinggalkan suatu saat nanti. Tanah pekuburan yang akan menjadi rumah kita setelah dunia ini mengajarkan keikhlasan, bahwa segala yang kita banggakan—jabatan, harta, atau popularitas—akan ditinggalkan. Hanya amal ibadah dan kebaikan yang menemani kita di alam kubur.

Membangun Bekal di Dunia untuk Akhirat

Setiap orang yang hadir di pemakaman tentu memiliki harapan yang sama: semoga Allah mengampuni dosa-dosa almarhum dan menerima amal kebaikannya. Namun, sejatinya peringatan ini bukan hanya untuk mereka yang telah mendahului kita, tetapi juga untuk kita yang masih diberi kesempatan hidup.

Beberapa hal sederhana yang bisa kita jadikan pengingat:

  1. Menjadikan Qur'an sebagai Panduan Hidup
    Jangan biarkan Al-Qur'an menjadi sekadar penghias rak. Bacalah, pahami, dan amalkan isi kandungannya. Ia adalah peta hidup yang akan membimbing kita menuju jalan yang diridhai Allah.

  2. Meneladani Rasulullah
    Akhlak Rasulullah adalah cermin kesempurnaan. Dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari hal kecil seperti senyum kepada sesama hingga menghindari ghibah, semua adalah langkah sederhana meneladani beliau.

  3. Membangun Silaturahmi
    Saudara seiman adalah keluarga besar yang harus kita jaga. Berbuat baik kepada sesama dan menjaga ukhuwah Islamiyah adalah salah satu investasi amal yang akan terus mengalir.

Doa dan Harapan

Di antara doa yang dipanjatkan untuk almarhum, ada doa dalam hati saya sendiri:
"Ya Allah, jadikan kami yang masih hidup ini mampu mengambil pelajaran dari kematian. Ampuni dosa-dosa kami, bimbing langkah kami agar senantiasa berada di jalan-Mu. Jadikan kematian kami nanti sebagai husnul khatimah, dan tempatkan kami bersama orang-orang yang Engkau ridhoi."

Semoga, setiap momen seperti ini bukan sekadar rutinitas belasungkawa, tetapi menjadi titik balik untuk kita memperbaiki diri. Ketika waktu kita tiba, kita berharap dapat meninggalkan dunia dengan senyuman penuh keikhlasan, karena tahu kita telah mempersiapkan bekal untuk perjalanan panjang menuju akhirat. Aamiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kamus Dayak Ngaju - Indonesia

Pengantar singkat Bahasa Dayak Ngaju (4)

Laki-laki adalah "qawwam" bagi perempuan