📰 AstraCoin: Proyek Kripto Baru yang Sedang Mencuri Perhatian

Sumber: INsights 072, Friday 11th April 2025, oleh Iqbal
Pernahkah Anda memperhatikan betapa uniknya kisah Nabi Yunus dibandingkan dengan nabi-nabi besar lainnya?
Tidak ada nabi lain yang pernah meninggalkan misinya karena frustrasi, mengalami keterpurukan baik secara harfiah maupun batiniah, namun akhirnya mencapai keberhasilan yang luar biasa seperti beliau.
Kisah Nabi Yunus menjadi sumber kekuatan, khususnya bagi siapa saja yang pernah merasa kecewa terhadap situasi hidupnya, merasa ingin menyerah, atau merasa tidak lagi mampu memberikan yang terbaik. Perjalanan beliau mengajarkan kepada kita bahwa dari kedalaman keputusasaan, seseorang tetap bisa bangkit menuju puncak keberhasilan.
Nabi Yunus dikenal berdakwah di wilayah Ninawa, yang kini berada di wilayah Irak Utara, sekitar tujuh hingga delapan abad sebelum Nabi Isa (Yesus).
Seperti para nabi lainnya, beliau menghadapi penolakan keras dari kaumnya. Tetapi tidak seperti para nabi lainnya, beliau mencapai titik di mana beliau merasa cukup, lalu pergi meninggalkan misinya.
Menurut Alkitab, Nabi Yunus merasa frustrasi karena azab Ilahi yang dijanjikan tidak kunjung turun kepada orang-orang yang terus menerus membangkang. Dalam Al-Qur'an, perasaan marah beliau disebutkan:
"Ingatlah kisah orang yang berada dalam perut ikan, ketika ia pergi dalam keadaan marah dan ia menyangka Kami tidak akan mempersempitnya..." (QS Al-Anbiya: 87)
Sungguh luar biasa, seorang nabi pun pernah mengalami kelalaian sejenak dalam kesadaran spiritualnya.
Namun justru karena itulah kisah beliau menjadi sangat relevan untuk kita semua yang sering kali mengalami hal serupa.
Nabi Yunus mencari "kebebasan" dengan melarikan diri, menaiki sebuah kapal untuk pergi sejauh mungkin. Tapi Allah punya rencana lain.
Ketika badai datang dan kapal kelebihan muatan, para penumpang mengundi siapa yang harus dilempar ke laut, dan undian itu jatuh pada Nabi Yunus.
Beliau akhirnya terdampar di kedalaman laut, dalam perut seekor ikan besar — sendirian, menyesali langkahnya, jauh dari kebebasan yang beliau cari.
Namun, harapan tidak pernah benar-benar hilang.
Dalam titik terendah kehidupannya, Nabi Yunus mengucapkan doa yang sederhana namun sarat makna:
"Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim." (QS Al-Anbiya: 87)
Tiga hal luar biasa terangkum dalam kalimat singkat ini:
Pengakuan akan keesaan Tuhan
Pengakuan akan kesempurnaan Tuhan
Pengakuan atas kesalahan pribadi
Ini adalah pelajaran yang abadi:
Alih-alih menyalahkan orang lain atau bahkan Tuhan atas apa yang terjadi, kita perlu mengakui sepenuhnya tanggung jawab kita.
Bukan bertanya, "Mengapa ini terjadi?" tetapi "Apa yang harus aku lakukan?"
Dengan sikap inilah Allah menyelamatkan Nabi Yunus dari penderitaan. Karena mengakui kesalahan dan kembali kepada Allah, beliau dibebaskan dari kegelapan — secara harfiah dan batiniah.
Jika Nabi Yunus tidak bertasbih kepada Allah dan mengakui kesalahannya, ia akan tetap berada dalam perut ikan hingga hari kiamat (QS As-Saffat: 143-144).
Dalam surat Al-Qalam, Allah bahkan secara langsung menasihati Nabi Muhammad ﷺ untuk mengambil pelajaran dari kisah ini:
"Maka bersabarlah terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah seperti orang yang berada dalam (perut) ikan ketika dia berdoa dengan hati penuh kegelisahan..." (QS Al-Qalam: 48)
Pesannya jelas:
Jika pikiran kita dipenuhi dengan menyalahkan, maka hasil akhirnya adalah rasa malu.
Jika pikiran kita dipenuhi dengan tanggung jawab, maka hasil akhirnya adalah ketenangan.
Menariknya, Surah Yunus — yang dinamai dari nama beliau — adalah salah satu surah awal yang diturunkan di Makkah.
Dalam surah ini, Allah memuji pencapaian unik Nabi Yunus:
"Sekiranya ada suatu negeri yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat baginya, melainkan kaum Yunus..." (QS Yunus: 98)
Tidak hanya satu atau dua orang, tetapi lebih dari seratus ribu penduduk akhirnya beriman setelah beliau kembali berdakwah (QS As-Saffat: 147-148).
Hari ini, kita mungkin melihat banyak alasan untuk marah, frustasi, bahkan putus asa.
Namun tidak ada satu pun pembenaran untuk menyerah.
Kita tidak boleh meninggalkan masyarakat kita.
Kita tidak boleh berhenti menjadi wakil Tuhan di muka bumi ini.
Kita tidak boleh membiarkan kegelapan menang.
Allah hanya akan membantu orang-orang yang benar-benar beriman:
Mereka yang menjaga hubungan dengan-Nya, berkomitmen, dan memiliki keberanian.
Mari kita belajar dari Nabi Yunus:
Teruslah berjuang, teruslah membawa iman, harapan, dan cahaya, sampai hembusan nafas terakhir kita.
Karena di sinilah, dan hanya di sinilah, kebebasan sejati ditemukan.
Sampai bertemu lagi.
Salam damai.
Iqbal
Komentar
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar terhadap tulisan kami!